Bab 50 - Obrolan sore itu

549 25 0
                                    

"Terkadang ada sesuatu yang terlupakan karena kesibukan. Temui dan ajak bicara, maka kalian akan mendapatkan jawabannya."

**Pahlawandayy**

***

Happy reading gais<3
.
.
.

Waktu berjalan cepat, kondisi aleyda dan Alen semakin membaik. Mereka juga sudah kembali praktek seperti beberapa waktu lalu sebelum terjadi kecelakaan.

Irza benar-benar berniat mengejar restu yang dia ucapkan terutama pada Hesti, mamanya. Keesokan hari setelah lamarannya di balkon apartemen, ia menyempatkan mampir ke Tanggerang dan meminta ku secara langsung pada papa dan mama. Meskipun awalnya mama masih kurang merestui namun dengan bujukkan papa, dengan berat hati ia menerima lamaran Irza. Hingga satu Minggu berlalu, keluarga Irza datang melamarku secara resmi pada papa dan mama.

Setelah perbincangan keluarga dan mencapai kata sepakat, kami segera mencari tanggal untuk terselenggaranya akad dan resepsi nikah yang di gadang-gadang akan berlangsung kurang dari dua bulan lagi.

Irza juga sudah menyelesaikan pekerjaan, kebetulan kontrak kerjanya habis di akhir tahun ini dan belum berniat memperpanjang kontrak guna menyiapkan acara pernikahan kami.

Sebentar lagi akhir tahun, dan rencananya pernikahan kami akan di gelar sekitar bulan februari di Minggu kedua.

Mulai hari ini, aku dan Irza akan di sibuk kan dengan banyak hal terkait pesta pernikahan. Kami sengaja mengurus sendiri pesta pernikahan ini, sesuai permintaan aku dan Irza. Meskipun terkadang baik mama ataupun mami sesekali merekomendasikan kami tentang banyak hal. Sesuai dengan permintaan aku, akad nikah dan resepsi di gelar di satu hari yang sama dan kami mengadakan acara di Jakarta.

Awalnya mami Nina tidak setuju, ia merekomendasikan untuk resepsi di bali namun aku menolaknya. Selain jauh, mereka perlu menyiapkan transportasi dan segala macamnya yang lebih ruwet, meskipun para tetua setuju jika ini diadakan secara lebih kekeluargaan dan tidak mengundang banyak tamu. Namun dengan sehalus mungkin aleyda menolak. Ia tidak ingin repot harus bolak balik Jakarta Bali karena sudah tidak mungkin untuk ia mengambil cuti lagi.

Ting!

Irzaldi 🧑‍🔧
Send a pict.

Aleyda berdecak, Irza dan kebiasaannya yang irit kata jika di WhatsApp kembali. Memang dasarnya kekasihnya itu tidak tau cara mengetik atau bagaimana sih. Sebelum Irza menyusul dirinya, buru-buru ia mempercepat langkah menuju lobi. Benar saja, mobil Irza sudah terparkir dan ia buru-buru masuk seperti biasanya.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Irza saat mobil bergabung dengan kemacetan.

"Udah." Jawab aleyda singkat. Entahlah moodnya sedang tidak baik hari ini. "Sam dan Jeremy, dimana?"

"Ada di rumah aku, kebetulan ada hanie juga. Makanya mereka mau di tinggal." Aleyda mengangguk.

Beberapa Minggu ini mereka sudah seperti sepasang suami istri dengan dua anak. Membuat mereka ketika jalan ke mall atau Restoran di sangka sebagai keluarga kecil yang berbahagia. Ya aleyda sih bahagia meskipun kadang jengkel juga dengan tingkah Irza.

"Mami tadi bilang, besok kita bisa langsung dateng ke butik buat coba baju." Irza memberitahu, aleyda mengangguk dalam diam.

Irza menatap aleyda sebentar saat traffic light menyala berwarna merah, tumben sekali aleyda tidak banyak bicara. Apa ada sesuatu yang ia lupakan? Membuat wanitanya itu terlihat murung dan tidak ceria seperti biasanya.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang