Sebelas

1.7K 112 16
                                    

Mulmed : Daniel Henney dan Choi Siwon (Pak Gerald dan Pak Agil versi Kartika)

.
.
.
.
.
.

"Benar karena belum lapar? Bukan diet atau semacamnya?"

Eve menganggukan kepala. Apalagi alasan yang tepat untuk diberikan pada Agil selain alasan belum lapar? Tidak nafsu makan akibat rasa gelisah yang berlebihan karena seorang pria? Tidak. Eve tidak akan pernah mengatakan hal itu pada Agil, cukup dirinya dan Tuhan saja yang tahu. Lagipula dia tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang sedang tidak terlalu lapar, garis bawahi kata tidak terlalu yang berarti dia sedikit lapar tadinya. Tapi berhubung mood nya terlanjur jelek Eve memutuskan untuk tidak makan saja sekalian.

Namun sepertinya Eve belum boleh merasa lega karena baru saja ia temukan kerutan halus muncul di kening Agil. Membuatnya bertanya dalam hati, apa mungkin pria ini sudah tahu tentang kejadian di Kelab? Tidak menutup kemungkinan Gerald sudah menceritakan peristiwa itu pada adiknya ini dan mungkin saja Agil juga tahu bahwa Gerald tadi menghampirinya.

"Kamu kalau ada masalah ceritakan saja pada saya. Apapun itu jangan pernah sembunyikan dari saya Evelyn."

Ternyata benar Pak Agil sudah tahu. Eve membatin. Padahal dia berharap agar Gerald tutup mulut karena ujung-ujungnya Eve akan kembali pada Sania sebagai alasan dia berada di Kelab. Agil memang tahu pertemanannya dengan Sania, tapi tidak dengan pekerjaan wanita itu.

"Bapak... tahu?" Tanya Eve hati-hati.

"Jadi benar dugaan saya?"

"Ya?"

"Kamu mengidap Anoreksia."

Dan satu kalimat tuduhan itu sukses membuat Eve menyemburkan tawa. Gila. Dia pikir apaan tadi. Anoreksia? Bahkan membayangkan Agil akan mengatakan itu padanya tidak pernah terlintas dalam benak Eve. Ini benar-benar di luar dugaan dan Eve baru menyadari bahwa Agil ternyata se-peduli ini pada nafsu makannya.

Mengendalikan tawanya Eve menatap pria itu sambil berkata. "Pak, daripada Anoreksia, saya lebih cocok mengidap Bulimia. Makan saya banyak gini."

Agil yang mendengar itu berdecak. "Evelyn, saya serius."

"Saya juga serius Pak."

"Tidak dua penyakit itu?"

Eve menggeleng yakin. "Saya sehat dan tidak mengidap penyakit apapun. Kalau pun saya sakit, Bapak pasti tahu duluan sebelum saya kasih tahu. Bapak kan suka gitu, kepo sama saya."

"Saya bukan kepo." Bantah Agil. "Tapi saya memang peduli sama kamu. Saya hanya heran, makan kamu banyak, badan kamu gini-gini aja."

Eve mengedikan bahunya. "Saya juga nggak tahu. Memang dari sananya sudah begini." Sahutnya cuek. Ketimbang merasa heran, Eve justru merasa bersyukur dengan kondisinya itu. Lihat saja diluar sana, banyak yang diet mati-matian hanya untuk mendapatkan bentuk tubuh yang bagus. Sudah sepatutnya dia bersyukur kan?

"Kamu memang nggak pernah ada niat naikin berat badan gitu? Tubuh kamu kurus sekali Evelyn."

Dan ucapan itu seakan pemantik api, secepat itu menyulut emosi Eve hingga melayangkan tatapan sebal ke arah Agil. "Ini kedua kalinya ya Bapak bilang saya kurus. Bapak nggak sadar kalau saya ini wanita? Saya juga sensitif kalau bahas berat badan. Dan asal Bapak tahu, saya itu bukan kurus tapi ideal!"

Agil tertawa, pria itu menyengir jail ke arah Eve. "Coba sini peluk, biar saya tahu benar ideal atau nggak."

Yang disambut Eve dengan ketus. "Modus."

"Sama pacar sendiri juga."

Wanita itu balas memasang wajah cemberut, Agil yang melihatnya terkekeh. Bergeser sedikit Agil meraih jemari kanan Eve dan membawanya ke pangkuan. Eve yang menerima itu hanya diam dan mengamati.

EAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang