Bab 5 - RS. Setia Budi

3.5K 178 0
                                    

Marhaban ya Ramadhan 😊

***

Tidak pernah terbayangkan, jika suatu saat divya bisa menjadi seorang dokter. Bergelar spesialis Anak, bukan hanya seorang dokter umum.

Dunia kesehatan adalah hal yang paling tidak ia sukai, sepanjang hidup. Entah apa penyebab utama nya, tapi yang pasti, sejak kecil ia nyaris tidak pernah mau bersinggungan dengan dunia medis. Namun takdir berkata lain, hal yang paling ia tidak sukai itu ternyata menjadi profesinya di masa depan.

Seolah perumpamaan yang mengatakan,

Jangan terlalu menghindari nanti malah mendapatkan

Berlaku dalam hidupnya.

Divya bukan murid terpintar di kelas tapi meskipun begitu, namanya tidak pernah lolos dari 5 besar. Suatu pencapaian yang cukup luar biasa, bagi divya remaja yang suka sekali menghabiskan waktu diluar rumah. Ranking yang ia dapatkan sejak duduk di bangku SMP hingga SMA. Prestasi itu juga yang membuat orangtuanya tidak terlalu mempermasalahkan divya yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah.

"Dr. Divya, mau nitip makan siang apa?" tanya suster via saat selesai menangani pasien.

"Habis ini masih ada pasien gak?" Jawab divya balik bertanya, suster via segera mengecek catatannya. "Kayaknya gak ada lagi, dok."

"Oo yaudah, nanti saya beli sendiri aja. Kamu kalo mau makan siang, silahkan."

"Baik, dok, saya permisi dulu."

Tinggallah divya seorang diri di ruangannya. Ia membereskan beberapa berkas pasien yang menumpuk, juga memeriksa beberapa diantaranya. Dua hari meninggalkan pekerjaan cukup membuat divya sedikit kewalahan. Beberapa hari ini ia sampai pulang terlambat karena banyak pasien.

Divya mempunyai jam praktek dari pukul 9 pagi sampai jam 4 sore. Jika pasien tengah banyak, ia bisa selesai praktek pukul 6 sore. Masih cukup wajar sebenernya, tapi jika moodnya tengah tidak baik, itu akan menjadi bencana bagi divya.

Kecintaan divya pada anak-anak memang tidak lagi di ragukan, ia tidak akan mengambil spesial anak jika ia tidak menyukainya.

Ah iya makan siang.

Buru-buru divya mengeluarkan ponselnya dari saku jas dokternya. Membuka sebuah aplikasi go food dan mulai memilih menu yang akan ia beli untuk makan siangnya kali ini.

Sebungkus nasi Padang dengan ayam bakar menjadi pilihan divya. Segera ia memesan dan mengonfirmasi pesanannya, setelah mendapatkan driver. Kebetulan ada sebuah rumah makan Padang yang enak di sekitaran rumah sakit.

Nasi padang---salah satu dari sekian banyak makanan favorit divya, selain karena ia penikmat makanan pedas dan santan, jangan lupakan darah Sumatra yang mengalir di tubuhnya. Seminggu penuh makan pake nasi Padang juga, divya gak bakalan bosen. Cuman ya resikonya dia bisa kena kolesterol di usia muda kalo tiap hari makan nasi Padang.

Selesai dengan menu makan siang, divya bangkit dari duduknya, ia akan mampir ke kantin rumah sakit untuk membeli camilan. Selain suka nasi Padang dan segala masakan khas Sumatera yang pedas, divya juga suka ngemil. Cireng isi ayam suwir di kantin rumah sakit, terlintas di benaknya.

Beberapa orang suster juga dokter menyapa divya, begitupun sebaliknya. Sudah di bilangkan divya ini---super ramah sama semua orang, bahkan stranger sekalipun.

"Dr. Divya!"

Ia refleks membalikkan badan, terlihat sosok perempuan cantik dengan jas dokter juga name tag miliknya, dr. Valencia---alen.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang