Kisah mengenai perjuangan Afra Hanina untuk mendapatkan hati seorang Abidzar Adhitama, cowok yang suka dengan Hoodie berwarna putih.
Berkali-kali usaha yang dilakukan Afra untuk mendapatkan hati Abidzar, dan berkali-kali pula Abidzar mencoba untuk m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Be like : anginnya nakal hehe ————————————————————
Abidzar mengajaknya untuk makan malam di rumahnya. Harri memaksanya untuk membawa Afra ikut. Afra sudah berperasa pasti akan ada apa-apa. Perasaannya mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang terjadi.
Menepikan segala pikiran negatifnya, ia segera merapikan diri karena Abidzar akan menjemputnya setengah jam lagi. Setelah merapikan tata rambutnya, ia memasukkan segala keperluan yang ia butuhkan. Seperti handphone dan lainnya.
Suara klakson mobil Abidzar terdengar hingga kamar Afra. Ia menghampiri lalu duduk di samping Abidzar.
Sontak Abidzar menggeleng cepat, "Bukan gitu. Malam ini aura cantiknya lebih keluar."
"Gombal. Belajar dari siapa?"
"Reza."
Afra memecahkan tawanya saat mendengar jawaban polos Abidzar. "Pantes aja,"
Setelah menempuh perjalanan lima belas menit, keduanya sampai di rumah Abidzar. Afra mencoba mengatur detak jantungnya yang semakin lama makin menguat. Ia mengatur nafasnya, mencoba rileks.
"Ada Elisa di dalem. Kamu cuman cukup bersikap dewasa, yang lainnya urusan aku."
Afra mengangguk, ia yakin pada Abidzar. Kekasihnya ini pasti sudah memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Ia menggandeng lengan Abidzar dan memasang senyum terbaiknya.
"Afra, lama banget kamu nggak main kesini."
Farah datang dari dalam dan memeluk tubuh Afra. Ia tersenyum menatap kedatangan keduanya.
"Maaf ya, Tante."
Farah mengangguk, ia merangkul pundak Afra dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Yang ditunggu datang juga,"
Mendengar sindiran yang dilontarkan oleh Harri membuat Afra tersenyum. Langkahnya menuju pada Harri lalu menyalami tangannya.
"Maaf ya, Om. Tadi lagi sibuk sama mas-mas kemarin,"
Harri hanya berdeham.
"Om nggak lupa kan sama mas-mas kemarin? Atau mau saya ingatkan lagi?"
Sontak Harri menggeleng. "Tidak. Terima kasih."
Afra hanya menahan senyumnya.
"Mari kita ke ruang makan, keburu makanannya dingin."
