Aku membuka lemari tasku, melihat kedalam sambil mengernyitkan dahi, tas ku banyak sama banyaknya dengan sepatuku. Sambil melirik kemeja dan skinny jeans aku menarik tas biru senada kemeja kotak-kotakku mengisinya dengan dompet, hp dan lipbalm. Bukan apa-apa selain tidak hobi make up, tas ku ini muatnya juga ga banyak.
Aku menatap cermin dan memastikan eyeliner dan lipstik warna pomeku telah memberi rona diwajahku, aku tanpa lipstik biasanya terlihat terlalu pucat seperti mayat. Puas dengan penampilanku aku ke lemari sepatu menyambar converse biru dongker dan berlari ke garasi, memanaskan mesin all new Jazz ku lalu memakai sepatu. Setelah menyalami ibu aq bergegas pergi.
Hari ini hari sabtu, teman-temanku mengajakku nonton film terbaru bergenre horor fiksi atau thriller yang memang salah satu jenis film favoritku.
"Drrt drrt cling clung" , hp ku berbunyi menandakan pesan di whatsapp ku, sambil nyetir aku melihat nama Rana disana , "hei cin, dimana? Filmnya 20 menit lagi mulai" , "sabar cin, masi di jalan bentar lagi nyampe, tunggu ya", setelah membalas pesan Rana lampu hijau menyala dan aku melesat cepat karena tak mau ketinggalan film seru yang satu ini.
"Hei ceman-ceman", sapaku ramah sambil nyengir kuda kepada lima orang sahabatku ini, merasa bersalah karena jadi yang paling terakhir datang alias telat. Kebiasaan burukku sejak dulu, 'ratu telat' kalo kata Tama sohib yang aku kenal dari SMA yang langsung menjewer kupingku.
"Aduh, sakit Tam, lepasin" kataku mengaduh.
"Biarin, biar kamu ga telat lagi" , Tama menjewer sambil menunjukkah wajah gemas kearahku.
"Belum telat tau, masi 10 menit lagi baru mulai kan ada iklan-iklan ga jelas dulu baru filmnya mulai", jawabku sambil bersungut-sungut. Teman yang lain cuma tertawa dan Rana satu-satunya cewek di geng ini selain aku merangkul bahuku dan menyeretku ke Studio 1 di ikuti Tama, Angga, Fajar dan Tio. "Ayo guys".
Didalam studio sudah hampir semua seat ditempati pemilik tiket, kami berenam naik menuju seat C dan segera duduk, aku seperti biasa duduk dipojok dekat tangga di pertengahan. Bukan apa-apa, rasanya puas aja nonton diposisi tengah dimana layar yang lebar dihadapanmu, seperti itu adalah posisi yang pas bagiku dan teman-temanku juga sangat paham karena tiap menonton aku pasti dapat posisi favoritku.
Sebelum film dimulai kami sudah memakan pop corn dan french fries yg sebelum aku datang sudah dibeli Tio. "Jangan banyak-banyak nanti gendut", fajar menggodaku sambil menarik wadah pop corn dari tanganku. "ihh fajar ganggu orang makan aja", gerutuku.
Sebelum lampu bioskop dimatikan aku melihat kebawah dan memperhatikan lima orang cowok masuk dan menaiki tangga. Aku menoleh keatas dan mendapati ada bangku kosong di seat A, kursi paling atas sejajar posisi kami berenam.
Dari lima orang tadi aku mendapati diriku melihat, aku ralat 'menatap' seorang diantara mereka yang memakai kacamata, rambutnya hitam ikal, memakai jaket hoodie adidas biru dongker dengan tulisan besar abu-abu, jeans hitam dan sepatunya seperti yang kupakai!. Wajahnya, oh wajahnya begitu innocent tapi maskulin dengan bibir tipis dan alis yang rapi, ah aku iri pada alisnya.
Dhegg, jantungku berdegup kencang ketika dia semakin dekat menuju undakan tangga tempatku duduk. Ketika dia tepat melangkah di sebelahku, aku mendapatinya melirik sekilas kearahku dengan wajah datar tanpa ekspresi lalu melewatiku dan kemudian mereka duduk, satu seat diatas kami! Ya ampun, aku pasti sudah gila. Karena sekarang jantungku berdetak kencang hanya karena dia melirikku. Aku pastikan film ini tidak akan bisa kuikuti!
***
Mataku memang menatap layar, tapi aku merasa kepalaku sedang dipandangi dari atas, mungkin perasaanku saja, mana mungkin cowok cool tadi memperhatikanku yang sangat biasa ini. Kalaupun iya pasti karena dia pernah melihatku manggung disuatu tempat bersama bandku.
"Woi gelisah aja! Tenang dong by lagi asik nih" , tegur Rana. Ternyata tanpa kusadari sejak tadi aku nonton sambil grasak-grusuk. "Maaf deh, aku kebelet", aku bangkit dan turun tergesa menuju toilet. Ga kebelet sebenarnya, cuma Pengen menetralkan jantung yang berdebar tak karuan.
Aku berlari menuju studio 1, tak perduli tatapan orang-orang yang duduk dibangku tunggu lorong didepan studio lain sedang menatapku. Aku sudah biasa ditatap seperti itu. Tergesa-gesa aku menaiki undakan tangga menuju seat ku.
Gedebuuug!! , aku mendapati diriku tertunduk berlutut ditangga dengan posisi merangkak yang aneh. Segera kuangkat kepalaku melihat beberapa orang yang tersenyum geli. Bukannya menolong, gerutuku. Sepersekian detik aku melihat cowok di seat A sedang tertawa geli tanpa suara sambil tetap menatap layar. Pasti dia menertawakanku. Sial!!. Dengan segera aku bangkit menuju seat ku. Rana dan yang lain nyengir kuda melihatku yang cemberut. "Puas dapet atraksinya?!" , gerutuku sambil melipat tangan didada dan kembali menonton. Sakitnya ga seberapa, malunya ini coy! Batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Melody
RomansaKisah cinta anak band yang berakhir duka.. Adakalanya sebuah lagu bisa mewakili perasaanmu dan kisah perjalanan cintamu...