Galak

165 12 1
                                    

🔊: Still With You -Jungkook

————————————————————


Setelah dua Minggu ujian, seluruh kelas sepuluh dan sebelas dapat menghela nafas lega. Pasalnya sebentar lagi mereka akan melewati masa liburan.

Kelima insan remaja itu duduk di bangku kantin. Mereka adalah Abidzar, Afra, Vale, Reza dan Rezi. Selesai ujian hari ini mereka segera berkumpul di kantin untuk membahas rencana liburan mereka.

Memang sudah lama mereka membuat rencana dan menunggu hari ini datang. Mereka mengusulkan tempat liburan untuk kali ini.

"Gue mau ke puncak," ucap Vale mendahului.

Reza menggeleng, "Gak. Kita ke pantai, liat bule seksi."

Rezi yang ada disebelahnya sontak melempar wajah kembarannya menggunakan kacang.

"Kok gue di lempar?"

"Gue ke pantai," Rezi menjawab.

Afra membuka suaranya, "Ke puncak."

Abidzar dilanda kebingungan. Dua cewek dan dua cowok dengan jawaban yang berbeda. Itu artinya keputusannya yang akan menjadi penentu.

"Puncak."

Sontak Afra dan Vale berteriak heboh.
Melihat kekalahan di wajah Reza membuat Vale tertawa keras.

"Mampus lo. Niatnya gitu, sih"

Reza mengambil es jeruk milik Abidzar dan meminumnya hingga kandas.

"Kenapa nggak pilih pantai, sih?"

Abidzar tersenyum, dagunya mengarah pada kekasihnya.

"Bucin lo, kutil anoa!" kesal Reza dan melempar sedotan.

"Mending gue, ada objek buat di bucin-in daripada lo."

Reza mengangkat dagunya, menyombongkan diri.

"Nggak punya cewek aja bangga,"

Ucapan telak Rezi membuat Reza terdiam mematung. Tatapannya mengarah pada Rezi dan ia memasang wajah pura-pura sedih.

"Kamu jahat sama aku, bang."

"Mulai kumat banci-nya."

"Kamu nggak boleh ketemu anak kita, bang."

Rezi menatap jijik, "Geli gue."

Reza merangkul pundak kembarannya.
"Emang lo ada cewek?"

Rezi menggeleng, "Gak. Gue nggak tertarik sama cewek."

Ucapan Rezi membuat Vale menatap sedih pada orang yang disukainya. Ia berpikir untuk jujur menyatakan perasaannya pada Rezi setelah ini. Tapi nyatanya?

--------------------

Setelah membahas ini itu dengan teman-temannya, Abidzar mengantar pulang kekasihnya seperti biasa.
Afra tersenyum saat tak sengaja menatap balik Abidzar yang juga menatapnya lewat kaca spion.

"Lusa hari pengambilan raport, kan?"

Abidzar mengangguk.

"Aku takut buat Papa kecewa."

Abidzar memilih diam. Setelah sampai di depan rumah Afra, ia membukakan helm yang dipakai kekasihnya.

"Harus optimis,"

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang