15 - To Know You

668 24 2
                                    

        Malam ini mereka berenam berencana berbelanja pakaian, Aubry sudah mengatakan pada Rana dan yang lainnya kalo dia bakalan pergi dengan Nikki. Awalnya Tama gusar, dia tidak suka Aubry berkeliaran dengan orang asing, terlebih orang asing ini telah membuat sohibnya kacau beberapa hari yang lalu. Oiya, kalo kalian belum tau, Tama pernah beberapa kali menyatakan cinta ke Aubry, Tapi dengan alasan pertemanan dia lebih memilih menolaknya. Selain itu Aubry sudah berjanji pada Nikki akan menraktirnya, dan dia akan membayar semua utangnya malam ini!

Tok.. tok...

"Eh Nikki, masuk nik, Aubry lagi pakaian", kata Rana seadanya dan kembali duduk di sofa sambil menonton film bertema detektif disaluran TV kabel, dia terlihat sudah rapi. Nikki masuk dan duduk di depan TV sambil mengedarkan pandangannya keseluruh apartemen yang bisa di jangkau matanya. Kamar dengan tata letak yang sama dengan miliknya dibawah, hanya perabotan disini lebih sedikit dan fungsional. Matanya terpaku pada pintu kamar yang setengah terbuka, terlihat sosok wanita yang sedang berdiri di depan cermin, menatap wajahnya lama tanpa melakukan apapun, lalu terkesiap dan buru-buru mengoleskan benda seperti lipstik ke bibirnya. Nikki hanya tersenyum melihat tingkahnya yang aneh, sempat-sempatnya melamun ketika bercermin.

"Yok Nik, abis dinner temenin aku beli baju baru ya", katanya sambil tersenyum cerah kepada Nikki, Rana yang sedang serius menonton hanya melirik acuh, padahal radar kekepoannya sedang memberi signal. Bukan hanya dinner, Oby minta di temenin belanja, berarti dia bakalan belanja baju cewek sendirian, tadi oby bilang cuma mau dinner!

"Iya, aku temenin semalam suntuk jadi deh kalo sama kamu", jawab Nikki sambil tersenyum lalu berdiri dan pamitan kepada Rana. Tama dan kawan-kawan sedang main PS 3 yang baru di beli fajar tadi siang di kamar sebelah tidak mendengar mereka karena sangat gaduh dengan teriakan-teriakan khas lelaki sedang main game.

"Kita ke kamarku sebentar ya Bry, mau ngambil HP, tadi lobet banget jadi aku tinggalin sebentar sambil jemput kamu", Aubry hanya mengangguk sambil berjalan kearah tangga.

Apartemen ini lumayan rapi, ada beberapa majalah berserakan di  karpet beludru diruang TV, selebihnya tertata rapi di tempatnya. Sambil menunggu Nikki, Aubry membereskan majalah-majalah musik dan beberapa majalah khusus pria dewasa dan meletakkannya di rak bawah TV Plasma berukuran 42", matanya tertarik untuk melihat empat pigura yang terpajang disitu, ada foto-foto Nikki dan seseorang yang sangat mirip dengannya. Awalnya dia kurang yakin hingga mengangkat pigura itu dan melihatnya dengan teliti. Nikki punya kembaran!

"Itu Nikko bry", suara charmingnya mengagetkanku, dan segera kuletakkan pigura itu keposisinya semula.

"Mmmaaaff, aku tadi beresin ma-".

"Nyantai aja Bry, gapapa kok, yuk".

"Aku haus Nik, minta minum dong", kataku tiba-tiba.

"Sini", Nikki menarik tanganku ke dapur mungil serba biru itu, Aubry senyum-senyum sendiri ketika melihat dapur Nikki.

"Dih kenapa senyum-senyum sendiri gitu non", Nikki nyengir melihatku yang minum sambil senyam-senyum.

"Dapurnya cantik", katanya singkat, ahh iya Aubry ini blue lover.

Tepat ketika Aubry meletakkan gelasnya di bak cuci piring, matanya tertuju pada deretan obat yang tersusun rapi lemari di depan matanya. Dia mengingat salah satu dari beberapa nama obat itu, Furosemid?

"Udah selesai?", Aubry mengangguk menjawab pertanyaan Nikki, tidak berniat mengungkapkan ke kepoannya mengenai obat-obatan yang dilihatnya  tadi, padahal dia sangat penasaran.

***

Mereka memasuki sebuah restoran yang dipilih Nikki, tidak begitu ramai dan suasananya sangat nyaman, bahkan bisa dikatakan romantis dengan lampu-lampu temaram dan lilin diatas setiap meja couple. Aubry mengatakan bahwa Nikki boleh makan sampai perutnya mau meledak karena dia punya hutang yang cukup untuk membayar semua makanan yang bisa masuk keperut Nikki.

"Nikko sekarang dimana Nik?", kata-kata Aubry menyela pengamatan Nikki kepadanya.

"Emmm, Nikko uda pergi Bry", suaranya lirih kemudian menunduk sambil memutar-mutar garpu dipiringnya yang sudah kosong.

"Kemana?", Sambung Aubry bersemangat, dia ingin tau lebih banyak tentang cowok tampan di depannya ini. Tapi ada pendar kesedihan dimatanya.

"Ke sisi Tuhan yang Maha Penyayang",.

Sendok yang rencananya akan diarahkan kemulut Aubry tiba-tiba berhenti diuara lalu tergeletak begitu saja di atas piringnya.

"Maaf Nik, aku nggak tau kalo.."

"Ssstttt, udah gapapa Bry, makan lagi dong", telunjuknya yang tiba-tiba berada dibibir Aubry kini kembali kesisi tubuhnya, membuat darah Aubry berdesir dan jantungnya melompat. Namun perasaan sedihnya masih mengganjal didalam sana. Nikki punya kembaran, sangat identik kecuali warna rambut mereka, dan dia sudah meninggal. Kenyataan yang mengejutkan.

"Empat bulan yang lalu Nikko berpulang ke Rahmatullah, cukup lama sakit membuatnya tak lagi bisa bertahan, tapi sekarang dia udah nggak sakit Bry, dia udah bahagia karena semasa hidupnya dia sangat baik dan dicintai orang banyak", Nikki tersenyum pedih dan menutup cerita singkat tentang kembarannya.

Aubry ikut tersenyum pedih, tangannya secara refleks terangkat lalu mengenggam tangan Nikki, ingin menyalurkan semangat dan kekuatan pada lelaki yang sedang bersedih mengingat saudaranya ini. Nikki awalnya kaget, tapi menerima tangan Aubry lalu menggamnya erat, membuat hatinya mengembang dan terasa hangat, perasaan yang sering didapatinya ketika bersama Aubry.

"Jadi dua minggu ya?", Nikki mengalihkan topik pembicaraan mereka, diam-diam Aubry merasa lega.

"Eh iya, mau rekaman sama buat video klip gitu katanya", jawab Aubry sambil menyesap Jus kiwinya.

"Wah keren dong, nanti aku boleh liat kan?"

"Boleh aja lah, kenapa enggak, tapi bukannya Redhood sibuk manggung ya?"

"Iya sih, tapi nanti kalo udah selesaikan aku bisa nyusulin, bilang aja lokasinya dimana"

Aubry mengangguk.

"Abis ini mau kemana bry?"

"Beli baju baru, baju yang aku bawa kemarin udah dipake semua", Nikki sekarang mengamati kemeja merah marun yang sangat pas di tubuh Aubry. "Ini yang terakhir", katanya menginterupsi pandangan Nikki.

Aubry mengambil hpnya dan menanyakan dimana posisi Rana sekarang.

"Temenin ke sogo aja ya Nik, Rana dan yang lain juga udah disana sekarang"

Seperti janjinya, Aubry membayar makan malam mereka lalu meletakkan amplop cokelat berisi uang dan menyerahkannya kepada Nikki. "Utang aku"

"Bry please, aku udah bilang kalo biaya rumah sakit kemarin lunas setelah kamu nraktir aku"

"Tapi itu belum cukup buat bayar utang aku, udah terima aja, tabungan aku cukup koq"

"Walaupun kamu tetep maksa, aku nggak akan terima", Nikki menyilangkan tangannya didepan dada, bersedekap sambil menatap tajam mata Aubry, melihatnya begitu membuat Aubry kecut. Aubry kembali menyimpan uangnya kedalam tas sambil manyun dan keluar dari restoran disusul Nikki.

"Pokoknya aku akan menganggap ini hutang seumur hidup kalo tetep nggak mau nerima", Aubry berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya, Nikki yang melihatnya dari belakang terus tersenyum melihat tingkahnya, lalu melanjutkan pengamatannya dari kepala dan berhenti pada kaki jenjang dengan kulit sehatus sutra.

Nikki mengejarnya dan Aubry terkesiap ketika lengan Nikki merangkul bahunya ketika mereka berjalan menuju eskalator, jantungnya kembali berdegup tak karuan menyadari jarak antara dia dan Nikki telah hilang, dia menoleh kekiri dan mendapati Nikki sumringah sambil melihat-lihat toko disekitarnya.

"Pacaran yuk bry",katanya penuh keyakinan dan menatap dalam mata Aubry.

White MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang