7- Saddest Twilight ever

1K 29 4
                                    

   Sudah jam dua siang, aku menguap sambil melirik sekilas jam tanganku, sebentar lagi pesawatnya landing dan lumayan lah istirahat disetengah perjalanan. Disebelahku berturut-turut duduk Rana,Tama dan diseberang ada fajar, Tio dan Angga di dekat jendela.
   Seminggu yang lalu kami telah memenangkan babak penyisihan dan menjadi satu-satunya yang mewakili kota ku, Mendapat tiket dan penginapan gratis dua hari sampai babak final. Dan disinilah kami, berenam walaupun Rana membeli tiketnya sendiri karena bukan personel, memijakkan kaki di ibukota demi meraih mimpi. Walaupun aku sebenarnya terbilang lumayan sering mengunjungi kota-kota di pulau jawa tapi kesini aku baru tiga kali.
    "Ini yo yang namanya Jakarta", Tama sengaja meledek Tio. Diantara kami cuma Tio yang belum pernah kesini.
"Masi mantap lagi Kuala Namu Tam", kilahnya.
"woop jelass", sambung Rana sambil merangkulku menuju pool Taxi bandara. Kami terpaksa mengambil Taxi besar karena barang bawaan kami, bukan koper-koper besar, tapi gitar, bass dan keyboard yang makan tempat. Kamipun melaju Setelah menyebutkan nama hotel.
   Di lobby hotel ada beberapa banner bertulisan sama seperti brosur yang pernah dibawa Tio, berarti ini adalah official hotel yang ditunjuk sponsor. Ketika Rana check in, aku melihat kesekeliling loby hotel dan ternyata banyak anak-anak band yg sedang menunggu atau sekedar duduk-duduk. Kebanyakan mereka menatap kami yang baru datang dangan tatapan sinis dan mencemooh. Mungkin merasa lebih pantas berada disini atau apa? Aku kurang paham, tapi sumpah tatapan mereka sangat mengganggu. 
"Ayo guys", Rana melihatku yang tidak nyaman lalu mengerti ketika menatap orang-orang yang duduk dihadapan kami.
"Ayok, pengen mandi nih gerah", sambung Tama cuek sambil membawa gitarnya. Sambil melewati orang-orang tadi Rana sengaja menatap mereka dengan tatapan membunuh, Rana memang serem kalo lagi kesal. 
"Nih card nya", Rana menyerahkan keycard pada Tama dan Fajar.
Kamarku dan Rana bersebelahan dengan Fajar  dan Tio sedangkan kamar Tama dan Angga disebrangnya.
"Aku ngga suka mereka ngeliat kita kayak tadi itu Ran, kayak kita datang bawa penyakit menular aja", kataku sambil rebahan di kasur hotel.
"Biasa lah by, mungkin ga suka liat saingannya datang"
"Nyantai aja kali, kita juga biasa aja kan? Walaupun dalam hati gue kecut juga", aku mengakuinya.
"Ah lo by, gitu aja kecut, gue mandi duluan ya", Rana meninggalkanku yang merengut dan bersenandung sambil mandi, lagi senang kayaknya.

***     

"Mereka keren-keren banget Ran..", kataku pada Rana yang sibuk dengan hapenya.

"Kalian juga keren koq, lebih keren malah", jawab Rana dengan entengnya, sementara temen-temen cowokku sedang tekun menonton band ke-tiga yang sedang perform. Giliran kami tiga nomor lagi, hari ini sepuluh band terbaik dari sepuluh kota besar di Indonesia akan memperebutkan posisi lima besar untuk memasuki grand final besok. Berarti lima band akan langsung tersisih hari ini alias pulang kampung, aku bergidik ngeri membayangkan jika kami termasuk dari lima yang tersisih.

        Kuperhatikan hanya empat band yang memiliki keyboardist, suatu nilai plus karena memiliki fajar, batinku senang. selebihnya hanya empat pemain inti dan satu vokalis. Setelah tekun menonton lawan-lawan kami yang sedang menunjukkan aksi terbaiknya aku melihat-lihat penonton didalam ballroom ini, lumayan ramai untuk babak perempat final yang tidak terlalu dipublikasikan dan ternyata disini juga banyak artis! Tiba-tiba nafasku tercekat, melihat seseorang yang sedang berbincang dengan teman-temannya di dekat pintu masuk ballroom, sesekali dia tertawa dan menyenggol bahu temannya, kalau ada Jody, mungkin akan ada Nikki juga disini. Sebelum aku mengalihkan pandangan, Jody melihatku lalu mengatakan sesuatu pada teman-temannya, pasti tentangku karena mereka langsung melihatku dan tersenyum.

        Jody berjalan cepat kearahku, menyunggingkan senyumnya yang menular. "Halo snow white", Jody menyalamiku. Snow White? Panggilan macam apa itu?
 Melihatku yang sibuk mencari-cari, Jody langsung paham. "Nikki ngga ikut bry, dia ke Singapore, udah seminggu, paling lama besok uda balik sih".

White MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang