Melihat langkahnya yang semakin menjauh hanya membuat hatiku bertambah nyeri, kepergiannya seperti meninggalkan luka, luka yang saat ini belum kupahami sebabnya. Dia meninggalkanku sendiri disini tanpa pernah menoleh lagi, masuk kedalam sebuah ruangan bertulisan staff only.
***
Sudah dua bulan semenjak pertemuanku yang terakhir dengan Nikki, di awal-awal kami memang sering berkomunikasi, tapi semakin kesini semakin jarang, bahkan seminggu terakhir ini kami nyaris tidak pernah berkirim pesan lagi. Tapi sudah sewajarnya, memangnya aku siapa mengharapkan perhatian darinya? apa lagi kata-kata terakhirnya "see you", batinku pedih.
"Jangan gitu dong By, akhir-akhir ini kamu lebih pendiem, ngga asik nih", teguran Angga membuyarkan lamunanku.
"Mana da,, biasa aja keless,,", jawabku sekenanya sambil menatap buku Lupus yang dari tadi cuma kupandangi tanpa ku baca. Hari ini kami sedang nongkrong bareng buat membahas lagu-lagu baru disebuah cafe di pusat kota. Tiba-tiba Tio mengeluarkan sebuah brosur dan meletakkannya di meja dengan gebrakan yang membuat semunya menoleh. Kubaca tulisannya FESTIVE SOUND INDIEFEST dengan gambar alat-alat musik yang seperti tersedot masuk kedalam kotak ajaib dan tanggal audisinya adalah kira-kira sebulan lagi dari hari ini.
"Kita harus ikut!!!!", mendenger semangat Tio kami semua hanya terdiam, kecuali Rana yang tiba-tiba wajahnya sumringah seperti baru dapat lotre 1 M.
"Kalo cuma babak penyisihan dikota ini, udah pasti kalian bisa jadi pemenangnya, tinggal berusaha buat menang di grand final", sambung Rana kepedean dengan mata berapi-api.
"Aku ikut aja deh", jawab Tama yang mulai tersulut semangatnya.
"Kapan lagi kita dapat kesempatan kayak gini, masak iya mau terus-terusan jadi band kamfung?", Tio menimpali.
"Aku ngga bisa guys, maaf", Aku segera bangkit dan meninggalkan bandku yang melongo menatap kepergianku.
Aku benar-benar ngga bisa melanggar janjiku pada ayah, cuma aku satu-satunya anak yang bisa diharapkannya menjaga ibu dan mungkin menjadi tulang punggung keluargaku kelak, walaupun harta peninggalan Ayah sangat cukup memenuhi kebutuhan kami berdua.
***
5 Tahun yang lalu
Ibu sedang menggenggam tangan ayah yang tertidur dan terbaling lemah, menatap wajah ayah lekat-lekat seolah sangat lama memendam rindu dan baru kini bisa bertemu. Sesekali ibu menyeka airmatanya yang meleleh tanpa suara, kadang ibu melantunkan doa-doa untuk kesembuhan ayah dan kadang ibu bersenandung lagu-lagu favorit ayah dengan lirih. Aku tak pernah tahan berlama-lama diruangan itu melihat kasih sayang ibu yang tiada batas kepada ayah. Ayah seminggu yang lalu terkena serangan jantung, akibat gaya hidup dan tidak sehat dan kebiasaannya merokok. Seringnya aku lari keluar dari rumah sakit berlari sekencang-kencangnya menuju taman kota tak jauh dari rumah sakit, hanya duduk diam dan melamun seolah itu bisa meredakan rasa sakit kan berdenyut-denyut menggerogoti hatiku. Aku nyaris tak pernah menangis, bahkan peristiwa memilukan seperti dikamar perawatan ayahku tidak bisa menggugah airmataku untuk keluar.
Setelah meredakan emosi dan kesedihanku, aku kembali kekamar dan kaget melihat ibu dan Ayah sedang bercakap-cakap pelan, ayah sudah sadar rupanya, melihat kedatanganku mereka langsung diam seolah-oleh terganggu atau mungkin sedang membicarakanku."Kesini nak", panggil ayah lirih, mungkin terlalu lemah untuk bersuara kuat.
"Ada yang ingin ayah katakan", aku mendengarkan dengan seksama perkataan Ayah sambil menggenggam tangannya.
"Tamat SMA nanti kamu akan kuliah dimana nak?"
"Mungkin Arsitektur atau Teknik Sipil yah, Aubry belum tau, masih bingung", jawabku tanpa pikir panjang, Ayah tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Melody
RomanceKisah cinta anak band yang berakhir duka.. Adakalanya sebuah lagu bisa mewakili perasaanmu dan kisah perjalanan cintamu...