Dua Puluh

1.2K 93 6
                                    

Part ini berisi 2200 kata.

Semoga gak bosan ya ☺️

Happy reading 🤗

***

Eve menyampirkan helai rambut ke belakang telinga sebelum mendorong sekali gerakan pintu kaca di depannya. Wangi lavender langsung menyerang indra penciumannya begitu tubuhnya berada di dalam.

"Permisi Bu."

Wanita yang duduk bersandar di sofa depan meja menurunkan pandangannya. "Ada apa Evelyn?"

"Saya mau mengantarkan titipan Bu. Dari Pak Gerald." Ujar Eve dalam sekali tarikan nafas.

Agak lama baru terdengar sahutan. "Taroh aja di meja gue."

Menurut, Eve melakukan seperti yang diminta.

"Ev, sekalian tolong ambilin hp gue dalam tas."

Meletakan paper bag di meja, Eve pun lanjut memutari benda kayu itu karena tas yang dimaksud Tatiana ada di atas kursi. Mengambil ponsel Tatiana dan mata Eve tanpa sengaja melirik--yang akhirnya jadi mengamati--foto pada bingkai kecil yang juga satu-satunya bingkai di atas meja.

Foto Tatiana bersama seorang pria. Eve jadi menajamkan penglihatan saat sadar wajah itu mirip dengan pria yang barusan dia temui di parkiran. Pria di foto itu memang Gerald.

"Sialan."

Kepala Eve sontak menoleh pada sumber suara. Refleks menggenggam erat benda di tangan, kalau jarinya tergelincir sedikit bisa bahaya. Samsung S10 plus beb! Gajinya lima bulan baru cukup untuk membeli benda persegi ini.

Memutar tubuhnya Eve pun melangkah mendekati sofa yang diduduki Tatiana, cukup terkejut menemukan Tatiana sedang mengacak-acak rambutnya. Mata Eve jatuhnya malah salfok dengan jemari Tatiana yang berlapis kutek pink susu.

Kukunya cantik banget.

Gerakan Tatiana tiba-tiba berhenti membuat Eve entah kenapa jadi was-was. Lalu sekejap saja kepala yang rambutnya kusut itu menoleh padanya.

"Oh, ini--"

Belum juga Eve menyerahkan Tatiana sudah menyambar ponsel dari tangannya.

"Dia pikir gue anak kecil apa yang di sogok pakai makanan langsung luluh gitu?" Tatiana menggerutu sambil kedua jempolnya bergerak lincah pada screen.

Menempelkan ponsel ke telinga, Tatiana menunggu panggilan tersambung.

"Mas! Gue bukan anak kecil lagi! Gue nggak akan luluh meskipun dibujukin pakai makanan! Mas seharusnya tahu itu!"

Eve menahan napasnya sejenak melihat Tatiana yang sedang marah. Entah pada siapa itu tapi wajah wanita itu terlihat sudah memerah.

"Kalau Mas sampai ketemu sama anak kenalan Tante gue pastikan bakal keluar dari perusahaan ini!"

Tatiana langsung mematikan panggilan dan menghempaskan ponselnya begitu saja ke sofa. Wanita itu lanjut menangkupkan wajah pada telapak tangannya.

Sekarang Eve berada dalam situasi serba salah. Mau pamit keluar tapi takut masih ada sisa amarah dari Tatiana yang belum dilampiaskan. Dia yang tak tahu duduk masalah bisa jadi kena imbas. Mau berdiri terus disini tapi sampai kapan? Perutnya sudah minta di isi.

"Sorry." Lirih Tatiana sebelum mengangkat wajah untuk melihatnya.

Eve yang tidak menduga reaksi begitu menggeleng kecil. "Nggak apa-apa kok Bu."

Tatiana berdecak diikuti dengan senyum membuat Eve bertanya-tanya kemana ekspresi wanita itu semenit lalu.

"Jangan panggil gue Ibu Evelyn. Gue berasa tua banget padahal kita seumuran. Panggil gue Tatiana aja."

EAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang