Bab 15 - Pernyataan Irza

1.9K 124 0
                                    

"Cowo lain kalo nyatain perasaan biasanya di tempat tempat tomantis lah ini?"

Aleyda

***

Subuh tadi, galak meminjam mobil aley untuk menjemput bunda maia, mamanya. Hingga satu jam kemudian pria itu mengirimi pesan akan pergi ke Bandung untuk urusan pekerjaan, dan meminta aley untuk menggunakan taksi.

Kurang ajar memang, tapi mau marah pun rasanya percuma.

Pasien di rumah sakit juga hari ini tidak terlalu ramai membuat Aley memiliki banyak waktu luang. Jarang sekali ini terjadi pada jam kerjanya yang biasanya amat sangat sibuk, tentunya selain daripada mengurus pasien. Beberapa pasien rawat inap aley juga sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah.

Menjadi dokter terutama spesialis ternyata tidak semudah itu, selain daripada lamanya waktu pendidikan, juga biaya pendidikan yang tidak main-main. Banyak orang mengatakan gaji sebagai seorang dokter spesialis besar, aley setuju dengan itu. Semua sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan saat masa pendidikan. Jika tidak besar, mana mungkin ia bisa mengendarai BMW juga tinggal di salah satu kawasan elite Jakarta.

Point plusnya, ia bukan tipikal perempuan penganut budaya hedonis, juga doyan berfoya-foya hanya untuk hal-hal tidak penting, dalam nominal uang fantastis. Aley suka berbelanja, tapi bukan mengkoleksi barang-barang bermerk kenamaan berharga puluhan hingga ratusan juta.

"Dr. Divya, go-food nya udah sampe!" Ucap seorang suster yang berjaga di meja administrasi.

"Kok gak bilang sih, Kamu yang nalangin?"

"Iya dok, tadi mau bilang tapi dokter lagi cek pasien."

"Ya udah nih, aku ganti," jawab aley mengulurkan sejumlah nominal uang yang memang sudah ia siapkan. "Makasih ya, sus."

"Sama-sama dok."

Aley segera berlalu menuju ruangannya kembali. Ia tidak makan di kantin hari ini.

Ia hampir tiba di ruangannya saat ponsel di sakunya bergetar, menandakan adanya sebuah pesan. Segera saja ia mengeceknya, tepat beberapa langkah di dekat pintu ruangannya.

Dahinya mengernyit heran melihat nama seseorang yang nyaris tidak pernah lagi bertukar pesan dengan dirinya, beberapa waktu terakhir.

Irza
Can we lunch together, today?

Aley menatap layar ponsel dan bungkusan plastik berisi go food pesanannya.

Ada angin apa yang membuat Irza mengajak dirinya untuk makan siang bersama, sepertinya ada yang aneh. Di dukung dengan rasa penasaran yang menggebu, aley buru-buru mengetikkan pesan balasan pada pria itu.

Aleyda
Ok, kabarin kalo udh di lobby

Centang dua abu-abu itu langsung berubah biru tanpa balasan. Aley kembali menyimpan ponselnya ke saku.

"Alen!" Panggil aley saat melihat sosok sahabatnya itu.

"Apaan?"

"Lo udah makan siang?" Alen menatapnya heran, namun tetap ia jawab meskipun agak nyeleneh. "Belom lah! Tumben banget perhatian,"

Aley mengangkat plastik di tangannya, tepat di depan wajah Alen. "Soto ayam Lamongan, buat lo."

Alen menatapnya tak percaya namun tetap saja mengambil bungkusan itu dari tangan aley dengan senang. Namun bola matanya kembali berubah saat menatap aley yang masuk ke ruangannya.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang