Bab 26- Jeda

1.4K 77 3
                                    

Mohon maaf yaaa kalo part ini terlalu pendek hehehe. Udah mentok banget nih pas nulis wkwkwk.

Semoga kalian suka ya✨💖

***

"Masalah itu ada untuk diselesaikan bukan di diamkan lalu hubungannya yang justru diselesaikan."

-I Made Irzaldi Kamandaka-

***

Happy reading luv<3
.
.
.

Enam bulan berlalu sejak perdebatan aley dan irza di dapur malam itu, keduanya sama-sama memilih diam tanpa berusaha untuk berbicara dengan kepala dingin. Hubungan yang baru membaik itupun seolah putus di tengah jalan, dan dua manusia dewasa ini sama-sama dikuasai oleh ego yang membuat mereka enggan untuk bertegur sapa. Pagi hari setelah perdebatan aley dan irza di dapur, ia memilih untuk segera kembali ke jakarta tanpa mengucapkan apapun pada irza. Ia bersyukur karena ternyata irza sudah tidak ada di rumah sejak pagi-pagi buta. Ia hanya menjelaskan pada orangtua irza jika ia ada pekerjaan mendadak dan untungnya kedua orangtua itu mengerti dan tidak banyak bertanya.

Satu minggu berlalu setelah ia kembali dari bali, jelita menghubungi dirinya, menanyakan apakah aleyda ada masalah dengan abangnya atau tidak. Putri bungsu tante nina itu bercerita, sore hari setelah ia pamit ke Jakarta, abangnya itu datang dan bertanya tentang dirinya. Lalu setelah mengetahuinya, lelaki itu pamit untuk kembali ke jakarta. Hingga beberapa hari kemudian jelita diberi kabar jika irza ada pekerjaan di luar negeri, hanya sebatas itu yang aley tau. Ia juga enggan bertanya pada alen, bahkan sepertinya perempuan itu tidak menyadari tentang pertengkaran antara sahabat dan kakak iparnya.

Jika ditanya apakah ia baik-baik saja? Tentu jawabannya tidak. Enam bulan ini ia habiskan dengan kerja-kerja tanpa ingat istirahat. Mengikuti banyak acara amal di setiap minggu dengan pola makan yang tidak teratur, membuat perempuan berusia 29 tahun ini terlihat lebih kurus dan tidak terawat.

Tidak banyak memang yang berubah karena pada saat bertemu dengan pasien-pasiennya, ia tetap bertanya dan menyapa ramah para pasien-pasien ciliknya. Hanya saja, aley sudah tidak sesering dulu untuk datang dan bercerita pada alen. Ia juga beberapa kali menolak ajakan makan atau hangout dari rekan sesama dokter maupun perawat rumah sakit. Dan ya, aleyda lebih diam daripada biasanya. Hanya ini yang begitu kentara terlihat selama beberapa bulan terakhir.

"Ngelamun terus,"

Aku terkesiap. Mataku beradu pandang dengan netra dr. Rega, di belakangnya ada dr. Jovan yang sepertinya baru menyelesaikan operasi.

"Makan siang yuk, kita berdua mau makan nasi padang nih," Ajak dr. Rega yang langsung aku angguki. Daripada harus makan seorang diri karena alen juga tengah ada pasien, lebih baik ia makan bersama rega dan jovan saja.

"Boleh deh, yuk."

Tiga orang dewasa itu berlalu menuju parkiran, mereka menggunakan mobil jovan untuk mencari makan siang supaya tidak ribet. Lagipula rumah makan padang yang akan mereka datangi, jaraknya dekat kok masih di sekitar rumah sakit.

Jam makan siang kali ini tidak terlalu ramai membuat mobil jovan bisa melaju lebih cepat dan sampai di rumah makan padang. Suasana rumah makan pun tidak terlalu ramai seperti biasanya, tumben sekali. Aley memesan makanan untuk makan di tempat pada pelayan lalu ikut bergabung bersama dr. Rega dan dr. Jovan yang sudah lebih dulu duduk.

Beberapa menit kemudian, aneka lauk pauk sudah tersaji di atas meja mereka. Mulai dari aneka olahan ayam seperti gulai/opor ayam, olahan ikan-ikan bakar, sayur nangka, sambal, dan beberapa makanan santan lain---oh jangan lupakan rendang. Sebab dua laki-laki di mejanya ini sangat menyukai olahan rendang.

"Sambelnya jangan banyak-banyak nanti sakit perut," Tegur dr. Jovan saat aku mengambil sambal ijo yang hanya aku angguki. Sekilas aku melirik dr. Rega dari ekor mata, laki-laki itu masih asyik dengan makanan di hadapannya. Entah tidak mendengar atau berpura-pura tidak mendengarnya.

"Kalian berdua tumben bisa keluar jam makan siang?" Tanyaku basa-basi dengan sedikit rasa keinginan tahuan.

Soalnya kan setau aley, dr. Jovan dan dr. Rega ini sebelas dua belas sibuknya, meskipun masih lebih sibuk dr. Jovan sih.

"Jovan sih sibuk ya, kalo aku ya enggak, ley."

"Iya deh yang punya banyak waktu,"

"Gak gitu dong ley, kalo gitu mah pengangguran gue," Aku tertawa mendengarnya, sedangkan dr. Jovan hanya menggeleng tak percaya, ada-ada saja juniornya ini. "Eh iya udah beberapa hari ini gue kok gak liat ur bestie, ley?"

"Iya, saya juga beberapa hari ini jarang liat dr. Alen." Komentar dr. Jovan.

"Alen? Sibuk doi,"

Dua laki-laki ini mengangguk paham, perempuan karier dan ibu rumah tangga merupakan kombinasi yang pas. Itulah alen.

Seusai makan ternyata dr. Jovan mentraktir mereka berdua. Entah ada angin apa, mereka sih senang-senang aja. Setelahnya mereka segera pergi untuk kembali bekerja.

"Dr. Aleyda ikut ke sukabumi juga?" Tanya dr. Jovan disela obrolannya dengan dr. Rega. ya---dua laki laki ini memang sangat suka sekali mengobrol, tidak heran jika mereka bersama tentu keduanya tidak akan menciptakan suasana akward. Selalu ada saja pembahasannya. "Ikut. Dr. Jovan sm dr. Rega juga ikut kan?"

"iya ley, alen juga,"

Sukabumi---entah aley harus bersyukur atau sedih mengetahuinya. Ia senang jika harus ikut dalam membantu masayarakat di daerah seperti ini. Membuat ia menjadi sibuk dan melupakan masalahnya. Sejujurnya beberapa bulan terakhir ia merasa tidak cukup baik, apalagi setelah perdebatan keduanya. Mungkin ia terdengar egois karena tidak mau mendengar penjelasan irza dan tidak bisa menerima kehadiran Sam. Namun, aley juga tidak ingin seperti ini, ia hanyalah manusia biasa yang memiliki perasaan.

Rasanya, menerima kenyataan bahwa irza memiliki anak dari perempuan lain begitu sulit untuk ia Terima dengan baik. Apalagi hubungan keduanya tidak jelas, irza tidak menikahi queen, dan sam bisa saja meminta irza untuk bersama-sama dengan dirinya juga mommynya.

Aley tidak siap jika ia harus menerima kenyataan jika irza memilih untuk bersama dengan queen karena permintaan putranya. ya, aleyda seegois itu memang. Lagipula masih banyak hal yang sepertinya irza tutupi dari dirinya, lantas lelaki itu menganggap hubungan mereka ini apa. Sedangkan ia selalu mencoba untuk terbuka dan tidak menutupi sesuatu namun sepertinya irza belum siap, irza belum seterbuka itu, dan itu artinya irza belum sepercaya itu pada aleyda yang notabenenya kekasih pria itu.

Maka dari itu, sekali lagi, tanah pasundan menjadi pelarian aleyda untuk kembali menghindar dari masalah yang menyelimuti hubungannya dengan irza.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak gais<3

Bandar Lampung, 11 Januari 2023
22.34

Update.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang