Bab 43 - Meet Pasutri

1.3K 75 2
                                    

"Sekeras-kerasnya hati, pasti bakalan luluh juga meskipun ngga tau kapannya, tahan-tahanin aja ya."

•anna&angga•

***

Happy reading gais ✨
.
.
.

Pagi-pagi sekali, bahkan saat jarum jam menunjukkan hampir pukul 5, mbak ayu datang untuk membangunkan aleyda. Asisten rumah tangga itu mengatakan bahwa Tuan dan nyonya sudah berangkat menuju Bandung, karena ada acara dan akan seharian berada di sana. Aleyda ingat jika mama sempat memberitahu dirinya semalam, sebelum ia pergi kondangan.

Suasana rumah terlihat sepi, berdasarkan jawaban mbak ayu, Ale turut serta mengantarkan mama dan papa ke Bandung, sekalian anak itu mengunjungi salah satu kerabat yang kebetulan jarang ia temui. Jadilah di rumah ini hanya ada dirinya, Irza, Sam dan juga mbak ayu.

Di luar sana hujan baru saja reda, membuat hawa dingin menyeruak. Seusai melaksanakan ibadah, ia lantas berlalu keluar dari kamar. Ia harus memastikan bahwasannya Irza sudah bangun atau belum. Saat masuk, ia hanya menemukan Sam yang masih bergelung dengan selimut lengkap dengan bantal dan guling di sisinya.

"Non divya,"

Sosok mba ayu muncul di depan pintu kamar tamu tempat Irza beristirahat, "Tadi Mas Irza titip pesan katanya dia mau jogging dulu,"

"Oh gitu." Jawab aleyda mengangguk paham. "Keluar jam berapa memang dia mbak?"

"Tadi abis solat subuh, setelah tuan dan nyonya berangkat, non." Aleyda kembali mengangguk paham.

"Yaudah, mbak lanjut bersih-bersih aja. Nanti saya yang masak sarapan."

"Baik non, saya permisi."

Setelahnya, aleyda memilih untuk membuka jendela, tidak lupa menaikkan suhu AC. Ia memilih untuk membiarkan Sam tetap tidur. Semenjak kepergian queen, anak itu lebih rewel dan susah untuk tidur. Semalam saja, Sam baru bisa tidur nyenyak saat jarum jam menunjukkan hampir pukul 1 dini hari.

Ia melenggang menuju dapur dan membuka kulkas untuk segera memasak. Kebetulan masih banyak stock makanan yang tersedia, sepertinya mbak ayu baru berbelanja kemarin. Masih banyak stock sayur mayur segar beserta lauk pauk seperti ikan dan seafood yang fresh.

Setelah memilah dan menemukan ide masakan apa yang cocok, akhirnya pilihan aleyda jatuh pada tumis kacang panjang beserta tempe juga ikan goreng. Tidak lupa sambal beserta lalap yang kebetulan masih fresh dari dalam kulkas.

Tanpa dibantu mbak yu, aleyda menyiapkan masakannya dengan cekatan. Meskipun tidak begitu pandai urusan dapur, ia juga tidak begitu nol soal memasak. Lahir dari seorang perempuan Batak membuat aley mau tidak mau harus menguasai dapur. Meskipun Mama tidak melulu memintanya untuk bisa memasak tapi setidaknya ia mengetahui basic memasak makanan rumahan.

Saat ia tengah mengoseng bawang merah untuk sayur, terdengar suara gluduk disusul tangis Sam. Tidak lama setelahnya mbak ayu muncul sembari menggendong Sam yang langsung mengulurkan tangannya, meminta di gendong oleh dirinya. Buru-buru aley mematikan kompor dan segera keluar dari dapur.

"Aduh Sam kenapa nangis? Kaget ya denger suara gluduk?"

Bukannya tenang anak itu semakin meraung, aleyda terus menepuk-nepuk punggung bocah laki-laki itu, hingga beberapa menit kemudian suara tangisan itu sedikit mereda.

"Mami.." cicitnya Sam.

"Iya, mami di sini kok. Jangan nangis lagi ya." Pelan-pelan suara tangis itu mereda, namun Sam tidak mau lepas dari dirinya.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang