Dua Puluh Empat

1K 77 2
                                    

Sudah sejak lama Evelyn ingin dirinya berguna bagi orang lain. Hidup tanpa satupun keluarga di tengah padatnya manusia di kota membuatnya melakukan semua yang dianggap baik, bertindak sesuai aturan dan menghindari yang namanya kesalahan.

Evelyn tidak ingin melihat orang kecewa karenanya apalagi sampai mendendam. Agil adalah satu contoh diantara rasa tidak ingin 'mengecewakan' nya. Eve merasa sungkan untuk menolak karena pria itu atasan di kantornya. Dia tidak tega menolak karena melihat sorot harapan yang besar untuknya. Utamanya karena Eve khawatir mengecewakan.

Sampai pada tiga hari lalu saat dia sadar bahwa dibandingkan Agil, Eve lebih tidak ingin Gerald membencinya dan hal kecil yang dilakukan pria itu untuk Sania semakin menyadarkannya bahwa dia sudah memandang pria itu dengan cara yang berbeda.

Eve melakukan kesalahan dan berpikir untuk tidak mengulanginya. Lalu sekarang apa yang harus dia lakukan kalau ternyata pria itu justru membuka jalan? Sebenarnya apa yang Gerald cari darinya?

"Kenapa saya?" Mengesampingkan segala euforia ditubuhnya, Eve balas menatap pria didepannya dengan tenang. "Kenalan Pak Gerald pasti banyak. Kenapa ngajak saya?"

"Kamu juga kenalan saya."

Ganti bersedekap wanita itu menghela napas mendengar jawaban santai itu. "Diantara banyak kenalan kenapa harus saya Pak? Tolong jangan buat saya mengulang pertanyaan."

Yang tak disangka, Gerald justru menarik diri, mundur selangkah sembari mengalihkan pandangan. "Ini sudah malam. Sebaiknya kamu masuk. Nggak bagus terlalu lama diluar."

Ditempatnya Eve mengamati pria itu lamat-lamat. Tiba-tiba merasa kesal mendapati reaksi begitu dari Gerald.

"Pak Gerald kenapa nggak minta jawaban saya?"

"Kamu jelas tidak mau."

"Memang saya ada bilang begitu?"

"Jelas dari sikap kamu."

"Saya kan minta alasan. Alasannya apa? Pak Gerald itu kakak Pak Agil. Memang gimana tanggapan orang kalau lihat kita jalan cuma berdua? Yang tadi saya setuju karena bapak butuh bantuan. Lalu ini apa? Butuh bantuan juga?"

"Cuma kamu yang muncul di pikiran saya Evelyn."

Satu kalimat itu dan Eve bungkam untuk berbagai hal. Berharap di tubuhnya sekarang ada tombol on off hingga dia bisa mengontrolnya sesuka hati, karena tidak seharusnya pipinya terasa panas disaat sikapnya yang justru dingin.

"Kamu menyenangkan." Sambung pria itu. "I think, jika kamu ada disana saya mungkin tidak merasa bosan. Jujur saya tidak terlalu suka pesta, apalagi bertemu dengan orang yang mengenal saya. Vano lah alasan saya hadir."

"Saya mau."

Balasan itu tak disangka Gerald akan datang secepat itu. "Kamu mau?"

Eve menganggukan kepala.

"Boleh saya tahu alasan kamu?"

"Pak Gerald bilang saya menyenangkan, yaudah saya mau menyenangkan bapak." Pria didepannya ini mungkin kesalahan tapi waktu yang mereka habiskan bersama tidak bisa Eve abaikan begitu saja. Dia masih ingin bertemu dengan Gerald.

Sedang ditempatnya Gerald menatap wanita itu lekat mencari kejujuran pada kalimatnya, saat akhirnya menemukan apa yang dicari pria itu menghembus nafas lega.

"I am so sorry perihal tanggapan orang yang kamu maksud. Selain keluarga saya, saya biasanya tidak terlalu peduli tanggapan orang tentang saya. Maaf karena tidak berpikir sejauh itu Evelyn."

Kepala Eve menggeleng. "Saya yang minta maaf udah bersikap dingin kayak tadi. Maaf ya Pak?"

"Kamu hanya butuh alasan. Jangan minta maaf."

EAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang