Tiga Puluh Satu

1.7K 101 9
                                    

Hallo...

EAGER datang lagi!

Ada yang nungguin???

Semoga ada.

Part ini sepotong banget. Tapi aku usahakan update karena kangen tokoh-tokohku.

Happy reading guyss

***

Semuanya terjadi begitu saja tanpa ada yang menahan. Eve mengalungkan tangannya di leher Gerald, bisa dia rasakan tangan besar Gerald merengkuh pinggangnya.

Ciuman itu berjalan lembut, menempel dan mengecup. Saat pijakan Eve mulai melemah, jemari Gerald merambat naik ke tengkuknya, memperdalam ciuman itu menjadi lumatan menuntut.

Eve meremas kaus pria itu lebih erat, merasakan kupu-kupu berterbangan dalam perutnya. Sensasi yang diciptakan Gerald benar-benar menggoda dan memabukan. Memantik sesuatu yang terpendam dalam dirinya.

Pagutan demi pagutan terjalin, menyesap rasa masing-masing. Sampai akhirnya napas Eve terasa sesak dan melepas bibirnya. Puncak kepala mereka beradu, mengambil jeda sejenak untuk menghirup oksigen.

Gerald menyusuri tulang pipi Eve turun ke bibir dan berhenti disana. Tanpa kata keduanya tahu apa yang sama-sama mereka inginkan. Bibir keduanya kembali merapat namun belum juga saling menyatu ponsel dalam saku celana Gerald lebih dulu bergetar.

Eve membuka matanya, menahan Gerald yang ternyata kekeh ingin melanjutkan. "Ponsel..."

"Nanti."

"Lihat dulu."

Dengan setengah hati Gerald menurut, mengambil benda pipih itu tanpa berniat melepasnya. Dan hanya bisa menghela napas saat melihat nama Susan yang tertera.

"Angkat."

"Kamu yakin?"

"Iya. Angkat dulu."

Meski merasa berat hati Gerald akhirnya mau melepasnya. "Sebentar." Pria itu bergerak menjauh sebelum menempel ponsel ke telinga.

Membiarkan Gerald bicara, Eve merangkul tubuhnya saat sadar hawa di luar cukup dingin dan lanjut terpaku saat pandangannya jatuh pada paper bag yang tergeletak di tanah. Wajahnya kontan berubah warna seperti kepiting rebus. Merasa teramat sangat malu.

Bergerak memungutnya, matanya kembali menjangkau Gerald yang berdiri dengan tangan kiri di pinggang, berbicara sambil sesekali melirik ke arahnya. Genggaman pada paper bag tanpa sadar Eve eratkan. Kenapa dengan melihat gerakan itu saja tubuhnya jadi panas dingin?

Menundukan kepalanya wanita itu mulai menyentuh bibirnya dengan jari. Pernah ada bayangan ciuman pertamanya akan terjadi saat kencan romantis di temani sinar rembulan. Dan melihat yang terjadi sekarang diluar bayangannya, Eve merasa dia sudah mencapai ujung batas kewarasan.

Bahkan kepalanya sendiri tidak bisa menjelaskan darimana keinginan bodoh itu muncul. Efek ciuman Gerald layaknya candu. Sesuatu dalam diri Eve menginginkan lebih sampai akal sehatnya mengambil alih. Dengan kelewat santai dia membalas semua perlakuan Gerald padanya.

Sebelumnya Eve tidak pernah bertindak sejauh ini. Satu-satu tindakan nekad adalah menerima Agil di hidupnya yang ujung-ujungnya dia pun menyesal sendiri. Lalu sekarang apa dia menyesal? Ouch, shit! Menyesal dari Hongkong? Bahkan panas masih bisa Eve rasakan dipipinya saat ini.

Sania tidak salah mengatainya wanita jablay, mengingat apa yang wanita itu katakan benar-benar mendasari tindakannya barusan. Memang sebutan apa yang pantas untuk wanita yang mencium kekasih orang selain wanita jablay?

EAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang