Mulmed : Puding buatan Ibu Mefa.
.
.
.
.
."Gila ya tuh laki. Bisa-bisanya dia ngomong begitu sama lo."
"Gue nggak terima dia ngatain lo murahan. Banci tau nggak!"
"Ganteng sih iya, tapi kalau mulutnya begitu ya sama aja!"
"Ini kunci kemana lagi? Lama-lama gue dobrak aja nih pintu."
Evelyn yang mendengar omelan panjang Sania hanya diam membisu. Mereka berdua sudah tiba di kos semenit yang lalu dan sekarang dia sedang menemani Sania membuka pintu kamar kos. Lebih tepatnya menunggu Sania menemukan kunci kamarnya.
Sania itu teledor. Dia sering lalai dalam menyimpan barang-barangnya bahkan sampai lupa. Seperti kejadian tadi malam saat Sena sampai harus membawanya ke kamar Eve karena tidak menemukan kunci kamar wanita itu di dalam tas. Padahal sebenarnya kunci kamar Sania masih tergantung dibalik pintu atau bisa dibilang Sania tidak mengunci pintu kos nya saat pergi.
"Coba cek dompet." Eve bersuara juga. Dia sudah tidak tahan berdiri lama-lama diluar. Selain dingin dan banyak nyamuk, tubuhnya juga terasa lengket. Dia butuh mandi.
"Nggak mungkin dalam dompet." Sania yang sudah menumpahkan isi tasnya ke lantai mengambil dompet dan membukanya. "Tuh kan, nggak-- eh, ada." Sania terkekeh garing.
"Dibilangin juga."
"Iya, iya. Gue sengaja aja biar lo ngomong." Sania memasukan kembali barang-barangnya dalam tas. "Dari tadi diam aja kayak orang lagi sariawan. Bikin gue jadi serba salah mau ngomong. Padahal bibir gue gatal mau tanya." Sania lalu berdiri dan menatap Eve. "Tuh laki siapa sih?"
Eve menudukan kepalanya, lalu menggeleng pelan. "Bukan orang penting."
"Nggak penting tapi mewek." Cibir Sania.
Eve memilih diam. Sania memutuskan membuka pintu kamarnya.
"Lo sendiri kenapa tadi?" Tanya Eve mengekori Sania ke dalam kamar. "Nggak. Bukan hanya tadi. Semalam juga. Lo kenapa San?"
"Gue mau mandi. Lo juga mandi dulu deh."
"Sania."
"Iya Evelyn. Malam ini gue bobo sama lo. Lo bebas mau tanya apa aja."
***
Dua jam kemudian Sania sudah bergelung dalam selimut yang sama dengan Eve dan boneka doraemon.
"So?"
"Bentar Ev, gue kenyang banget nih." Sania mengelus perutnya dari luar selimut.
Eve terkekeh. Merasa mengalami hal yang sama.
Tadi sehabis mandi mereka masih harus mengisi perut dengan membeli nasi goreng yang dijual Mas Pur di depan gang masuk kos, dilanjutkan dengan menikmati puding buatan Ibu Mefa yang hampir Eve lupakan. Ternyata puding cokelat oreo buatan Ibu Mefa benar-benar enak. Eve dan Sania hampir menghabiskan satu tupperware puding tersebut namun saat teringat akan perkataan Ibu Mefa soal anak gadis tidak boleh makan banyak di malam hari membuat Eve--dengan begitu saja mengabaikan protes Sania--menutup kembali tupperware yang tersisa delapan potong puding itu dan memasukan lagi ke dalam kulkas.
"Tapi lo nggak boleh ketawa ya?"
"Hah? Ketawa kenapa?"
Sania tiba-tiba menutup wajahnya dengan dua tangan. Eve yang melihat itu menarik tangan Sania.
"Ini memalukan sebenarnya." Kata Sania dengan wajah memerah.
"Apa sih ini? Lo bikin gue kepo deh."
"Gue mau bikin pengakuan."
"Soal?"
"Sena."
"Oke. Ada apa sama dia?"
"Gue... gue suka dia Evelyn!" Sania kembali menutup wajahnya. Kali ini dengan selimut.
Evelyn yang mendengar itu bangkit dari tidur. Di detik kedua wanita itu sudah tertawa sampai terbahak-bahak.
Sania memunculkan kembali kepalanya. "Daritadi di mobil gue pengen lihat lo ketawa. Sekarang pas lihat lo udah bisa ketawa sampai ngakak gini, kok gue kesal ya?"
Eve memegang perutnya. "Aduh, San... hahaha gue... sorry haha..."
Sania pura-pura cemberut. "Gue tinggal tidur nih."
Masih dengan sisa tawa Eve kembali membaringkan tubuhnya menghadap Sania. "Bilangnya nggak mau cinta-cintaan. Gak mau nikah. Mau jadi perawan tua aja."
"Itu gue khilaf."
Eve yang mendengar perkataan Sania tertawa lagi. Sania yang mulai kesal memencet hidung Eve hingga wanita itu sesak napas dan terbatuk.
"Terus, apa hubungannya Sena sama lo mabuk-mabukan dan dibawa om-om?" Tanya Eve ketika sudah tenang.
Menaruh telapak tangannya di pipi, Sania menghela napas. "Gue tahu gue bukan wanita baik-baik. Gue kerja di kelab untuk hidup gue dan keluarga gue. Gue nggak peduli sama tanggapan orang tentang gue. Gue bahkan nggak peduli sama pria-pria yang deketin gue karena setelah kejadian nyokap, di mata gue semua pria itu brengsek. Tapi Sena, Sena beda Ev. Gue nggak tahu gimana jelasin perbedaannya tapi Sena itu beda banget sama pria-pria yang gue kenal. Dan saat gue sadar kalau gue suka dia, gue lagi-lagi kembali pada kenyataan kalau gue bukan wanita baik-baik."
"Lo insecure?" Tanya Eve mulai paham.
Sania mengangguk. "Gue udah jauhin dia. Bahkan sampai nggak mau ngomong sama dia. Tapi Sena gitu, dia samperin gue, limpahin gue dengan kebaikan-kebaikannya, yang pada akhirnya bikin gue lagi-lagi stuck sama dia. Gue bingung Ev, gimana cara bunuh perasaan ini. Semalam itu karena gue benar-benar udah buntu, gue nggak bisa kontrol diri gue sampai gue mabuk dan yah berakhir dengan kebuntuan lagi karena lagi-lagi Sena jadi superhero buat gue."
"Hm, memang sih. Anaknya baik. Kelihatan peduli juga sama lo. Terus yang tadi?"
"Kalau yang tadi sih karena gue mau ngetes aja."
"Ngetes?"
"Gue sengaja ajak Om Bayu ke toilet. Kita nggak ngapa-ngapain kok. Om Bayu itu baik banget sama gue. Dia juga tahu soal perasaan gue dan mau bantuin gue. Dia itu duda Ev, lo jangan natap gue gitu dong!"
Evelyn tertawa. "Habisnya lo sih. Minta bantuan kok sama om-om. Ngeri gue."
Sania akhirnya ikut tertawa sampai telinganya mendengar bunyi notif dari ponsel Eve. "Eh, hape lo bunyi tuh."
"Paling dari grup kantor."
"Cek aja dulu. Siapa tahu penting."
Eve dengan malas-malasan meraih ponsel diatas meja samping tempat tidur. Ternyata ada empat chat yang masuk di whatsapp dari dua pengirim yang berbeda.
Pak Agil
Evelyn, maaf nggak bisa menghubungi kamu hari ini. Ada sedikit kesibukan.
Selamat tidur ya ❤
-
+628030574xx
Evelyn
Saya minta maaf
***
KAMU SEDANG MEMBACA
EAGER
Random#14 - chicklit 12/09/2022 EAGER : INGIN SEKALI; BERHASRAT; Evelyn bukan mati rasa. Dia tahu apa arti tertarik pada lawan jenis. Tapi selama hidupnya, Eve belum pernah merasakan efek "kupu-kupu berterbangan dalam perut" seperti kata kebanyakan orang...