Aubry
"Pacaran yuk bry?", matanya menyiratkan keyakinan dan ada ketulusan disana, aku terdiam dan jantungku yang sejak tadi sudah berdetak tak karuan tiba-tiba saja seperti mencelos kelantai. Aku nggak salah dengar kan? Aku sudah hafal dengan skenario penembakan seperti ini, sudah beberapa kali aku katakanlah "ditembak", tapi nggak ada yang menimbulkan percikan seperti ini, dulu rasanya biasa aja.
"Haa?", suaraku cukup mewakili kekagetanku.
"Kamu gak perlu jawab sekarang, aku tau kamu pasti kaget dan bingung ya?", pertanyaannya hanya kujawab anggukan.
"Besok ada jadwal nggak bry?", sambung Nikki menginterupsi diamku.
"Kayaknya nggak ada."
"Kira-kira besok kamu udah bisa kasih aku jawaban nggak ya?", aku meliriknya dari balik bulu mataku, masih bingung akan menjawab apa.
"Mmmm, bisa deh kayaknya", jawabku malu-malu, kenapa pipiku terasa panas gini?
"Oke, besok jam sepuluh pagi aku jemput ya, aku mau ngajak kamu jalan-jalan." Katanya dengan senyum sumringah ala Nikki.
"Oke, jam sepuluh aku udah siap", jawabku masih malu-malu.
***
"Oby!!!", Rana berlari kearahku dengan wajah cerianya kemudian melotot melihat jemari Nikki menggenggam tanganku dengan possesif.
"Heiii uda lama? yang lain mana? kok belum beli apa-apa?" aku memberondongi Rana pertanyaan, bukannya dia udah lama disini?
"Gue udah liat-liat sih tadi, tapi bingung kalo nggak ada yang bisa gue tanyain", kata Rana sambil nyengir.
"Ya ampun Ran, ayok.." kataku sambil meyeret lengan Rana kedalam pusat perbelanjaan itu, ehh tapi tunggu dulu kenapa tanganku yang satu lagi masih digenggam gini?
Aku berhenti sebentar lalu melirik Nikki dengan tatapan 'lepasin dulu ya', dia langsung melepaskan tanganku dan bilang "Sorry" sambil nyengir. Nikki dengan baik budi dan tidak sombong setia mengikuti kami sambil sesekali tersenyum dan memberi pendapat.
"Yang lain mana?", tanyaku sambil menggandeng tangan Rana.
"Oh mereka dilantai atas, tempatnya baju-baju cowok", jawab Rana sambil memilih-milih kemeja.
"Bagusan yang mana?" Rana memegang sebuah kemeja denim lengan panjang di tangan kiri dan kemeja flanel hijau tua kotak-kotak di tangan kanan.
"Yang kiri", kataku yakin, Rana mengangguk puas, tas belanjanya sudah penuh. Sedangkan aku baru mulai berbelanja dengan cepat, menarik pakaian dan celana atau rok yang kusukai tanpa pusing-pusing dengan pendapat orang lain, apalagi bolak-balik mengitari tempat belanja hanya untuk memastikan yang ini lebih murah daripada yang itu, yang ini lebih bagus daripada yang itu, ini memang sudah gayaku. Rana paham betul kalo aku nggak hobi berlama-lama belanja, jadi dia berusaha mengimbangiku dengan tidak bertele-tele.
"Aku udah cukup deh, minggu depan kan bisa beli lagi", kataku pada Rana yang sedang bingung memilih dress dihadapannya.
"Lo ga beli dress by?" Rana menyodoriku dress hitam selutut dengan aksen pernik berwarna gold di lehernya yang berbentuk persegi. Ukurannya sepertinya pas dibadanku dan terlihat sangat manis, tapi aku sepertinya terlalu setia dengan rok dan celana, aku hampir nggak punya baju-baju semacam itu.
"iya bry, itu keren banget loh kalo kamu yang pakek", Nikki yang dari tadi diam ikut berkomentar, senyum innocentnya seperti memohon. Ahh gantengnya! tapi aku tetep nggak mau.
"Nggak deh, nanti malah nggak pede lagi make nya", kataku yang membuat Nikki tiba-tiba merengut.
"Udah ah, pegel nih betis", aku berniat menyudahi acara shoping ini karena betis dan tumitku sudah merana.
"Ehhh tunggu dulu, yang ini apa ini?", tanya Rana pada dress berwarna cokelat susu dan abu-abu.
"Abu-abu", kataku lalu berjalan kearah kasir.
***
Nikki
"Capek Bry?", aku melihat Aubry yang memijit-mijit betisnya. Kami sedang dimobilku dalam perjalanan pulang menuju apartemen.
"Lumayan", katanya sambil tersenyum simpul, ah manisnya...
"Kamu kalo belanja memang kayak gitu ya?", akhirnya aku menyuarakan fikiranku yang sejak tadi mengikutinya belanja.
"Emangnya gimana?", dia bingung dengan pertanyaanku.
"Cepat dan singkat", sangat berbeda dengan mantan-mantanku yang kalo lagi belanja super duper blibet dan melelahkan, makanya aku benci nemenin cewek belanja. Tapi gaya belanja Aubry sepertinya antimainstream.
"Oh, aku nggak tahan jalan lama-lama di mall kayak gitu Nik, belum lagi kepalaku bisa pusing kalo liat orang terlalu rame, aku kalo udah suka sesuatu nggak bakal mikir dua kali", Dheggg! kata-kata terakhirnya halus dan terkesan ambigu. Atau ini hanya perasaanku?
"Kalo uda suka ya udah langsung aku ambil, ga perduli harganya murahan atau apalah yang penting aku suka, ga perlu menjelajahi semuanya terus balik lagi kalo ternyata udah suka sama tadi-tadi, kan capek", padahal di tempat tadi nggak ada yang murah. Cewek unik dan rendah hati, nilai plus lain dari calon pacar. Ecciieeee!
"Ohh, enak dong nemenin kamu belanja, ga ribet kayak nemenin cewek-cewek lain", kata-kata cerobohku sukses membuat wajahnya yang dari tadi menatap lurus kini menoleh dan menatapku terluka.
"Kamu udah berapa kali pacaran?", pertanyaannya membuatku terdiam tak nyaman, belum lagi wajahnya yang sebelumnya ceria tiba-tiba sendu. Holy Shit!! kenapa bisa kelepasan gini. Aku mengutuki mulutku.
"Pernah beberapa kali", jawabku lirih, takut melukainya dan merusak malam indah ini.
"Oh" jawaban singkatnya membuatku sedih.
"Mereka sering ditemenin belanja ya?", suaranya pelan dan dia tak lagi menatapku.
"Satu diantaranya, yang lain hampir nggak pernah", lebih baik jujur daripada nanti jadi masalah. Sudah jam sepuluh dan jalan Ibukota masih macet, semoga kemacetan ini memberiku waktu menjelaskan kebodohanku tadi.
"Kamu berapa kali pacaran bry?", perlanyaanku dibalas gelengan kepalanya.
"Nggak pernah", jawabannya persis seperti cerita Willy, bukan karena nggak ada yang nyatain cinta, tapi Aubry yang nggak mau.
"Aku seneng banget nemenin kamu belanja tadi, pokoknya malam ini ga bakalan aku lupain", aku mengalihkan pembicaraan kaku ini, perlahan senyumannya terbit, membuatku lega sekaligus terkesima, Dia begitu baik dan menyenangkan, kalo Indi pasti udah ngamuk-ngamuk kalo aku nggak sengaja nyebutin cewek lain didepannya.
"Apalagi aku", kata-katanya tadi membuatku ingin melompat-lompat kegirangan, dia juga senang dan nggak bakal ngelupain malam ini!!!!
"Kamu nggak marah kan Bry? maafin kata-kata aku tadi ya" , aku bersungguh-sungguh tak ingin dia marah.
"Nggak, kenapa harus marah? aku kan bukan siapa-siapanya kamu", kata-kata lirihnya membuat dadaku nyeri. Harusnya dia langsung jawab aja pertanyaanku yang tadi dan dia otomatis jadi seseorang yang paling berarti dalam hidupku.
Haaa... next chap ada cerita tentang Nikko dan Nikki, sakit apa ya mereka? Jangan lupa Vote ya, yang pelit vote kuburannya sempit. hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
White Melody
RomanceKisah cinta anak band yang berakhir duka.. Adakalanya sebuah lagu bisa mewakili perasaanmu dan kisah perjalanan cintamu...