26 - Good Goodbye (Last Kiss)

1.2K 33 9
                                    

Aubry POV

Aku tak tau sejak kapan Rana ada disini, yang pasti sejak bangun dari rasa kantuk yang menyerang akibat obat-obatan itu, dia sudah disana sedang mengobrol ringan dengan ibu di sofa. Bisa kulihat jelas matanya agak bengkak, pasti terlalu lama menonton DVD, fikirku.

"Hei Ran..", Dia tersentak kaget mendengar suaraku, anehnya suaraku terdengar serak dan lemah.

"Haiii neng Oby, udah siap toh ngebo?", Rana tersenyum ringan lalu menghampiriku dan duduk manis disisi tempat tidur.

"Ihh apaan si, kalo kamu makan obat itu juga pasti ikutan ngebooo, moooooo", Aku terkikik melihatnya yang kini manyun-manyun manja.

"Gimana By? udah enakan? masih sakit kepalanya?", Rana berusaha bertanya senormal mungkin, tapi sekilas bisa kulihat matanya menyiratkan sesuatu, mungkin khawatir atau sedih?

"Apaan sih, besok juga gue udah pulang, ini mah sakit biyasyaaa..." kucubit lengan Rana yang kini meringis kesakitan.

"Bener lo ya,, jangan lama-lama sakitnya, gue nggak ada temen ceweknya nih.." Aku geleng-geleng melihat kelakuan Rana, Tak biasanya dia merengek seperti ini.

"Iya-iya,, ini juga kepala gue uda nggak sakit koq", aku nyengir kuda membuat ibu yang sedari tadi menonton ikut tersenyum lirih.

Hari telah menjelang maghrib, setelah mengobrol tentang teman-teman dan kegiatan band di Jakarta, Rana berpamitan pulang. Sebelumnya dia bahkan sempat mengatakan kalau Bayu dua mencariku ketika dia menonton Sunshine manggung di sebuah mall di Jakarta. Rana bahkan belum menemui keluarganya, lebih mengutamakan menemuiku ketimbang mama dan papanya.

Tinggallah aku disini bersama ibu yang tak pernah meninggalkanku barang sebentar untuk pulang dan beristirahan dirumah, padahal sudah kubilang agar Ibu pulang saja, aku masih sanggup mengurus diri sendiri, tapi Ibu selalu menolak dan bersikeras menungguiku.

***

Hari ini sama membosankannya dengan hari-hari kemarin, Aubry sudah bilang ke Rana kalau hari ini dia akan pulang dan ingin segera kembali ke Jakarta. Dia bertekad ingin menyelesaikan masalahnya dengan Nikki, walau tak seharipun dia lewatkan untuk mencoba menghubungi nomor Nikki atau sekedar mengirimkan satu atau dua pesan ke whatsaap Nikki, tapi hasilnya tetap sama. mengecewakan.

Aubry bahkan tak tau lagi bagaimana keadaan hatinya saat ini, mungkin sudah lebam membiru, menahan rindu selama 8 hari ternyata bisa sebegini menyiksa. Bahkan rasanya rindu yang ditahannya ini seperti perlahan-lahan berubah menjadi parasit yang diam-diam menyakitinya, walaupun dia cukup menikmati rasa sakit itu, karena setidaknya rindu menyiksa itu membuktikan cintanya kepada Nikki itu nyata. Seperti yang dikatakan Rana, bahwa dia pun pasti akan merasa sedih dan merasa sakit dikhianati jika melihat kekasihnya itu terlihat jalan berdua dengan seorang wanita. Tapi apakah separah itu kesalahannya? sehingga Nikki bahkan tak mau repot-repot mendengarkan penjelasannya, mematikan Handphonenya dan menghindarinya sedemikian rupa. Seandainya Nikki tau, dia benar-benar terluka.

"Makan dulu nak", Ibu menginterupsi lamunan Aubry, duduk di sisi kanan setelah sebelumnya memencet tombol pengaturan sehingga kasur rumah sakit ini menekuk perlahan, membuat Aubry berada diposisi setengah duduk.

"Aubry bisa sendiri bu", tangannya berusaha menjangkau piring yang sedang dipegang ibu.

"Huss, udah diem aja disitu terus buka mulut, apa susahnya sih? Ibu akan nyuapin kamu suka atau nggak", Aubry manyun mendengar kalimat barusan, memang sebenarnya kepalanya sedikit sakit, tapi pasti karena belum minum obat.

Aubry menurut dan menghabiskan nasi dengan lauk rumah sakit yang nggak ada enak-enaknya, tapi dia ingin segera sembuh, dan makan dengan kenyang termasuk penyebuh bukan?

White MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang