.
.
.
.
.
.Mark mengedarkan pandangan nya kearah ruang tamu Keluarga Histro, dalam hatinya berharap agar ia dapat menemui Jeno, pujaan hatinya. Jika memang ia harus menelan pil pahit, mark tidak akan kecewa asalkan ia bisa melihat jeno terakhir kalinya sebelum ia menjadi milik yang lain.
"Sebastian, saya mendengar putri anda baru saja kembali dari luar negeri" suara sang ibu membuyarkan lamunan nya, dapat ia lihat kini Taerine tengah berbincang santai dengan ayah dari jisung dan jeno.
"Bukankah Jeno tidak mempunyai kembaran? Jelas-jelas jeno adalah anak sulung dari dua bersaudara, sejak kapan ia mempunyai kembaran seorang perempuan?" Sebuah tanda tanya besar muncul di benak Mark, guru muda itu mengetahui dengan pasti seluk beluk keluarga jeno, dan ia tidak mungkin salah.
"Ya, Jenica baru saja kembali dari Inggris. Karena fisiknya yang lemah, ia harus menjalani terapi sembari belajar di sana. Namun setelah kesehatan nya pulih, kami memutuskan untuk membawanya kembali" balas Sebastian tenang.
"Jenica akan bersekolah di Volcano Senior High School kan? Bagus sekali karena Mark bekerja disana sebagai guru, jadi mereka akan semakin dekat bukan hanya sebatas hubungan guru dan murid saja tetapi juga sebagai suami istri" ujar Taerine sembari tertawa.
"Bukan nya putra tertua anda juga adalah siswa saya? Lalu mengapa anda mengeluarkan nya dari sana?" Mendengar Mark yang kini membuka suaranya membuat jisung dan sebastian diam seribu bahasa.
Mark menaikan sebelah alisnya, seakan menunggu jawaban dari pasangan ayah dan anak itu. "Ekhm, kebetulan kak jevino tertarik dengan teknik, jadi papa kirim kakak ke jerman buat sekalian belajar teknik permesinan disana dibandingkan harus belajar hafalan yang sama sekali enggak disukain sama kakak" jisung mengarang bebas sesuka hatinya, dalam hati ia berdoa semoga Mark tidak menaruh curiga pada kisah karangan nya.
"Kamu ini Mark, bukan nya penasaran sama calon istrimu malah nanyain kembaran nya!" Celetukan Taerine membuat Jisung menghela nafasnya lega, setidaknya calon besan ayahnya ini tidak berpikiran negatif tentang kakaknya.
"Maafkan anak saya ya, dia memang suka ikut campur dengan urusan orang lain. Padahal maksud dari kedatangan kami kesini berniat untuk melamar Jenica" nyonya besar keluarga Geovanni itu tersenyum tipis, sembari mengeplak kepala sang anak.
"Ji, mama sama Jeno disuruh turun dong" bisik Sebastian pada sang putra, melihat kedua tamu istimewa nya ini sangat menunggu nunggu kehadiran sang putri.
"Iya pa, ini jisung mau na-"
"JENO GAK MAU NIKAH YA KALO SUAMI JENO BUKAN SIR MARK"
Baru saja jisung hendak melangkahkan kakinya menuju kamar sang kakak, suara teriakan jeno yang memekakkan telinga terdengar begitu jelas hingga ke lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐬𝐡𝐭𝐨𝐧𝐢𝐬𝐡 𝐋𝐢𝐟𝐞𝐞*
Fantasy"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya. Bagaimana tidak? Je...