Bab 24 - Pulau Dewata

1.5K 88 0
                                    

Anyway---udah sampe part 24 aja nih hehehe

Serius deh gue sebagai penulis tanya, gimana pendapat kalian tentang cerita stranger? Feel-nya dapet gak sih?

Terus juga kayaknya masih agak akward ya xixixi maaf ya.

Soalnya cerita ini tuh di buat sebagai bentuk apresiasi gue sebagai penulis untuk orang-orang di sekitar gue, juga pengandaian pengandaian ke halusinasian gue tentang beberapa hal di masa lalu yang tidak tersampaikan dan gue tuangkan di dalam cerita ini.

Melalui cast cast di cerita ini gue berusaha menuangkan segala bentuk ucapan terimakasih, gundah gulana :v, juga banyak hal yang mungkin gabisa gue ungkapkan langsung ke orang-orang yang ada di dalam cerita ini.

So, enjoy your reading✨💖

***

"Jangan menyesali sesuatu yang tidak bisa kamu dapatkan, tapi bersyukurlah atas apapun yang kita dapatkan dari Tuhan."

Pahlawandayy

***

Semalam, keduanya tiba di Bali pukul 8 malam waktu setempat. Melanjutkan perjalanan menuju rumah orangtua Irza si Denpasar yang memakan waktu sekitar 30 menit lamanya.

Aleyda bersyukur karena sambutan kedua orangtua Irza cukup baik, semalam. Untuk kali pertama pula, Aley berkenalan dengan sosok Ni Ketut Jelita Saraswati, Jelita atau akrab disapa Lita. Adik perempuan Irza juga anak paling bungsu. Remaja enam belas tahun yang sebentar lagi akan lulus SMA.

"Aleyda ketemu Irza dimana?" Tanya Tante Nina, mami Irza, saat ia membantunya menyiapkan sarapan.

"Medan Tante,"

"Irza itu, anaknya sulit sekali ditebak. Tante sempat pikir buat jodohin dia aja kalo tahun ini tetep gak ngenalin pasangannya ke rumah. Usianya itu loh, sudah pertengahan kepala tiga." Ucap Tante Nina panjang lebar, aku hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya.

Salah, salah, ia bisa tidak direstui sebagai calon menantu nanti.

"Kamu kok mau sih sama anak Tante?" Tanya mami Irza nyeleneh.

"Gak tau deh Tan, kecantolnya sama Irza hehe," jawabku jujur.

"Ih mami apaan sih tanya nya," suara Irza muncul tiba-tiba.

Kami berdua kontan menatap ke arahnya, "Kamu ke sini mau bantuin mami sama aley?"

"Engga. Orang mau jogging sama papi."

Tante Nina menggeleng tak percaya, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Sungguh, meskipun Tante Nina terlihat sewajarnya ibu-ibu pada umumnya, aley masih sedikit canggung dan harus jaga sikap jika masih ingin menjadi calon istri Irza, tentunya.

"Sayang, aku keluar dulu ya, mau nitip sesuatu gak?"

"Duh yang ada pacarnya, manis banget sih kayak sirup Marjan," Irza terkekeh geli mendengar ucapan maminya, sedangkan aku hanya meringis, malu.

"Mami cemburu ya? Kan ada papi," sahut Irza santai. Ia mengalihkan pandangan ke arah tangga, sosok papi Irza terlihat. "Papi... Masa mami cemburu sama calon menantu---awhh, sakit sayang,"

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang