Dua Puluh Sembilan

1.2K 97 3
                                    

Hallo...

EAGER datang lagi!

Part ini mengandung gula :)

Happy reading guyss

***

Pria ini benar-benar meresahkan. Batin Eve sambil mengerucutkan bibirnya. Seperti belum cukup dengan yang semalam Gerald kembali membuatnya kebingungan dengan sikapnya yang tak biasa hari ini.

Eve pikir aksi nekat itu sudah berhenti saat di kulkas tadi karena setelah sukses membuatnya menganga bodoh, Gerald langsung pergi-- begitu saja meninggalkannya. Namun ternyata pria itu kembali muncul di dapur tidak lama kemudian. Dengan tampilan yang segar lengkap rambut basahnya, Gerald mulai mengikuti kemana pun Eve pergi.

Tidak saja mengekori, pria itu juga bertindak cekatan dengan mendahuluinya mengambil bahan dan alat di kabinet atas meski jelas-jelas tinggi Eve sejajar hingga tidak perlu berjinjit, berbaik hati menawarkan diri memanaskan mentega sampai ikut-ikutan ingin mencoba memegang mixer.

Eve kesal bukan karena Gerald menyerobot pekerjaannya, tidak sama sekali, tapi karena pria itu menatapnya secara terang-terangan selama dia mencampur bahan hingga meratakan adonan pada loyang.

Berharap saja semoga bolu kukus buatannya-- ralat, buatan mereka berdua enak karena Eve tidak yakin dia ingat memasukan semua bahan lengkap sesuai resep akibat terlalu tidak fokus.

Meski begitu, Eve juga masih tidak menyangka Gerald akan seluwes ini bergerak dan berkutat dengan alat dapur. Tampilan pria itu benar-benar menipu atau mungkin dia saja yang menilainya tidak cocok.

"Ternyata Pak Gerald boleh juga di dapur." Selorohnya sembari melepas alas tangan.

Gerald menegakan tubuhnya yang tadi condong. "Saya tinggal sendiri di Aussie. Sudah tidak asing lagi dengan alat dapur."

"Biasa bikin kue juga?"

"Baru pertama ini sama kamu."

Wanita itu pura-pura menyipitkan matanya. "Yakin?"

"Ada yang salah? Lagipula membuat kue sama seperti pekerjaan bangunan, mencampur bahan. Kalau itu pasir, semen, dan material lain, yang ini terigu, gula dan telur."

Tawa Eve langsung berderai mendengarnya. Tidak menyangka saja Gerald akan menyamakan campuran bahan bangunan dengan campuran bahan kue. Namun sepertinya tindakan yang salah dengan memilih tertawa karena tahu-tahu saja Gerald sudah melangkah mendekatinya.

Eve sontak bergerak mundur bermaksud menghindar namun ternyata aksesnya terbatas setelah mendapati pinggulnya menabrak pinggiran wastafel. Begitu saja Gerald berhasil memojokkannya disana.

"Apa saya terlihat lucu di mata kamu?"

Ini yang dia bilang meresahkan. Gerald seolah tidak masalah lagi melakukan kontak fisik dengannya. Sudah sedari tadi Eve sadar hal itu. Tapi kali ini lebih mengintimidasi dan Eve tiba-tiba merasa ciut.

"Kenapa tertawa, hm?" Berbeda dengan sikapnya, jemari Gerald justru menghapus noda terigu di pipi Eve dengan gerakan lembut. Wanita itu meremas ujung dressnya gugup. Tidak ada lagi sekat seperti tadi. Wajah mereka hanya terpaut sejengkal jarak.

"Sa--Saya, itu. Ehm, cuma lucu dengan jawaban Pak Gerald. Bahan bangunan sama bahan kue."

Gerald menatapnya lekat, mencari kejujuran pada mata itu dan sesaat kemudian tersenyum tipis. "You make me crazy, Lyn. Saya tiba-tiba khawatir terlihat buruk di mata kamu."

EAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang