Saat sampai di apartemen, ketiga cowok itu tengah membicarakan masalah yang serius. Raut wajahnya mereka seakan tak ingin bercanda sama sekali.
"Woi, bro!"
Satria duduk di samping Abidzar. tangannya mencomot kue kering yang dibuat oleh Farah.
"Pada ngomongin apaan, sih? Serius amat."
Reza menunjuk Abidzar dengan dagunya, "Cewek."
Jawaban Reza membuat Satria mengingat kejadian tadi di rumah sakit.
"Gue tadi baru ketemu cewek cantik. Cantik banget. Sayang dia lagi sakit, jadi keliatan pucet.""Siapa namanya, bang?"
"Aduh, lupa gue. Dia lagi sakit, tadi."
"Jangan gitu, lo. Nyeremin banget."
Reza melempar bantal sofa ke arah Satria. Ia bergidik ngeri melihat kelakuan Satria yang baru saja bertemu dengan cewek cantik.
"Gue jadi penasaran cewek yang lo maksud, bang." Abidzar menimpali.
Rezi mengangguk, menyetujui.
"Cantik pokoknya, lo pasti jatuh cinta pertama kali. Rasanya hati gue kayak cenut-cenut."
"Alay lo!"
Sementara di kamar inap Afra, ia tengah ditemani oleh Vale. Matanya terus menerus mengeluarkan air mata, meski mulutnya mengatakan kata 'tidak apa-apa', nyatanya semua tak sesuai harapan.
"Jangan nangis terus, Fra. Lo pasti bisa kok lupain dia."
Vale sendiri kebingungan mencari cara agar membuat Afra berhenti menangis.
"Gue cuman ngerasa, hubungan yang gue perjuangin mati-matian, nyatanya nggak ada nilainya sedikit pun di mata dia."
Vale mengangguk. Ia memahami apa yang tengah dirasakan oleh sahabatnya. Rasa dikecewakan itu sangat sulit dimaafkan.
"Rasanya, gue udah capek. Pengen berhenti."
Vale menggenggam tangan Afra, "Gue tau lo pasti bisa. Semangat, ya!"
"Gue pengen pulang. Besok kita jadwalnya ngembaliin raport, kan?"
Vale mengangguk kaku. "Biar gue bawa aja raport lo, lo kan belum sembuh."
Afra menggeleng, "Gue pengen pulang."
Atas kesepakatan yang dibuat Wiranto dengan pihak rumah sakit, agar putri semata wayangnya dapat pulang ke rumah, hari ini pun ia berhasil membawanya pulang.
"Kamu harus tetap istirahat, besok biar Papa yang antar."
Afra mengangguk pelan, memilih patuh.
Hatinya sendiri mengatakan ia masih belum sanggup bertemu kembali dengan Abidzar.Namun apapun itu, ia harus selalu siap.
————————————————————
Hari ini pengembalian raport semester ganjil. Setelah menata seluruh kesiapan hatinya, ia memilih untuk tetap berangkat ke sekolah. Rasanya ia pun rindu dengan teman-temannya.
Setelah sampai di depan gerbang sekolah, Wiranto meminta maaf karena tak dapat menemaninya. Ia harus menghadiri rapat dadakan.
"Kalau sudah selesai, telpon Papa. Papa langsung ke sini. Kamu jangan jauh-jauh dari Vale."
Afra mengangguk pelan, ia menyalami Wiranto lalu keluar mobil.
Angin kencang menyambut kedatangannya, wajahnya terasa sejuk akibat hembusan angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abidzar (END) ✅
RomanceKisah mengenai perjuangan Afra Hanina untuk mendapatkan hati seorang Abidzar Adhitama, cowok yang suka dengan Hoodie berwarna putih. Berkali-kali usaha yang dilakukan Afra untuk mendapatkan hati Abidzar, dan berkali-kali pula Abidzar mencoba untuk m...