"Oby ada tan?", Rana nyelonong masuk dan menyalami Ibu.
"Oby ga ada Kirana, yang ada Aubry tuh lagi dikamar", ibu tersenyum mengingatkan pada rana. Ibu ga terlalu suka aku dipanggil oby oleh teman-temanku. Seperti nama laki-laki menurut ibu. Aku ga keberatan sih selama ga dipanggil meong aja, kucing kali ye.
"Oby, aku datang darling", Rana masuk dan menghempaskan tubuhnya diranjangku yg empuk. Lalu membolak-balik majalah di tempat tidurku. Sesekali menatapku yang sedang memangku gitar dan menyetel tali senar agar tidak ada nada yang sumbang. "Jangan berantakin lagi Ran, baru aja aku beresin", kataku sambil menyipitkan mata menatap sebal pada Rana. Sohib cewekku yang cuma satu ini cuma tertawa tak perduli.
Suara gitar Mahogany ku mengalun merdu melalui jemari lentik yang bergantian memetik senar. Kuperhatikan Rana menutup matanya menikmati lagu yang sedang hits ini dan meletakkan majalah di dadanya. "Nyanyi dong", pinta Rana sambil merem.
"Say what you wanna say, and let the words fall out, honestly I wanna see you be brave" (Brave-Sara Barellies) , suaraku mengalun pelan dan lembut diikuti petikan gitarku. Lagu yang aslinya up beat ini kugubah sedemikian rupa menjadi lebih simpel tapi tetap ceria. Rana membalikkan tubuhnya menatapku, "Seharusnya kamu bukan jadi gitarist by, vokalist pasti lebih cocok-", "sst kita uda bahas ini ratusan kali kan Ran, jangan mulai lagi deh", balasku cepat dan tersenyum pedih.
"Ayo Ran, aku ga mau telat hari ini", aku meletakkan Mahogany ku di stand nya. Mengambil tas selempang merah marun dan mengangkat kotak gitar Ibanez dari sisi ranjang yang memang sudah aku siapkan sejak pagi. Hari Rabu adalah jadwal latihan band kami.
"Masi satu jam lagi by, kan nanti jam dua janjiannya, yang lain juga belum pada datang", kilah Rana tapi tetap mengikutiku keluar kamar.
"Iya, kan kita makan dulu, ibu uda masak sambel terasi kesukaanmu tuh", aku mengedikkan bahu ke arah meja makan jepara sisi kanan kamarku. Mata Rana berbinar dan mendekati meja makan sambil menelan ludah. Dasar Rana pecinta sambel terasi buatan ibu.
"Makan dulu baru latihan ya nak, ibu uda masak ayam goreng dan sayur rebusan tuh", kami menarik kursi lalu duduk, aku mengambil nasi untuk ibu dan Rana lalu untukku sendiri. Kami makan dengan tenang namun lahap, apalagi Rana yang bolak-balik menyeka jidatnya tanda menikmati tapi kepedasan.
"Sudah cuci tangan aja, biar ibu yang cuci piring", kata ibu padaku yang membereskan meja dibantu Rana. "Nanti sore Aubry yang beresin rumah ya bu, ibu tidur-tidur aja jangan kerjain apa-apa lagi", ibu mengangguk dan tersenyum.
"Kita pamit ya tan, nanti jam 4 uda beres koq latihannya", Rana dan aku menyalami ibu. "Iya, hati-hati ya. Aubry skripsinya jangan pandang-pandang aja, nanti ga siap-siap, ngeband boleh aja tapi kuliah harus selesai tepat waktu", ibu mengingatkanku sambil mengantar kami ke teras depan. Aku yang ditegur cuma nyengir sambil garuk kepalaku yang tidak gatal. "Tenang bu, Aubry pasti lulus secepatnya, kami jalan ya bu".
Rana masuk kemobil duluan disusul olehku, Jazz biruku melaju menuju studio musik langganan kami. Di perjalanan lagu-lagu dari stasiun radio favoritku mengalun riuh melalui speaker built up mobilku yang audionya udah di modif oleh fajar. Fajar punya usaha modifikasi audio mobil di ruko milik orang tuanya. Dia dengan senang hati memodif audio mobilku dengan harga super miring sebagai sarana promosi karena mobilku adalah mobil komersil pertamanya.
Mobilku masuk ke area parkir ClearSound Studio, dan berhenti tepat dibawah pohon mangga di sisi kiri area parkir. Ku liat motor CBR250 hitam dan Ninja Orange telah parkir di depan parkiran mobil. Setelah mematikan radio aku dan Rana keluar setelah sebelumnya mengambil gitar listrik ku di jok belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
White Melody
RomanceKisah cinta anak band yang berakhir duka.. Adakalanya sebuah lagu bisa mewakili perasaanmu dan kisah perjalanan cintamu...