Tiga Puluh

1.6K 91 4
                                    

Hallo...

EAGER datang lagi!

Maafkan daku yang ingkar janji. Keasyikan drakor sampai lelet menulis.

Part ini berisi 3000+ kata. Semoga dapat mengobati kangennya.

Happy reading

***

"Pak Gerald nggak ada rencana bikin buku gitu?" tanya Eve dari posisi berbaringnya.

"Buku?"

"Iya. Buku tentang arsitektur."

Sedari tadi sudah dua artikel yang tidak sengaja dia temukan memuat tentang Gerald. Tapi sebatas desain bangunan karyanya, tidak spesifik pada strategi-strategi pembangunan ataupun tips-tips sebagai seorang arsitek.

"Saya belum ada pikiran soal itu."

Menurunkan majalah ke perut wanita itu membawa fokusnya pada pria yang duduk di kursi gantung dengan lebih jelas.

Mereka berakhir di gazebo belakang rumah setelah menghabiskan dua piring nasi goreng dan setengah bagian bolu kukus. Mengingat Sang Nyonya rumah yang belum juga kembali---yang baru Eve ketahui beliau keluar menemui teman arisan---dan situasi mereka yang hanya berdua saja membuat Gerald berinisiatif membawanya ke tempat ini.

Keyakinan pria itu bahwa mereka butuh mengistirahatkan tubuh yang kekenyangan dan mengantuk. Dan memang benar. Kalau tidak ingat ada orang lain yang duduk bersamanya disini Eve mungkin sudah sedari tadi terlelap. Angin sepoi dan selimut yang membungkus setengah bagian tubuhnya benar-benar membuatnya rileks dan nyaman.

"Pak Gerald dekat sama Rendy kan?"

Tatapan yang ada pada ponsel terarah kembali menujunya. "Iya. Kenapa dengan Rendy?"

"Rendy mengidolakan Bapak. Dia bilang Pak Gerald itu panutannya. Bapak tahu?"

"Rendy sering mengatakan hal itu sampai saya bosan."

"Rendy bilang dia bisa menggambar karena Pak Gerald."

Ada jeda yang terjadi setelah kalimat itu. Dan melihat respon Gerald yang diam saja Eve pun melanjutkan. "Itu saja sudah membuat saya yang mendengarnya tergerak penasaran. Ada orang berkembang karena potensinya dipicu oleh orang lain.

"Pak Gerald sudah berguna bagi bangsa ini dengan karya yang sempurna. Tapi akan lebih mengagumkan lagi kalau hal itu juga berlaku bagi orang-orangnya. Dan buku bisa jadi media untuk lebih mudah berguna bagi orang lain, dengan menyalurkan pengetahuan Bapak ke sana. Memang Pak Gerald nggak pengen ada Rendy-Rendy lain di muka bumi ini?"

"Saya paham maksud kamu." sahut Gerald langsung. "Tapi untuk pengetahuan, saya nggak pernah namanya berhenti ataupun sekadar merasa enggan membaginya ke orang lain. Saya sudah sering melakukannya lewat seminar-seminar yang saya hadiri. Apa itu terasa kurang cukup?"

"Kesannya beda loh Pak, dari mendengar langsung sama membaca sendiri. Kalau dituangkan ke buku, bisa dibaca ulang kapan pun dan di manapun. Kelebihan lainnya nggak perlu janji temu."

"Kamu seingin ini ya melihat saya menulis buku?"

Eve memandang pria di depannya dengan kening mengkerut. Kenapa ini kedengaran seperti seolah-olah dia yang memaksa di sini?

"Yaudah sih, kalau nggak mau. Saya juga tadi hanya bertanya." ujarnya sembari mengangkat kembali majalah bermaksud meneruskan bacaannya, namun berakhir dengan memandanginya saja. Entah kenapa tapi Eve tidak tahu penyebabnya sampai begitu. Dia hanya merasa kesal.

EAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang