Aku bukan untukmu

317 18 8
                                    

Ya. Disinilah Afra sekarang. Terjebak diantara kakak adik yang tengah diam menatapnya. Belum ada yang memulai pembicaraan sama sekali. Aroma kopi yang dibuat membuat Afra ingin, lantas ia memanggil pelayan yang tengah lewat dan memesannya.

"Kalian mau?" Tawar Afra.

"Samain aja" Satria mewakili adiknya menjawab.

Lalu pelayan itu pun pergi.

"Kalo tetep diem, gue pergi." Abidzar membuka pembicaraan.

Satria berdeham, menetralkan suaranya.
"Sorry, kita bahas ini sekarang."

Abidzar dan Afra memfokuskan perhatian mereka ke Satria.

"Bisa kalian jelaskan masalahnya?" Satria menatap keduanya bergantian.

Cerita demi cerita mengalir dari mulut Afra. Hingga kejadian di apartemen yang menyebabkan hubungannya dengan Abidzar retak. Kemunculan Satria, hingga pertemuan malam itu dengan Farah.

Belum ia jelaskan mengenai masalah salah kirim pada Abidzar, air matanya menetes dari kedua matanya. Ia menunduk, mencoba mengendalikan dirinya agar tak terbawa suasana.
Di depannya, Abidzar menatap lurus padanya sedangkan Satria hanya terdiam menunggu kelanjutan ceritanya.

Tangannya merogoh tas selempang yang ia pakai dan mengeluarkan tisu. Menghapus air matanya. Ia menghela nafas panjang.

"Sampai masalah salah kirim kemarin, gue nggak tau apa yang dipikirkan Abidzar dan masalah kita putus kemarin."

Abidzar terdiam sejenak, tangannya mengusap rambut Afra sekilas.
"Cengeng. Cantik-cantik kok cengeng?"

Satria tersenyum kecil melihat interaksi yang terjadi di hadapannya barusan.

"Sekarang gantian Abi yang cerita."

"Sebelumnya gue minta maaf sama Afra, ataupun sama lo, bang." Pandangan Abidzar terfokus pada Satria.

"Gue minta maaf atas semua kekacauan yang gue buat."

Abidzar mengangkat tangannya, mengelus tangan Afra yang bertumpu di meja.

"Lo cewek yang paling gue sayang setelah Mama. Tapi sayang, Papa gue ngerusak semuanya."

"Hari dimana lo datang ke apartemen, sebelum itu papa gue dateng. Papa bilang, dia bakal berhenti menyekolahkan Abang gue di Jerman. Gue nggak mau, Fra. Dia Abang gue, gue nggak bisa lihat dia hancur karena nggak lulus kuliah cuman gara-gara gue."

Abidzar menghela nafas.

"Lo takut kehilangan gue kan?"

Afra mengangguk pelan, mengiyakan.

"Tapi gue lebih takut kehilangan Abang gue. Dulu dia hampir mati karena bantuin gue bertengkar sama preman pasar saat SMP."

"Jadi maaf, gue lebih milih sama Elisa biar kuliah bang Satria tetep jalan."

Abidzar mengulas senyum terluka. Senyum yang tak pernah ia perlihatkan sebelumnya. Air mata yang hampir jatuh ia seka cepat agar tak terlihat.

"Bang, maaf. Gue gagal, gue penyebab cewek yang lo suka, nangis. Gara-gara gue, dia sakit. Gue minta maaf, bang."

Satria tersenyum bangga, ia menepuk pundak Abidzar dengan senyuman.

"Terima kasih. Tapi gue nggak bakal balik ke Jerman."

Abidzar melotot terkejut, "Kenapa? Gue bisa bilang ke papa."

Satria menggeleng, "Gue udah dapet kerja disini and gue pengen kerja daripada kuliah disana seorang diri."

Pandangan Satria bertemu dengan Afra. Sejak tadi gadis itu hanya diam. Entah apa yang dipikirkannya. Namun ia yakin, ia pasti bahagia melihat interaksinya dengan Abidzar.

"Maaf saya nggak tau kalo kamu mantan pacar Abi. Sekarang semuanya sudah jelas. Kita bisa baikan, memulai semuanya dari awal yang baik."

Abidzar mengulas senyum tipis, ia menatap Afra dengan serius.

"Fra, gue mohon buka hati lo buat Abang gue. Gue bakal mundur. Lo bener, gue emang brengsek jadi cowok. Gue nggak bisa jagain lo dengan baik. Gue minta maaf."

Personil band yang berada di cafe tersebut membuyarkan kalimat Abidzar baru saja. Semua mata terfokus pada band yang akan tampil itu.

"Hai guys! Selamat malem. Semoga kalian happy dengan lagu yang bakal gue bawain ini."

"Lagu nya cocok buat para sadboy dan sadgirl yang baru saja ditinggal pacarnya." Pemuda itu mengakhiri kata-katanya dengan tawa pelan.

Musik diputar, seluruh pengunjung di cafe menikmati nyanyian darinya. Hingga tak sadar, ketiga insan itu terbuai dengan apa yang sedang terjadi sekarang.

Dahulu kau mencintaiku
Dahulu kau menginginkanku
Meskipun tak pernah ada jawabku
Tak berniat kau tinggalkan aku

Abidzar melirik Afra yang tengah menatapnya pula. Ia rasa, Afra merasakan hal yang sama dengannya saat ini.

Sekarang kau pergi menjauh
Sekarang kau tinggalkan aku
Di saat kumulai mengharapkanmu
Dan kumohon maafkan aku

Abidzar tak berharap banyak atas apa yang telah ia lakukan, ia hanya ingin Afra membuka hatinya untuk Satria dan memaafkan perbuatannya selama ini.

Aku menyesal telah membuatmu menangis
Dan biarkan memilih yang lain
Tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
Pasti itu terbaik untukmu

Abidzar lagi-lagi menatap keduanya. Ia yakin, Satria dapat membahagiakan Afra lebih darinya. Meskipun, ia harus terluka.

Janganlah lagi kau mengingatku kembali
Aku bukanlah untukmu
Meski 'ku memohon dan meminta hatimu
Jangan pernah tinggalkan dirinya
Untuk diriku

Ya. Lirik itu benar, Afra tidak boleh meninggalkan Satria hanya untuknya yang tak tau diri ini.

Tak kuat lagi, Abidzar segera keluar dari cafe itu terburu-buru. Sudah cukup ia harus melihat kedua insan itu. Rezi benar, harusnya ia mengikhlaskan saja mantan kekasihnya itu.

Dan, Abidzar merasakan itu sekarang.

——————————————————————

Mendekati ending teman-teman haha

Chap sebelumnya blm ada yg vote sih, tpi pgn update aja biar ceritanya cepet-cepet selesai hehe

Big love!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang