Nikki
Tukang ojek yang sedang mangkal di ujung jalan tadi kini serius mengikuti taksi berwarna biru didepan kami, lajunya perlahan melambat di sekitar taman Menteng kemudian berhenti.
"Uda nyampe mas, itu taksinya berhenti di depan", aku memberinya selembar uang berwarna merah lalu berlari mencari Aubry, mengabaikan tukang ojek yang memanggil-manggil ingin memberikan uang kembalian.
Aku tau dia butuh sendirian, dan memutuskan akan membiarkannya berspekulasi sendiri tentang apa yang dilihatnya tadi. Indi bukan pacarku, dia hanya mantan pacarku yang sudah kuputuskan setelah jalan sebulan. Kehadiranku sekarang hanya akan memperburuk keadaan, dia sudah mengatakannya tadi, bahwa dia nggak mau mendengarkan penjelasanku. Mungkin bukan hari ini, tapi aku tetap merasa harus menjelaskan semuanya kepada Aubry besok. Karena reaksinya hari ini telah membuktikan bahwa sadar atau tidak, dia itu menyukaiku atau mungkin sudah jatuh cinta kepadaku, seperti aku yang telah jatuh cinta kepadanya sejak empat bulan yang lalu dan aku sekali lagi telah menghancurkan hatinya.
Aku mengikutinya yang berjalan pelan menuju sebuah bangku taman, menjaga jarak agar tidak mengganggunya, sesekali kulihat dia memijit kepalanya, pasti dia sedang pusing. Aubry berjalan seperti zombi, tidak melihat kekiri maupun ke kanan, sesekali dia tersandung atau bersinggungan bahu dengan pengunjung lain yang lewat, tapi dia tetap diam, tidak perduli pada sekitarnya, bukan seperti Aubry yang selama ini ku kenal, Aubry yang peka pada sekitarnya.
Setelah dia menemukan bangku yang dituju, dia segera duduk, kuperhatikan kepalanya memandang sekitar, melihat pengunjung yang duduk berpasang-pasangan disana, raut wajahnya sekilas terlihat seperti kesakitan, mungkin sakit kepalanya yang membuatnya terlihat tersiksa, semoga. Aku sebenarnya agak takut, menyadari bahwa mungkin rasa sakitnya lebih disebabkan olehku. Aku duduk di sebuah bangku taman di sudut, jauh dari jangkauan temaram lampu taman, dari kegelapan ini lebih aman menjaganya tanpa dia tau.
Aubry hanya duduk, matanya sayu menatap kosong kedepan, sesekali tertegun dan memandang fokus kesuatu titik, kemudian pandangannya kembali kosong. Seperti tinju yang kuat, melihatnya seperti itu menohokku tepat didada, itu seperti menyakiti diriku sendiri, aku sedih dan terluka, terlebih merasa sangat bersalah. Jika Banyak perempuan yang sengaja kusakiti, itu karena aku memang harus melakukannya, tapi pada Aubry aku sungguh nggak bisa, aku tidak tahan melihatnya begini.
Aku dan Jody memang sengaja datang ke Grand Final untuk melihatnya, atau dengan bonus melihat permainan gitarnya yang brilian. Melihat wajahnya seperti telah menjadi canduku. Jika dulu aku setiap hari hanya melihat senyum manisnya dari wallpaper Iphone ku. Sekarang ketika dia disini aku akan memanfaatkannya dengan melihatnya langsung sepuas hatiku, aku tau perkataanku padanya kemarin tak termaafkan, karena itu aku hanya ingin melihatnya dari kejauhan, tak ingin lebih menyakiti hatinya dengan memperlihatkan batang hidungku. Tapi entah kenapa, disudut ruangan yang gelap dan tidak terlalu ramai Aubry seperti melihatku, membuatku semakin merasa bersalah, apalagi tanpa kusadari Perempuan itu datang merusak momentku, dan parahnya tingkah Indi yang terlalu sok akrab membuat Aubry terluka. Shit!
Sesekali dia memegang tasnya, hanya memegang lalu mengabaikannya, sesekali mengubah posisi duduknya, sekarang dia sedang memeluk lututnya lalu menyandarkan dahinya kelutut, rambutnya yang halus tergerai menutupi wajahnya yang cantik. Jangan menangis please... Aubry, maafkan aku. Semua yang dilihatnya tadi pasti melukainya, demi Tuhan itu semua diluar kendaliku, aku bahkan nggak tau kalau Indy datang.
Drrrt Drrrt Drrrt, nama Rana tertera di layar HP ku.
"Nik, lo apain Oby!!!!", suaranya sangat kuat membuatku menjauhkan Iphoneku dari telinga.
"Memangnya lo ada ngeliat gue sama Aubry seharian ini?", jawabku datar.
"Oby ilang Nik, tadi abis manggung dia buru-buru pergi, mukanya kayak orang baru dapat kabar duka cita", suara Rana berubah menjadi isakan, dia nggak tau kalau aku sedang di dekat Aubry.
"Gue nggak tau dia kenapa, tapi sejak terakhir ketemu lo dia jadi kayak kehilangan gairah hidup tau nggak lo!, jadi gue mikir lo lagi yang buat dia kayak gitu", sambungnya masih terisak.
"Maafin gue Ran, malam ini gue janji akan bawa dia pulang", kataku lirih dan segera mematikan HP.
Aku merenungi kata-kata Rana tadi, sampe sebegitunya Aubry terluka atas kata-kataku kemarin? Aku memang cowok brengsek, ketakutan pada perasaan bernama cinta yang perlahan datang membuatku menjadi cowok tak berperasaan, seenak jidat nyakitin Aubry yang sebenarnya malah akan nyakitin diriku sendiri.
Cukup lama kulihat Aubry hanya diam dan menatap kosong, sesekali mengernyit sambil memijit kepalanya. Pasti kepalanya sangat sakit sekarang, tapi sejak tadi dia nggak meminum obatnya, sebenarnya aku merasa sangat khawatir dengan keadaannya saat ini, biasanya dia nggak akan menunda-nunda untuk meminum obatnya jika kepalanya mulai sakit, tapi sekarang dia seolah-olah mengabaikannya. Please bry jangan gini, kamu buat aku semakin merasa salah.
Sekali lagi dia menyentuh tasnya, lalu mengacuhkannya, kuduga saat ini hp nya sedang bergetar tapi dia tidak berniat mengangkatnya, menoleh kepada hpnya pun dia enggan. Perasaannya yang terluka seperti terpahat jelas diraut wajahnya, dari tempatku duduk dapat kulihat jelas raut wajahnya ketika menengadah keatas, seolah-olah menatap langit malam, padahal terlihat pandangannya yang kosong terbang keawang-awang, lalu dia menutup matanya seperti sedang menelan kesakitannya sendiri. Mungkin dia akan menangis.
Ketika dia membuka mata tak setitikpun airmatanya menetes, sekali lagi aku terkejut melihat gadis manis ini, padahal aku yakin semua gadis yang kukenal mungkin akan menangis tersedu-sedu setelah menampilkan raut wajah penuh kesedihan seperti tadi. Mungkin dia nggak sesedih yang kubayangkan.
Sekilas dia melihat jam tangannya lalu berdiri, berdiri dengan kaki nya yang panjang dan indah, melangkah pelan dengan tatapan kosong menuju ke trotoar. Aku segera bangkit berniat mengikutinya, sekilas dia menoleh dan membuatku membeku, dia tau aku disini? Lalu tanpa menoleh lagi dia mulai melangkah pelan. Aku mengikutinya, berjalan dibelakang tanpa suara sambil melihat gerak-geriknya. Kini dia berhenti melangkah sambil memijit-mijit kepalanya, sesekali menoleh kekiri dan kekanan, melihat kebawah dan menatap lampu taman, kemudian melangkah lagi dengan pelan, sampai akhirnya aku melihat tubuhnya gemetar, lututnya tertekuk lalu dia jatuh ketanah. Oh Tuhan!
Dengan langkah seribu aku berlari menghampirinya, semua kecemasanku kini terbukti, dia bahkan tak mampu lagi menahan rasa sakitnya sehingga kini harus terkulai pingsan tergeletak ditanah dihadapanku. Aku panik melihat keadaannya.
"Aubry, bry bangun bry! ,maafin aku bry", aku mengguncang-guncangkan bahunya, dan aku melihatnya tersenyum pedih, senyum dukanya yang semakin mengiris hatiku, jika sesuatu hal yang buruk menimpa Aubry pasti aku tidak akan memaafkan diriku.
"Aku pasti sudah gila" , katanya lirih, dia bergumam seperti mengigau pada batas kesadarannya. Matanya tertutup, bibirnya yang merah kini membiru, bulir-bulir keringat dingin menghiasi wajahnya yang pucat. Apa yang telah kulakukan!.
"Aubry please, Aubry bangun, maafin aku bry", sesuatu yang menyakitkan seperti terganjal ditenggorokanku, cairan hangat mulai meleleh disudut-sudut mataku, hatiku sakit melihatnya seperti ini. Perlahan orang-orang ditaman ini mendatangi kami dengan raut wajah khawatir.
"Panggil taksi, tolong panggilkan taksi", kataku tersiksa kepada pemuda sebayaku yang menghampiri kami bersama pasangannya, dia mengangguk dan berlari ke trotoar.
Aku mengangkatnya, membawanya kedalam taksi yang telah dipanggilkan oleh pemuda tadi menuju rumah sakit terdekat. Kurasakan tubuhnya dingin dalam pangkuanku, sambil menyeka keringatnya di dahi aku terus berdoa semoga tidak ada hal buruk yang menimpanya, aku tak akan sanggup melihatnya lebih menderita dari pada ini, semoga dia memaafkanku. Dan aku berjanji di tengah malam ini bahwa aku akan terus menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Melody
RomanceKisah cinta anak band yang berakhir duka.. Adakalanya sebuah lagu bisa mewakili perasaanmu dan kisah perjalanan cintamu...