Hai

159 7 0
                                    

Mulut Afra terbuka sempurna, melihat Abidzar dirangkul oleh Satria dan memperkenalkannya sebagai adik. Kepalanya kini seolah menemukan beberapa keping yang tak punya pasangan. Malam ini ia tau bahwa Satria adalah Kakak dari seseorang yang masih ia harapkan saat ini.
Tak mampu berada di tempat itu lebih lama, Afra melangkahkan kakinya untuk pergi tanpa mengatakan apapun.

"Afra!" Satria mengejar langkah gadis itu.

Di depan pagar rumahnya, tangannya mampu menahan lengan Afra.
"Ada apa?"

Afra menggeleng cepat, "Sorry. Gue harus balik."

"Tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba? Kamu sakit?"

Afra menjauhkan diri saat punggung tangan Satria hendak menyentuh dahinya.

"Nggak, tapi gue harus pulang."

Masih dengan tangan yang menahan lengan Afra, Satria menatap heran ke arahnya.
"Ada apa? Cerita sama saya."

Mata Afra melirik Abidzar yang tengah berjalan mendekatinya dan Satria. Tatapannya tenang, seperti tidak ada yang terjadi. Padahal Afra sangat yakin, ia pun terkejut, sama halnya dengan dirinya.

"Hai. Salam kenal."

Afra melongo beberapa saat ketika Abidzar menyapanya dan mengulurkan tangannya untuk mengucapkan salam kenal.

"Kenapa nggak mau masuk? Mama saya pasti senang sama kamu." Satria menambahkan.

"Mama gue baik kok, masuk aja." Abidzar menimpali. Tangannya kembali ia turunkan karena tak mendapat respon apa-apa dari Afra.

Afra menenangkan dirinya, "Sorry. Lain kali aja."

Melihat taksi yang tiba-tiba melintas, Afra dengan cepat segera melambaikan tangannya. Memberi kode untuk berhenti.

"Gue balik dulu."

Keduanya hanya menatap melihat taksi yang ditumpangi Afra berjalan menjauh sehingga hilang dari pandangan.

"Cewek lo? Cantik, bang." Abidzar tertawa pelan.

"Aset gue."

"Belum jadi pacar juga belagu banget."

"Kan otw."

Keduanya kembali ke dalam rumah. Di dalam rumah seluruh orang terlihat diam, berpikir atas hal yang baru saja terjadi.

"Itu tadi Afra, kan? Cewek yang pernah dibawa Abidzar pulang,"

Sialan! Mulut nenek lampir itu benar-benar mencari masalah. Batin Rezi bergejolak.

"Maksudnya?" Satria memasang wajah heran, menatap adiknya yang tengah menatap Farah.

"Iya, gue inget kok. Dia pacarnya Abi." Elisa semakin memperkeruh suasana.

Satria menatap tajam. "Jelasin ke gue!"

Nadanya terdengar mengancam. Ia tak pernah mendengar Satria berbicara dengan nada tersebut. Yang ia tau, Abangnya itu orang yang lembut. Ia tau kapan harus untuk marah dan diam.

"Kita duduk, bang." Reza mencoba menengahi kedua kakak adik itu.

Satria menghiraukan perkataan Reza. Tatapannya kini fokus pada Abidzar yang ingin membuka mulutnya untuk berbicara.

"Dia pacar gue, bang." Abidzar membuka mulut.

"Kenapa lo nggak bilang ke gue?!" Satria maju selangkah, mendekat pada adiknya.

"Tapi dulu, "

Abidzar menjeda penjelasannya.

"Sebelum papa ngerusak semuanya."

Abidzar (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang