Dan disinilah mereka sekarang. Saat jam makan siang. Di kantin kantor.
"So, gimana sama Mas Gerald?" Tanya Rendy setelah mereka memesan makanan dan mendapatkan meja.
Eve yang ditatap pura-pura mengerutkan kening. "Gerald? Gerald siapa?" Tanyanya balik.
"Astaga Mbak, masa nggak kenal? Semalam lo mak--" Seperti tersadar Rendy langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat. "Ehm, ini boleh diomongin nggak sih? Yang semalam di rumah Pak Bos?"
Dugaan bahwa Rendy memang tahu perihal makan malam membuat Eve mulai menerka-nerka. "Pak Mardi ya?" Tanya Eve ketika tersadar bahwa satu-satunya orang yang berpotensi membocorkan hal tersebut adalah Ayah pria ini.
Eve menepuk keningnya tak habis pikir saat Rendy mengangguk. "Astaga... Bokap lo tuh ya," Decaknya antara geli dan tak menyangka. Pak Mardi itu pendiam banget saat bersama Eve. Eve mana percaya bahwa pria tua itu ternyata ember bocor.
Melihat Rendy yang tersenyum geli Eve pun bertanya lagi. "Pak Mardi bilang apa aja sih?"
"Nggak banyak kok. Bapak cuma bilang ke airport jemput Mas Gerald, terus jemput Mbak buat makan malam di rumah Pak Agil."
"WHAT?! JADI LO MAKAN MALAM DI RUMAH PAK AGIL?!"
Teriakan itu membuat Eve serta merta berdiri dan menyumpal mulut Kartika dengan tisu bekas di tangannya. "Lo bisa diam nggak sih?!" Geram Eve jengkel. Kepalanya sontak menoleh ke sekeliling kantin sambil harap-harap cemas. Pengunjung kantin yang sebagian besar berasal dari divisi lain itu sedang melihat ke arah mereka. Namun kembali melanjutkan makan saat melihat Eve meringis serba salah. Eve hanya berharap semoga yang melihat ke arah mereka hanya terkejut mendengar suara teriakan Kartika dan merasa penasaran, bukan mendengar apa yang diteriakan.
"Puih!" Kartika membuang tisu dari mulutnya. "Lo tega banget sih Ev." Keluhnya sembari membersihkan lidah yang ketempelan tisu.
"Habis lo nya aja yang--"
"Iya. Sorry." Potong wanita itu menghentikan omelan Evelyn.
Eve menghembuskan napasnya kesal. Duduk kembali ke posisi semula, lalu mulai bersedekap ke arah Kartika. "Asal jangan jadi biang gosip, gue maafin." Peringatnya.
Kartika yang mendengar itu menganggukan kepala, tanda paham.
"Halu nya dikurangin ya Eve. Kasihan loh, jatohnya sakit nanti." Helen, entah darimana datangnya tanpa permisi melewati mereka begitu saja setelah berkata demikian.
Melihat respon Eve yang hanya diam setelah dikatai, Kartika mengambil garpu di atas meja, bermaksud melemparnya ke arah Helen namun segera ditahan oleh Rendy.
"Lo tuh yang halu!" Balas Kartika jengkel.
"Eh, eh, eh, sendok Ibu jangan dilempar atuh neng." Ibu kantin yang baru muncul dengan nampan berisi pesanan mereka, menegur Kartika. "Mahal loh itu selusin."
"Hehehe maaf Bu." Cengengesan, Rendy menaruh kembali garpu yang sudah diambilnya dari tangan Kartika ke tempat semula.
"Yowes atuh. Nih pesanan kalian."
Rendy membantu Ibu Kantin meletakkan mangkuk bakso dihadapan mereka bertiga. Setelah Ibu Kantin pergi pria itu kembali menatap Eve.
"Gue udah boleh tanya Mbak?"
"Nggak." Tolak Eve langsung. Tanpa penjelasan berarti mulai menyibukan diri mencampur saos, kecap dan sambal ke dalam mangkuk.
Rendy mengelus dadanya sabar. "Galak amat sih. Padahal gue cuma mau nanya soal Mas Gerald."
KAMU SEDANG MEMBACA
EAGER
Random#14 - chicklit 12/09/2022 EAGER : INGIN SEKALI; BERHASRAT; Evelyn bukan mati rasa. Dia tahu apa arti tertarik pada lawan jenis. Tapi selama hidupnya, Eve belum pernah merasakan efek "kupu-kupu berterbangan dalam perut" seperti kata kebanyakan orang...