Holla...
EAGER datang lagi!
Happy reading ya :)
***
Setiap langkah penuh dengan antisipasi dan rasanya mendebarkan. Lutut Eve bergetar, keringat dingin bermunculan di sekitar telapak tangannya. Ini pertama kalinya dia berada dalam situasi seperti ini dengan seorang pria. Tidak ada kata ketakutan, yang ada hanya menanti dalam gelisah.
Efek rindu ternyata begitu membahayakan. Seperti belum cukup dengan melihat saja Eve juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Gerald. Ajaran ayahnya yang selama ini ditanamkan juga terasa tidak lagi penting baginya. Eve cukup yakin dengan kewarasannya. Dia hanya sedang tergila-gila pada Gerald.
Kalimat undangan tadi tercetus setelah perasaannya berhasil dilambungkan oleh sikap manis Gerald lewat sebuah lagu. Dia ternyata menginginkan pria itu melebihi apa yang ia kira. Lalu, kalau ternyata Gerald juga memiliki keinginan yang sama, Eve hanya berpikir bahwa dimana letak masalahnya?
Dia dan Gerald adalah orang-orang dewasa, mereka tahu apa yang mereka mau, sudah hal yang wajar bagi keduanya untuk melangkah sesuai keinginan. Meski Eve juga menyadari bahwa dia masihlah wanita yang amatir.
Dia datang tanpa persiapan apapun. Tubuhnya bahkan masih berbalut pakaian kerja, tanpa membawa pakaian ganti dan segala peralatan mandinya. Wajahnya pasti mulai kusam sekarang. Sebelumnya Eve memang tak ada rencana apalagi bayangan tentang ini. Sial. Bahkan untuk sekedar pengalaman saja juga dia tak punya sama sekali. Bagaimana cara menghadapi Gerald nanti?
"Sandinya tanggal lahir saya," Suara Gerald untuk pertama kali sejak mereka keluar dari mobil.
Eve mengamati lengan yang terjulur menekan kombinasi angka pada pintu. Pada tiap urat yang menonjol di sepanjang lengan tersebut. Begitu saja dan ia sudah berdebar. Pria ini... benar-benar berbahaya bagi kinerja otaknya. Baru juga dia berpikir untuk mundur namun Gerald kembali berhasil membuatnya menetap.
Mereka duduk bersisian di cafe tadi, dengan lengan yang beberapa kali bergesekan satu sama lain, bahkan Eve juga sempat memeluknya sebentar. Tapi meski sudah bersentuhan seperti itu, pengaruh lengan tersebut tidaklah sedahsyat seperti sekarang ini.
Saat ini dengan melihatnya saja imajinasi Eve sudah berkembang menjadi sedemikian liar. Bagaimana saat lengan itu bertumpu di sebelah kepalanya dan tubuh Gerald yang menjulang gagah mulai---
"Ayo masuk."
Oh, tidak. Batin Eve tanpa sadar merapatkan kakinya. Membayangkan nya saja sesuatu diantara pahanya mulai berdenyut. Menuruti aba-aba Eve mengayun langkahnya melewati pintu. Pandangannya menelusuri saat sudah berada di dalam.
Selayaknya tempat tinggal yang sering dikunjungi, apartemen di lantai sembilan bangunan ini tertata rapi dan bersih. Terlihat luas dengan perabotnya yang tak banyak. Tapi mendapati hal ini justru membuat tubuh Eve merinding. Teringat pada hal yang mereka lakukan di dapur Ibu Mefa yang luas.
Sementara Gerald yang selesai menyalakan lampu ruang tengah dan pendingin ruangan berdiri hening di belakangnya. Sebenarnya dari awal Gerald sadar akan percikan yang terjadi diantara mereka. Dia hanya berusaha keras menahan dirinya.
Meski Evelyn yang meminta, Gerald justru merasa dialah yang mendapatkan apa yang dia mau. Kali lalu dia berpikir perlu mengenalkan tempat pribadinya pada Evelyn. Dan sekarang setelah wanita itu berada di tempat yang dia inginkan, Gerald mendapati tujuannya ternyata bukan saja itu.
Ini daerah kekuasaannya, dia bisa bertindak sesukanya tanpa ada yang mengganggu. Dan itu termasuk melakukan apapun yang dia inginkan pada Evelyn. Gerald bisa dengan bebas merengkuh wanita ini dan menciumnya habis-habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EAGER
Random#14 - chicklit 12/09/2022 EAGER : INGIN SEKALI; BERHASRAT; Evelyn bukan mati rasa. Dia tahu apa arti tertarik pada lawan jenis. Tapi selama hidupnya, Eve belum pernah merasakan efek "kupu-kupu berterbangan dalam perut" seperti kata kebanyakan orang...