Terbongkar?

159 6 0
                                    

Chapter 28

Happy malming...

Esoknya Afra tengah menunggu di kamar Vale. Setelah insiden kemarin malam, Afra memutuskan untuk menginap di rumah sahabatnya itu. Tengah malam, ia menelepon Vale dan mengatakan bahwa dirinya ada di depan pintu rumahnya.

Dengan keadaan menangis, Afra membuat Vale bingung. Ia tak tau apa yang tengah terjadi pada sahabatnya ini, tiba-tiba saja ia datang dengan menangis sesenggukan.
Ia tak memaksa Afra bercerita di malam itu, ia segera mengajak Afra untuk menenangkan diri dan tidur setelahnya.

Dan pagi ini, Vale berencana untuk menginterogasi hal yang harus ia tau.
Setelah mencuci piring bekas sarapan, ia bergabung duduk di kasurnya bersama Afra yang sudah menunggu.

"Jadi, ceritain ke gue." Vale memaksa.

Afra menghela nafas pelan, ia ceritakan kejadian semalam pada Vale. Tidak ada satupun yang terlewat dari ceritanya.
Belum sampai cerita itu selesai, Afra sudah meneteskan air matanya.

"Cengeng banget, sih. Strong dikit, kek."

Afra berdecak sebal, mulutnya terus menceritakan yang ia alami semalam.

"Rezi bilang lo ngemis? Sumpah? Demi apa?!" Vale tidak percaya.

"Mulutnya yang biasa diem, bisa ngatain lo kayak gitu?!"

"Itu anak bener-bener keterlaluan!"

"Nggak bisa dibiarin!"

Afra mengelus lengan Vale, menenangkan.
"Udah. Sekarang gue perlu tau kabar Abidzar."

"Udahlah. Lo nggak usah mikir itu, bukan tugas lo juga, kan?"

"Tapi, Tante Farah minta tolong ke gue."

"Udahlah, Fra. Gue yang denger lo cerita aja udah pusing apalagi jadi lo."

Afra terdiam sejenak. Pikirannya mengembara kemana-mana, kemana Abidzar pergi? Apa sekarang dia sudah pulang? Mengapa sikap Rezi kemarin malam menjadi seperti itu?

Seolah mengerti pikiran sahabatnya, tangan Vale mengelus pundak Afra.
"Jangan terlalu dipikirin."

"Terima kasih, Val."

————————————————————

Sementara itu, di rumah Reza dan Rezi. Cowok yang baru bangun itu melangkah ke dapur dan mengambil roti yang telah disiapkan.

"Buset, ngagetin aja lo." Reza mengelus dadanya sendiri, menetralisir detak jantungnya yang tiba-tiba menjadi cepat.

"Baperan." Rezi ikut berkomentar.

"Lo dari semalam disini? Kok gue nggak tau, ya?"

Abidzar menunjuk matanya, "Buka mata."

Reza terbelalak, "Lo kira gue merem?"

"Dia gimana, Zi?"

"Gue usir." jawab Rezi dengan santainya.

"Goblok emang. Tampol aja biar nggak kebiasaan."

Rezi menghabiskan air putihnya. Lalu duduk di samping Reza.
"Terpaksa, daripada dia tau lo ada disini?"

"Eh gue dari tadi nanya, si Abidzar dateng kapan? Kok gue nggak tau?" Reza kembali mengulang lagi pertanyaannya.

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang