"Gue benci ma lu. Lu itu toxic..." Prilly memandang penuh kebencian sarat kekecewaan terhadap Reza.
Dengan tatapan penuh sindiran, Reza sambil bersidekap dia melirik wanita itu dan tersenyum tipis. "Gue toxic,tapi lu cinta kan?"
____________________...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
34. Cuma kamu di hati.
Malam ini aku sudah sampai di salah satu hotel mewah di Jakarta. Bagaimanapun aku tidak bisa mengelak dengan ancaman Raline yang akan membongkar semua ini ke keluarga besarku jika aku tidak datang ke Jakarta menemuinya sekarang.
Jika keluarga besarku tahu semua ini, akan sangat membahayakan bagi karir,pencapaianku dan juga aku akan kehilangan kepercayaan dari keluargaku. Mereka sangat dekat dengan Raline, selain punya hubungan kerabat mereka juga sangat menyayangi raline dikarenakan bagi mereka Raline sosok yang sempurna dan mandiri.
Yah dulu wanita ini adalah idolaku juga, hingga dia menghancurkan hatiku dengan perselingkuhannya yang berimbas pada trust issue yang aku rasakan hingga saat ini.
Masa masa dimana aku tidak bisa percaya pada cinta lagi,namun pada Prilly rasanya ada pengecualian. Dia spesial dan nyatanya belum bisa teraih. Membuat rasa penasaran memuncak dan aku merasa tertantang untuk mendapatkannya.
Aku melirik ke arah jendela kaca dan menarik tirai,seperti biasa jalanan Jakarta yang terkenal penuh oleh kerumunan kendaraan membuat kota ini tidak pernah gelap dan selalu di hiasi cahaya terang benderang bahkan sampai fajar menjelang.
Ponsel ku kembali berdering dan seperti dugaan ku memang telpon dari Raline.
"Kamu dimana?"
"Di Hotel. "
"Aku tunggu di kafe. Tidak ada orang lagi di sini."
"Oke. Aku sholat isya dulu."
"Aku nggak habis pikir orang yang rajin sholat seperti kamu tapi bajingan!"
