Bab 44 - Jogja

1.2K 69 11
                                    

"Jogja selalu punya cerita indah di dalamnya"
.
.
.
.
.
.

unknow

****

Happy reading!!✨💗
.
.
.

Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa akhir tahun sudah di depan mata. Irza sudah kembali berlayar sejak dua bulan lalu dan selama beberapa bulan terakhir, hubungan keduanya semakin membaik. Meskipun sesekali terdapat cekcok namun semua masih bisa di selesaikan. Hanya saja restu itu masih belum bisa di kantongi oleh keduanya, terutama dari Mama Hesti.

Malam ini, aleyda tengah berada di Jogja setelah pagi-sore tadi menghadirkan acara seminar dan mewakili setia Budi bersama Alen, Rega dan Jovan.

Awalnya Alen tidak terlibat, namun salah seorang dokter yang harusnya datang justru berhalangan hadir, jadilah Alen yang menggantikannya.

"Ley, diajak makan di Malioboro. Mau ikutan nggak?" Ajak Alen yang baru saja masuk ke kamar hotel.

"Boleh deh, gue ambil jaket dulu."

Selepas mengenakan jaket, dua perempuan itu keluar menuju lobi. Sudah ada Rega dan Jovan yang menunggu mereka. Kebetulan hotel tempat mereka menginap masih berada di kawasan Malioboro, jadi mereka memilih untuk berjalan kaki.

Suasananya cukup ramai di tambah langit begitu terang akan bintang, banyak muda-mudi hilir mudik. Aley baru ingat jika ini malam Minggu, sudah barang tentu jalanan ramai.

Setelah berputar-putar, keempat orang ini memutuskan untuk makan di sebuah tenda pecel lele, karena kebetulan sejak tadi nyaris semua tempat telah penuh akan pengunjung. Aley refleks menatap jam tangan, sudah hampir pukul 9 malam, pantas saja, batinnya.

"Kalian habis ini langsung pulang?" Tanya Rega menatap Alen dan aley.

"Iya. Memang kalian mau keluar lagi?" Tanya Alen lebih dulu. Rega mengangguk. "Mau jalan-jalan dulu, kapan lagi ke Jogja malam-malam gini." Benar sih.

Alen menepuk lengan aleyda yang tengah mengecek isi ponselnya, pasti sahabatnya ini tengah bertukar kabar dengan kakak iparnya. "Mami nitip bakpia, gue lupa beliin lagi."

Aleyda berdecak, "Malem gini masih ada yang buka emang?"

"Saya tau toko oleh-oleh yang buka sampai malam. Bagaimana kalo habis makan kita ke sana?" Sahut Jovan menjawab pertanyaan aleyda.

"Keburu memang?" Tanya aleyda tak yakin. Jovan melirik jam tangannya. "Keburu, kebetulan dekat dari sini."

Akhirnya mereka setuju untuk mendatangi pusat oleh-oleh sehabis makan malam.

Jovan benar, ada beberapa toko oleh-oleh yang memang masih ramai di kunjungi pengunjung, mungkin karena menjelang libur akhir tahun juga. Keempatnya berpencar mencari oleh-oleh yang ingin mereka beli. Tentu saja Aleyda menemani Alen, sebab mereka pasti membeli oleh-oleh yang sama kan. Aleyda juga melebihkan oleh-oleh untuk orangtua juga beberapa rekan sesam dokter maupun perawat yang cukup dekat dengan dirinya.

"Niat beli bakpia 2kotak, jadi 2 keranjang ya," komentar Rega diselingi tawanya.

Aleyda tertawa, "ya gimana namanya keluarganya rame. Kalo beli sedikit nggak cukup."

"Alesan itu, ga. Pasti mau di bagiin juga di setia Budi." Alen menyahut.

"Gue dapet lagi ngga, ley?"

"Nggaklah, Lo udah beli sendiri masih minta oleh-oleh," decak aleyda. Alen dan Rega tertawa.

Tak lama setelahnya muncul Jovan dengan 1 keranjang penuh oleh-oleh. "Tumben dok, belinya banyak?"

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang