Setelah mengatakan itu, Abidzar langsung menutup pintu dengan kasar. Ia mengacak rambutnya frustasi. Melihat Afra yang menangis membuat hatinya hancur. Apalagi itu karena ulahnya. Ia terduduk di lantai dan bersandar pada pintu.
Menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Ia menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang tengah terjadi.Di depan pintu, Afra mencoba menguatkan dirinya sendiri. Ia mengangguk pelan dan mengusap air matanya. Perlahan kakinya melangkah meninggalkan apartemen seiring air matanya yang terus menetes tanpa bisa ia tahan.
Kenapa jadi seperti ini?
Ia membuang makanan yang diberikan Sheina padanya. Harusnya itu untuk Abidzar. Setelah membuang di tong sampah, ia berjalan tak tentu arah.
Air matanya terus menerus menetes perlahan.
Baru ini, hatinya merasa sakit yang luar biasa.
Diterbangkan lalu dihempaskan begitu saja.Setelah berjalan beberapa menit, ia memutuskan untuk duduk di taman.
Melihat anak kecil bermain dan tertawa mungkin bisa menjadi obat patah hatinya.
Ia mencoba menghubungi nomor Vale untuk meminta bantuan, namun sayangnya ia tak menjawab.Ia menghembuskan nafas pelan, meminum air mineral yang baru saja ia jual hingga habis. Ingatannya kembali pada kejadian itu. Membuat tangisnya semakin pecah. Ia hanya mampu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Mengapa semuanya jadi seperti ini?
Ia menatap langit yang mulai menjatuhkan air hujan perlahan tanpa peringatan.
Ia tersenyum sedih, langit pun tau apa yang ia rasakan saat ini.
Membiarkan dirinya kalut dengan hujan adalah yang terbaik.
Melampiaskan semuanya, air matanya, sesak di hatinya dan beban di pundaknya.Hujan turun kian deras. Banyak pengendara motor yang berteduh di ruko-ruko seberang jalan.
Dengan senyum paksa, Afra melangkah menerobos derasnya hujan.
Tubuhnya kian basah saat hujan mengguyur bumi semakin deras."Buat aku lupa rasanya sakit hati."
————————————————————
Abidzar terbangun saat dering ponselnya berbunyi terus menerus. Suara hujan dan dinginnya udara, membuatnya tidur di bawah hangatnya selimut.
Tante Sheina is calling...
"Iya, Tante. Kenapa?"
"Afra ada disitu kan? Daritadi ditelfon handphonenya mati."
Afra.
"Iya, Tante. Afra lagi di kamar mandi."
"Syukurlah. Terima kasih, ya. Nanti kalau udah reda, Afra suruh pulang."
"Iya, Tante."
Memutuskan sambungan telepon, ia segera berlari menyambar jaket dan kunci mobilnya. Ia meminta bantuan pada si kembar untuk mencari Afra.
Ini pasti ada kaitannya dengan dirinya.
Ia tak dapat berpikir tenang mengenai kondisi Afra saat ini.Melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia menoleh kanan kiri. Berharap menemukan Afra. Air matanya tiba-tiba menetes tak dapat ia tahan. Ia merasa menjadi lelaki yang tak dapat mengemban tanggung jawab dengan baik.
Lebih memilih menyakiti perasaan gadis yang ia suka dan rela menjadi boneka untuk kesenangan sang papa.Saat akan belok ke kompleks perumahan Afra, ia melihat gadis itu tengah berputar-putar di bawah derasnya hujan. Masih mengenakan pakaian yang tadi ia pakai di apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abidzar (END) ✅
RomanceKisah mengenai perjuangan Afra Hanina untuk mendapatkan hati seorang Abidzar Adhitama, cowok yang suka dengan Hoodie berwarna putih. Berkali-kali usaha yang dilakukan Afra untuk mendapatkan hati Abidzar, dan berkali-kali pula Abidzar mencoba untuk m...