Kantin Belakang

219 23 0
                                    

Dengan sangat terpaksa, Afra harus mau tidak mau ikut dengan Vale untuk pergi ke kantin belakang.
Kantin belakang ini memang sudah terkenal dengan senioritas yang kejam, setiap junior harus merelakan uang seribu-dua ribu untuk di ambil oleh senior.

Setelah menghabiskan mie ayam, dengan tangan kanannya memegang es jeruk, mereka berdua dihadang oleh senior yang baru saja dibicarakan.

"Hai dek"

Sapaan itu membuat Afra melirik ke arah senior itu, ia mengeluarkan seragamnya dan mengikat dasinya pada lengan kirinya. Senyuman tipe senyum buaya.

Dengan cepat Vale menaruh uang 5000 di atas meja dekat senior itu, dan langsung menarik tangan Afra.

"Eit, sebentar dong!"

"Kak, uangnya udah gue kasih ya" Vale membuka suara.

"Gue nggak minta uang, minta nomor adek manis ini boleh dong?"

Afra menggeleng pelan, "Maaf kak. Kita harus buru-buru ke kelas"

Nyatanya senior itu malah mencengkeram kuat pergelangan tangan kiri Afra, membuat Afra melotot sebal.

"Galak banget jadi sayang"

Afra bergidik ngeri.

"Permisi kak, mau lewat"

"Boleh lewat kalau lo kasih nomor lo ke gue"

Afra menggeleng pelan, "Saya nggak pernah ngasih nomor ke orang yang nggak saya kenal"

Senior itu tersenyum, tangannya diulurkan dan menjabat tangan Afra tanpa izin, "Gue Alvin"

Afra menatap heran, "Saya nggak mau tau"

"Gimana kalo gue anter ke kelas? Sekalian sama pdkt"

Afra menggeleng.

"Cupu. Beraninya sama cewek"

Sontak ketiganya menoleh pada seseorang yang menatap tajam ke arahnya.

"Apa?"

Abidzar tersenyum miring, menatap Alvin dengan berani. Tangannya merangkul pundak Afra dan membawa Afra keluar dari kantin belakang.

"Lah? Kok gue ditinggal? Afra!!!" teriak Vale dengan heboh.

Abidzar mengantarkan Afra hingga di depan kelas. Keduanya memancing perhatian para siswa siswi yang tengah istirahat di luar kelas dan koridor.

"Kalo lo di apa-apain sama dia, bilang gue." Abidzar mengingatkan.

Afra hanya mengangguk, "Lo udah mulai suka sama gue?"

Pertanyaan Afra membuat Abidzar melengos, cewek ini sungguh tak tau malu atau bagaimana?

"Nggak"

Dahi mulus Afra mengkerut, "Tapi lo bantuin gue"

"Jangan salah mengartikan"

"Kapan mau suka sama gue?"

"Nggak tau"

"Tapi udah mulai suka, kan?"

"Enggak"

"Nanti gue bareng ya?"

"Gak"

"Cuman ke tempat bimbel, deh. Lo pasti satu bimbel sama gue,"

"Gak mau!"

"Nggak punya hati!"

"Emang"

"Gila!"

"Ganteng!"

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang