Prioritas

173 13 5
                                    

🔊 : Lebih dari egoku —Mawar de jongh

————————————————————
Ada yang mau keluar bareng Abidzar?

————————————————————Ada yang mau keluar bareng Abidzar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam sayang

————————————————————

Suara pintu yang dibuka secara paksa membuat Abidzar terbangun. Ia melirik jam di dinding.

21.54

Siapa yang membuat kegaduhan di rumahnya malam-malam begini.
Setelah memakai kaosnya, ia menuju ruang tamu.

Ia baru sadar, siapa lagi kalau bukan Harri sang Papa.

"Papa denger kamu mau liburan sama temen-temen kamu yang nggak jelas itu,"

Harri menatap tajam sang putra. Sedangkan yang ditatap hanya duduk santai lalu meminum jus jeruk yang dibuat Farah untuk Harri.

"Itu minuman Papa! Nggak sopan!"

Harri membentak kesal.

Abidzar menaruh gelas yang isinya sudah setengah itu di nampan.

"Oh, nggak keliatan. Nggak ada namanya juga, kan?"

Farah mengusap pundak sang suami untuk membuatnya tenang.

"Papa ngizinin kamu pergi asal kamu ajak Elisa juga."

Abidzar tersenyum miring, "Emang aku minta izin?"

Bungkam. Abidzar benar-benar bisa membuatnya bungkam seribu bahasa.

"Papa nggak mau tau, kamu harus pergi sama Elisa!"

"Kenapa nggak Papa aja?"

"Apa maksud kamu?!"

Abidzar terkekeh pelan. Mengabaikan pertanyaan Harri, ia menyambar jaket dan ponsel di sofa sebelahnya.

Ia melenggang keluar dengan santai. Setelah memakai jaket dan helm, ia melaju meninggalkan rumahnya. Mengabaikan bentakan Harri untuk tetap diam di tempat.

Ia menuju rumah sahabatnya. Jam segini pasti masih dalam kategori sore hari bagi mereka. Hafal seperti biasa, ia segera membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam kamar.

"Buset, kaget gue." ucap Reza dengan mengusap dadanya.

"Alay," Rezi menimpali.

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang