"Gue benci ma lu. Lu itu toxic..." Prilly memandang penuh kebencian sarat kekecewaan terhadap Reza.
Dengan tatapan penuh sindiran, Reza sambil bersidekap dia melirik wanita itu dan tersenyum tipis. "Gue toxic,tapi lu cinta kan?"
____________________...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mulai merasa ini cinta, Namun kau tahu aku punya luka, Ini sulit untuk dijelaskan Dilema terus menguasai hariku Tapi aku menyayangimu,Prilly. -Reza-
Reza datang lebih cepat dari biasanya ke kafe, dia tahu hanya tersisa dua hari saja baginya untuk lebih banyak menghabiskan hari bersama Prilly.
Dia duduk di kursi kasir, tempat Prilly biasa duduk saat bekerja. Dia mengambil ponselnya dan mulai men-stalking instagram Prilly dan tersenyum acapkali membaca caption Prilly yang terkesan lucu dan menggemaskan.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, Reza berpindah tempat ketika melihat Prilly memasuki ruang Kafe. Dia memilih tempat yang nyaman yang bisa menatap Prilly tanpa terlalu kentara. Prilly terlihat semakin hari semakin menarik,Reza bahkan sulit menepis perasaannya. Dia menatap langkah Prilly yang terlihat agak gugup,mungkin dia merasa diperhatikan dengan seksama oleh Reza.
Aku tahu dia bukan tipeku tapi kenapa hanya dia yang ingin kulihat. Batin Reza.
Prilly menghela nafas dan tersenyum pada Reza dan menyapanya, dengan cool Reza hanya mendehem dan berlalu ke dapur,padahal sedari tadi debaran di hatinya itu semakin tidak bisa dikendalikannya ketika senyum manis wanita itu mengarah padanya.
Reza mengambil segelas air dan meminum segelas penuh tanpa jeda. Terasa sesak dan nafas tercekat tadi hilang,dia mulai merasakan debaran yang teratur saat ini.
"Udah makan lu,za?"tanya Iqbal.
"Belum lapar gue."
"Suntuk lu ya?"
"Kagak!"
"Kenapa termenung menung lu? Udah jangan dipikirin, si Raline tu bukan jodoh lu."
"Nggak. Gue udah move on!"
Iqbal langsung mendekati Reza dan duduk di sampingnya.
"Beneran lu?"
"Benar lah!"
"Siapa yang bisa buat lu lupakan Raline."
Wanita mungil itu,
bisik Reza dalam hatinya sambil memperhatikan gelas yang digenggamnya.
