Nikki
"Aku antar aja ya", tawarku pada gadis bernama Aubry ini.
"Ga usah Nik, aku udah gapapa, kamu lihat tadi aku aman-aman aja di panggung kan?", kilahnya enggan atau malu untuk menerima ajakanku. Memang penampilannya tadi sangat mempesonaku, seperti yang terduduk lemah dilantai lorong tadi bukan dia, jemarinya yang lentik begitu lincah memetik senar-senar Ibanez birunya, gayanya luwes dan begitu percaya diri, ditambah lagi senyumannya yang indah dan menyilaukan. Membuatku waktu di dunia seperti berhenti ketika aku melihatnya beraksi. Temannya yang dari tadi bengong menatapku menjadi semakin bingung dengan jawaban Aubry, setelah menjelaskan kejadian dilorong tadi cewek imut bernama Rana ini langsung menyetujui tawaranku.
"Oke by, kalo kejadiannya gitu kamu harus dianter, aku ngga mau kamu kenapa-napa di jalan", Rana melotot dan dibalas anggukan lemah Aubry.
"Tapi Aku bawa mobil, trus nanti yang antar kamu pulang lagi kesini siapa?", jawabnya masih berusaha menolak.
"Gampanglah, gue kan laki naik apa aja aman".
Setelah temannya tadi berpamitan pulang kami menuju mobil Aubry, ternyata gadis inii pecinta warna biru, bukan hanya gitar dan dompetnya yang berwarna biru, mobil dan joknya juga serba biru. Kenang Nikki saat mengambil obat di dalam tas Aubry. Setelah menyimpan Gitarnya di jok belakang, kami melaju menuju rumahnya.
Sesekali aku meliriknya yang dari tadi hanya membisu sambil melihat-lihat kendaraan yang melintas, terlihat jelas rona kelelahan pada wajahnya, jadi aku memutuskan untuk tidak mengganggunya. Dia butuh istirahat, mungkin sebentar lagi dia kan tertidur, tebakku. Tadi dia sudah menyebutkan alamatnya dan aku yang sejak kecil memang tinggal di kota ini tidak perlu bertanya lagi.
Tiba-tiba kepalanya yang sejak tadi menoleh kekiri jadi mengarah kekanan, benar dugaanku gadis manis ini akhirnya tertidur kelelahan. Jarak rumah willy kerumahnya memakan waktu kurang lebih satu jam, apalagi malam minggu seperti ini biasanya jalanan padat dan macet. Biasanya aku tidak mau repot-repot mengantarkan seorang gadis yang tidak terlalu kukenal, Indira aja yang baru sebulan berpacaran denganku baru sekali kuantar pulang, tapi malam ini sesuatu pada dirinya membuatku merasa begitu tertarik, mungkin karena performancenya di panggung yang membuatku terkagum-kagum, tapi mungkin juga karena sesuatu yang lain.
Malam ini sangat padat seperti malam-malam minggu yang lain, lampu merah di jalan Adisucipto ini seingatku termasuk yang terlama, 200 detik!. Untuk membunuh waktu aku menoleh pada gadis ini, ternyata cantik sekali dia, kulitnya sangat putih nyaris transparan dan terlihat begitu halus, hidungnya kecil dan mancung, tulang pipinya tinggi dan bibirnya penuh, sangat mengundang karena saat ini sedang sedikit terbuka, berwarna merah alami dan kelihatannya sangat lembut, rambutnya lurus, panjang dan halus. Kupaksakan diriku menelan ludah sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara, menekan keinginanku untuk menciumnya. Alisnya tebal dan agak berantakan, tapi entah mengapa semua pada wajahnya begitu tepat, tidak ada yang berlebihan. Tanpa kusadari jantungku berdegup sangat cepat sampai membuat telingaku berdengung. Aubry ini dimataku seperti tokoh kartun legendaris sepanjang masa Snow White.
***
Cukup lama kupandangi wajah Aubry yang tertidur pulas, semakin di pandangi semakin cantik saja. Sudah pukul satu dini hari dan kami telah berada di depan sebuah rumah bercat putih bergaya jaman kolonial belanda, halamannya luas dan tertata rapi, pasti ini rumahnya. Kuguncang pelan bahunya sambil memanggil namanya, “Aubry, Aubry bangun”. Kelopak matanya yang tipis bergetar sebelum membuka lebar, setelah mendapatkan kesadarannya mata Aubry membelalak kaget menatapku, mungkin belum sadar kalau dia sedang di dalam mobil dan diantar pulang olehku. “Dasar Pelor – Nempel Molor”, candaku sok akrab sambil mengacak-acak rambutnya yang tergerai kesana-kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Melody
RomanceKisah cinta anak band yang berakhir duka.. Adakalanya sebuah lagu bisa mewakili perasaanmu dan kisah perjalanan cintamu...