Liburan

151 10 2
                                    

🔊 : Me Gustas Tu—G-Friend
————————————————————

Menepati janjinya. Reza melakukan dare yang kemarin. Ia hanya mengenakan celana. Tubuh atasnya ia perlihatkan. Otot yang membentuk membuat siapapun yang menatapnya menganga lebar.

 Otot yang membentuk membuat siapapun yang menatapnya menganga lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul tujuh, barulah mereka berangkat. Rezi yang menyetir dan Reza duduk di sebelahnya.
Sedangkan di kursi tengah, diisi oleh Abidzar, Afra, dan Vale.

Perjalanan ini menempuh dua hingga tiga jam. Saat sudah menempuh setengah jalan, mereka berhenti. Mencari sarapan pagi untuk mengisi perut mereka.

Saat Reza keluar dan seketika menjadi pusat perhatian. Banyak kaum hawa yang memekik senang lalu membuka kamera mereka. Reza sendiri tak masalah, ia malah suka menjadi terkenal. Bahkan ia sempat berpose.

Mereka memilih sarapan bubur ayam dengan teh hangat karena cuaca dingin mulai menyambut perlahan.
Di tengah acara sarapan, seseorang memanggil nama Rezi dengan suara keras.
Sontak kelima orang itu menoleh, mencari sumber suara.

Alina.

Bagaimana bisa ia ada disini? Siapa yang memberitahukan padanya?

Gadis itu tersenyum lalu duduk di samping Rezi. Ia menatap Rezi dengan senang.

"Aku telpon kamu daritadi."

Rezi mengangguk, ia melanjutkan sarapannya.

Lagi dan lagi. Vale merasa hatinya sakit.
Ia hanya mampu tersenyum getir menatap Afra yang bertanya lewat mimik wajahnya.

"Lo ngapain nggak pake baju, Za?"

Reza menoleh, ia tersenyum miring.

"Kepo lo, badak!"

Sontak membuat keempat temannya tertawa keras. Sedangkan Alina hanya mengerucut sebal pada Reza.

Setelah menghabiskan sarapan, Alina pamit untuk kembali lagi ke Jakarta.
Membuat Vale dapat bernafas lega.

Di mobil, Reza dan Vale tengah terlelap.
Sedangkan Abidzar sedang bermain game di ponsel dengan menggenggam sebelah tangan Afra.

"Kamu main apa, sih? Sibuk banget,"

"Game."

Afra meletakkan kepalanya pada bahu Abidzar. Tangannya bergerak mengelus tangan Abidzar yang menggenggamnya.

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang