Day : 46

624 46 1
                                    

---

Busan

"Appa, maaf jika Hye pergi lebih dulu. Hye harus mempertanyakan masalah ini pada Jungkook"

Mata gelap Ayahnya menutup dan membentuk senyuman, sambil memeluk Sulhye ia berkata, "jagar dirimu baik baik sayang, perjuangkanlah apa yg ingin kau perjuangkan".

"T-terima kasih Appa...Hye pergi dulu"

Perlahan ia melepaskan genggaman tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap air matanya. Dalam benaknya, Sulhye belum siap meninggalkan Ayahnya yg masih terbaring diatas kasur rumah sakit, tapi hatinya memaksanya menuntun ke Jungkook.

Tuutt-

"Jawab telepon dariku Jungkook!"

"..."

"Nomor yg anda hubungi sedang tidak aktif atau-"

"Jangan katakan padaku jika kau sudah pergi?!"

"Permisi nona...pesawat akan segera lepas landas, saya tolong ponselnya dimatikan sebentar," ucap pramugari yg melihat Sulhye masih menempelkan ponselnya ditelinga.

Sulhye mengangguk, ia menurunkan ponselnya lalu menutup wajahnya dan menangis sekencang kencangnya. Penumpang disebelah Sulhye merasa iba ketika melihat wajah Sulhye yg sudah memerah akibat menangis.

"Umm..apa kau baik baik saja?"

"...."

"Saya tidak tau apa permasalahan anda, walaupun orang berkata jika menangis bukanlah jalannya. Namun saya rasa menangislah yg dapat menyembuhkan rasa sakit yg dalam"

"Terima kasih?," ujar Sulhye setengah menangis, wanita berambut pendek itu tersenyum dan mengangguk.

Pandangan Sulhye beralih ke arah jendela pesawat, cuaca hari ini sangat cerah tapi tidak dengan hati Sulhye. Ia merasa dikhianati, Jungkook tiba tiba meminta untuk berpisah dengannya tanpa alasan yg jelas.

Sekarang ia tau alasan Jungkook yg sebenarnya, namun ia merasa kesal karena bukan Jungkook sendiri yg memberi taunya. Lagi lagi pandangannya kabur karena air mata yg menumpuk dimatanya, ia berkedip beberapakali untuk membenarkan pandangannya.

"Tuhan...kumohon, saat aku sampai nanti ia belum berangkat"

---

4 jam sebelumnya...

Sebelum Jungkook menginjakkan kakinya untuk masuk ke dalam bus yg akan mengantarnya ke perbatasan, Jungkook menyempatkan untuk menoleh dan memperhatikan sekitar, ia tersenyum pahit.

Ia melihat disekitarnya, semua orang sedang mengucapkan kata kata manis maupun pelukan hangat. Tetapi disini, ia hanya bisa memeluk kedua orang tuanya. Tetap saja, itu tidak bisa membuat seorang Jeon Jungkook merasa cukup. Ia butuh Sulhye, tetapi ia juga takut untuk bertemu dengannya lagi.

"Bagaimana ia akan datang jika aku tidak memberitaunya? Kau bodoh Kook, sekarang tidak ada pelukan perpisahan lagi"

"Apa ada masalah Jeon Jungkook?," tanya Mayor sekaligus pelatihnya disana nanti.

"T-tidak Mayor"

"Kalau tidak ada, kita berangkat sekarang sebelum matahari terbit"

Jungkook menatap ke arah jam tangannya, jam menunjukkan pukul 4 pagi. Ia melirik ke arah orang tuanya lalu melambai pelan.

"Jaga dirimu disana, Kookie," bisik Ibunya sambil menangis.

"Baik Eomma, kalian juga harus baik baik saja saat aku kembali"

.

.

.

Langkah kaki Sulhye yg tergesa gesa terdengar dari luar, ia membuka pintu pos militer dengan keras. Semua orang disana hampir menodongkan pistol ke arah Sulhye.

"Umm...maaf- anda siapa? Ada perlu apa disini?"

"J..Jeon...J...Jungkook," ucapnya tergesa gesa.

"Siapa?"

"Aku mencari Jeon Jungkook! Dia anggota wajib militer dan hari ini dia akan bertugas, apa dia sudah pergi?!"

Pria berbaju tentara itu saling melirik, mereka membuka daftar kecil yg berisi nama nama pemuda yg pergi wajib militer hari ini.

"Jeon Jungkook?," tanyanya lagi.

"Iya! Apa dia sudah berangkat?!"

"Mari lihat- J....Jeon- hah! Jeon Jungkook, maaf nona, tapi jadwal berangkat Jeon Jungkook adalah tadi subuh. Anda terlambat, maaf"

Kaki Sulhye seakan tidak dapat menyentuh tanah lagi, ia terjatuh sambil menangis. Ia tidak percaya jika dirinya terlambat, selamanya ia tidak akan bisa bertemu Jungkook.

Dan lagi, Sulhye menghubungi nomor Jungkook namun tidak pernah tersambung. Hanya terdengar suara operator yg menyambutnya.

"A...aku...h..arus apa...t..anpamu...K..oo?"

Dengan segenap kekuatannya, Sulhye berdiri lagi dan berjalan ke arah taksi yg menunggunya dengan tergopoh. Seakan tertimpa mobil, kakinya melemas ketika ia akan membuka pintu mobil.

"Astaga, kau tak apa nona?"

"Y-ya aku tak apa," ucapnya kembali berdiri.

---

Apartemen Sulhye

Ketika Jihyo akan membukakan pintu untuk Sulhye, Sulhye terjauh dipelukan Jihyo. Tanpa sadar Jihyo berteriak dan menyeret Sulhye untuk ia letakkan diatas sofa.

"Hye! Sadarlah! Kau kenapa?! Hye?!"

"H-Hyo..."

"Kau menakutiku Hye! Kupikir kau pingsan! Apa yg terjadi huh?!"

"J-Jungkook...dia meninggalkanku, dia pergi wajib militer," tangisnya tanpa menghiraukan make up yg sudah berantakan akibat air matanya.

"O-oh? Kau tau dari mana?"

"Huh?! KAU TAU?! KAU TAU JIKA JUNGKOOK WAJIB MILITER?!"

"Hye...tenang dulu"

"J-jadi...jadi hanya aku yg tidak tau"

"Maaf Hye, mungkin Jungkook punya alasan sendiri mengapa ia tidak memberi taumu"

Sulhye menutup wajahnya dan menangis lagi, "s-setidaknya izinkan aku bertemu dengannya untuk terakhir kali".

"Dua tahun itu lama Hyo, apa yg akan ku lakukan tanpanya?"

"Aku mendengar soal ini dari kerabatku, ia pernah bilang jika anggota wajib militer dapat berkomunikasi dengan keluarga atau orang terdekatnya dengan menggunakan surat"

"Benarkah?"

"Iya"

"Terima kasih Hyo, kau memberikanku solusi"

.

.

.

.

.

.

Tbc...

50 Days Falling For My Boss, JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang