Jangan lupa vote dan komen 🥰
***
Tahun 2015
Sejak pabrik ayahku bangkrut, kami hidup menumpang di rumah nenek.
Untungnya rumah ini tidak terlalu jauh dengan sekolahku dan adik-adikku.Makin hari finansial kami memburuk. Ayahku pergi ke rumah orang tuanya di Bandung untuk memulai usaha baru. Sampai ia lupa ada kami yang harus diberi nafkah.
"Kinan, mama gk ada uang. Cuman ada buat naik angkot," ujarnya sambil memberi uang dua ribuan lima lembar
Aku mengambilnya dengan pasrah. Uang sepuluh ribu cukup untuk beli apa. Sekolah sampai sore, sarapan gak di sediakan, inisiatif memberi bekal pun tidak ada.
***
"Nan liat fisika dong. Sumpah kemaren gue abis pergi ke Bandung. Ada nikahan sodara, gak sempet nyentuh tugas sama sekali," ujar perempuan dengan tampilan rambut di kuncir satu yang bernama Gina . Dia adalah Teman sebangkuku.
Kehadirannya membuat lamunanku buyar.
"Kebiasaan, Pr gue lagi diliat sama si Kevin," balas ku, sambil menunjuk ke arah belakang. Di sana ada beberapa murid bermuka serius sedang menyalin jawaban.
"Thank You nan," kata Gina, lalu pergi menuju tempat duduk belakang
"WEYYY BUKU KINAN MANA, GUE MAU LIAT!" Suara Gina menggelegar.
Setelah perebutan buku yang sengit. Gina segera menyalin dengan kecepatannya.
"Nan, kemarin gue dapat kabar dari grup basket. Lu tau kak Tor 'kan?" tanya Gina engan tangan yang masih menulis dan mata fokus ke bukuku.
"Enggak,"kataku dengan singkat. Jujur saja ini pertama kalinya aku mendengar nama Tori.
"Ahelah nan, udah semester dua masih aja gak kenal kakak kakak hits. Intinya kak Tori itu ngajak anak basket buat bolos," ujar Gina
"Hah maksud lu?" tanyaku memastikan ucapan Gina. Yang benar saja kakak kelas mengajak bolos anak kelas 10
"Lusa nanti ada DBL nan, terus kak Tori ngajakin kita bolos biar dapet izin dari sekolah. Kalau yang bolos nya banyak 'kan pasti dibolehin," ucap Gina dengan percaya diri
"Terus?"
"Ya lu harus ikut, temenin gue jadi suporter!" pinta nya dengan semangat.
"Enggak deh gue gk ikut-ikutan," ucapku malas. Aku memang tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu
"Ahelan nan, hidup lu lurus-lurus aja. Please lah ikut. Gue yakin ini bakal seru. Karena lu tau lawan nya siapa? anak 25"
Sekolah kami dengan SMA 25 memang terkenal musuh bebuyutan. Tidak pernah akur dan selalu rusuh.
Setau ku dulu ada anak 25 pernah membacok salah satu siswa sekolah kami waktu tawuran. Tapi ntah itu benar atau hanya kabar angin saja.
***
Jam istirahat dimulai, anak anak berhamburan keluar untuk mencari santapan. Ada juga yang mengeluarkan bekal dan makan di dalam kelas.Baru saja kami ingin keluar kelas, ada sosok yang asing dimataku. Ketika mereka masuk kelasku yang tadinya rusuh meminta lauk jadi hening seketika.
"Heh Gina," ucap salah satu dari ketiga pria yang sekarang sudah berada di dekat kursi kami
"Kak Tori ngapain kesini?" tanya Gina yang sedikit terkejut melihat lelaki itu datang
'Oh ternyata itu yang namanya Kak Tori, cakep si. Teman temannya juga cakep.Pantesan hits.' batin ku berkata
"Mana daftar nama yang ikut jadi suporter," tanya kak Tori sambil menatap mata Gina
"Ntar siangan gue kasih."
"Emang udah ada berapa yang ikut?" tanya lelaki satu lagi, dari name tag-nya lelaki ini bernama Boby
"Hmmm 14 orang," jawab Gina
"Ah dikit banget, anak MIPA gk kompak nih. Lu tau anak IPS udah 30 an"
"Yaaa sabar dong. Nanti gue ajak ajakin lagi"
"Yaudah nanti siang kirim ke gue ya list nama namanya"
"Iya"
"Oke deh sip. Btw itu yang duduk di sebelah lu siapa?" Tanya kak Tori sambil melirik ke arahku
"Namanya Kinan," ujar Gina
"Ohh namanya Kinan, namanya Kinan gas tu kenalan sana. Dari tadi bisik-bisik ke gue nanyain nama lu nan," katanya sambil tertawa
Sedangkan lelaki dengan nametag B Bagas hanya diam sambil tersenyum karena dijadikan kambing hitam
***
Pukul 15.10 adalah jam pulang sekolah. Kita bisa melihat dua tipe murid disini, ada yang langsung pulang dan ada yang menunggu untuk sholat ashar terlebih dahulu.
Kalau aku adalah tipe murid pertama. Langsung pulang karena tidak betah di sekolah lama lama. Sebenarnya dirumah juga tidak betah.
Aku naik angkot dua kali. Yang paling menyebalkan adalah angkot kedua ku selalu mengetem lama.
Baru saja aku turun dari angkot pertama dan ingin menyambung naik angkot lagi. Mata ini menemukan sosok yang tidak asing.
Dia mama ku.
Memakai baju sepeti anak muda dengan rambut tergerai. Wajah nya di balut oleh riasan yang tidak terlalu menor. Bibir nya terlapisi lipstik berwarna merah. Dia diam seperti menunggu orang disana.
Aku melambat kan langkah. Mata kami bertemu tapi tidak saling menyapa.
'kenapa rasanya sakit' batinku berkata
Sekuat tenaga aku menahan air mata yang memberontak ingin keluar. Bagaimana bisa aku menangis dijalanan.
Seperti biasa angkot yang ku naiki mengetem. Baru kali ini aku sedikit bersyukur karena angkot mengatem. Tuhan memberi ku suatu kebenaran.
Aku melihat dia dijemput oleh lelaki lain.
Mereka cipika cipiki di depan umum. Seperti suami istri yang sedang berjumpa.
Dia benar benar berselingkuh
*******
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Teen FictionTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...