Hug me, please

203 17 1
                                    

🔊 : Without me —Halsey

————————————————————
Dapet salam dari Elisa

————————————————————Dapet salam dari Elisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira pantas buat Abidzar ngga?
❤️❤️❤️

————————————————————

Setelah menghabiskan susu yang dibuat Sheina, Afra berpamitan pada kedua orang tuanya. Kakinya melangkah keluar dan mendapati Abidzar tengah menunggunya di atas motor besarnya.

"Kamu udah lama?" tanya Afra sembari membuka pagar rumahnya.

Abidzar menggeleng.

"Kamu beneran udah sehat?"

Afra mengangguk, ia memakai helm dan naik ke atas motor besarnya Abidzar.
Lalu setelahnya mereka berangkat menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah, Afra langsung pamit pada Abidzar lalu menyusul Vale yang berjalan duluan.

"Vale,"

Vale tersenyum, "Pagi."

Ia masuk ke dalam kelas, karena ujian mereka duduk sendiri di bangku. Setiap kelas menjadi dua kelas. Vale pindah duduk di samping bangku Afra.

"Lo kenal Rezi?"

Afra mengangguk, "Tau. Temennya Abidzar, kan?"

Vale mengangguk, tatapan matanya mengarah lurus.

"Kayaknya gue suka dia,"

Sontak saja Afra melotot terkejut. Pasalnya setelah lima tahun bersama, Vale baru pertamakali mengaku bahwa ia menyukai seseorang.
Selama SMP, ia mengaku tidak ada cowok yang sesuai dengan kriterianya.

"Beneran? Demi apa? Lo nggak lagi ngelantur, kan?"

Vale menggeleng, "Beneran."

Afra mengangguk paham. Akan ia bicarakan nanti dengan Abidzar. Semoga saja Vale dan Rezi dapat menyusul dirinya dan Abidzar.

Selang beberapa menit kemudian, ujian dimulai. Hari ini untuk ujian satu pelajaran karena hanya matematika yang diujikan.

Afra mulai mencoret-coret lembar kosongnya, menjawab satu persatu soal.
Hingga ia sampai pada dua nomor terakhir.

Ia berusaha mengingat-ingat rumus yang kemarin telah diajarkan Abidzar padanya.
Tangannya bergerak ragu-ragu untuk menjawab.
Dua jam pun berlalu, Afra mengumpulkan lembar jawabannya.
Tiba-tiba saja kepalanya merasa pening.
Pasti efek dari soal matematika tersebut.

Ia memaksakan diri untuk tetap menuju parkiran, Abidzar pasti sudah menunggunya di sana.
Benar saja, Abidzar terkejut saat melihat kekasihnya dengan muka sedikit pucat itu.

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang