Hallo...
EAGER datang lagi!
Semoga pada sehat ya.
Happy reading guyss
***
"Ada perlu apa kamu kemari?"
Tak ada sapaan ramah. Ucapan itu terdengar to the point dan tanpa basa-basi. Tepat seperti kekhawatirannya saat ajakan itu meluncur dari mulut Agil. Reaksi Ibu Mefa saat melihatnya. Namun berbeda dari terakhir kali yang Eve ingat, sikap Ibu Mefa saat ini terkesan ketus padanya.
Bahkan gaya berdiri wanita itupun dibuat penuh antisipasi. Dengan kedua tangan disilang ke dada serta mata yang menyipit penuh penghakiman. Seolah-olah Eve adalah tersangka yang perlu diadili. Anehnya alih-alih ketakutan Eve justru merasa hal itu tak cocok sama sekali.
"Mama kok ketus begitu? Papa mana, Ma? Ada yang mau aku bicarakan sama Mama dan Papa."
"Hei, kupret! Ibumu sedang bertanya disini, kenapa kamu malah balik tanya? Ini dia kenapa sampai ikut? Kamu memaksanya?"
Agil yang dituding tanpa curiga meletakan kunci mobilnya ke meja sebelum menyahut malas. "Maksa gimana sih Ma? Evelyn memang keras kepala tapi aku juga pasti bilang-bilang dulu sebelum ajak dia ke sini."
Agil memang bilang-bilang sebelum membawanya ke tempat ini meski Eve juga ingat tidak pernah bilang setuju atas ajakan pria itu namun sedikit banyak Eve pun menurut saja karena ingin melihat Gerald.
Dia bisa saja menolak dengan tegas ajakan Agil jika dia mau. Tapi itu tidak dia lakukan. Alasan utamanya nekad seperti ini karena ingin memuaskan rasa lapar matanya melihat Gerald. Reaksi Ibu Mefa memang menjadi pertimbangan tapi sebenarnya Eve hanya ingin mengambil kesempatan.
"Bukannya kalian sudah putus?"
Well, pertanyaan yang satu ini juga sudah Eve prediksi. Setelah kemarin dia dengan penuh niat namun setengah hati datang pamit tidak mau bertemu keluarga ini lagi. Lalu sekarang tanpa diminta dia kembali muncul disini bersama Agil seolah-olah mereka memang masih punya hubungan.
"Hah? Tahu dari mana Mama?"
Ibu Mefa beralih menatap anak bungsunya. "Agil, mama gak suka kamu mamaksakan kehendak begini."
"Sebentar Ma. Siapa bilang kami putus? Aku sama Evelyn baik-baik aja kok." Agil tanpa permisi meraih jemari disampingnya dan menggenggamnya. Wajahnya penuh senyum berseri ketika menoleh dan bertanya, "Iya kan Sayang?"
Eve sebagai pihak yang menerima mengangkat pandangannya bingung merespon perlakuan tiba-tiba itu. Saat mendapati telapaknya diremas kuat dan kedipan sekali dua kali yang diberikan Agil padanya satu kesimpulan pun mulai dia raih. Pria ini ingin mereka berpura-pura.
"Saya sudah bilang ke Ibu Mefa kalo kita putus, Pak." tutur Eve begitu saja.
Senyum di wajah Agil seketika sirna. "Kamu? Kamu kasih tahu ke Mama? Serius Evelyn? Buat apa?" tanya Agil beruntun. Kerutan dalam bermunculan di kening pria itu. Sepertinya benar tak percaya.
"Kita memang udah putus Pak. Saya hanya bilang sebenarnya ke Ibu Mefa. Biar ke depannya gak ada salah paham." Eve melepaskan genggaman Agil. Buat apa berpura-pura kalau Ibu pria ini sudah tahu yang sebenarnya?
"Tapi sudah saya bilang saya gak mau putus. Kenapa masih belum paham juga kamu?"
"Justru karena saya paham makanya saya harus tegas sama Bapak. Setelah ini saya harap Pak Agil bisa berhenti membawa saya kesini."
"Evelyn, please..." Tatapan Agil berubah memelas. Meraih kembali jemari Eve dan meremasnya. Kali ini keduanya. "Kita baru saja berbaikan tadi. Saya gak mau marahan lagi sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EAGER
Random#14 - chicklit 12/09/2022 EAGER : INGIN SEKALI; BERHASRAT; Evelyn bukan mati rasa. Dia tahu apa arti tertarik pada lawan jenis. Tapi selama hidupnya, Eve belum pernah merasakan efek "kupu-kupu berterbangan dalam perut" seperti kata kebanyakan orang...