26; Mereka

396 50 32
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Jauh dari tempat Kinan. Baskara sedang menghampiri kosan Devan. Ia  membuka pintu kosan Devan dengan sangat keras. Padahal Baskara bukan siapa-siapa. Tapi membuat gaduh karena emosinya sudah di ujung kepala.

Baskara kesini untuk menjemput Genta yang dari sore tidak ada kabar. Sehabis jalan dengan Kinan, Genta tidak bisa dihubungi. Baskara tahu ia ada di kosan Devan dan dugaan Baskara benar. Genta  sedang bermain ponsel sambil bersender dipaha Devan.

"Ayok pulang!" seru Baskara sambil menggenggam tangan Genta dan menariknya sehingga posisi Genta menjadi duduk. Kuatnya tenaga Baskara membuat Genta tidak memiliki pilihan. Ia berdiri dan berjalan mengekori Baskara untuk mengimbangi seretannya agar tidak tersungkur.

"Lepas Bas!" Genta melepaskan genggaman Baskara dengan sekuat tenaga dan untungnya berhasil

"Pulang!" bentak Baskara yang kembali mengenggam lengan Genta.

Devan hanya melihat Baskara yang kesetanan tanpa merebut Genta untuk masuk kembali ke kosannya. Ia ingin melihat keputusan Genta. Apakah ia akan menuruti Baskara? atau memilihnya kembali. Tapi seretan Baskara terlalu kuat membuat Genta jadi ikut kebawa kembali dan sampailah mereka di dalam mobil.

"Gue udah susah susah selamatin lu dari Devan ya," cerca Baskara sambil menyalakan mobilnya

"Emang gue minta tolong buat diselamatin? Gak pernah Bas!" bentak Genta

Baskara tidak merespon pertanyaan Genta. Ia menancap gas hingga kecepatan maksimum. Kecepatan mobilnya membuat Genta terasa dekat dengan Tuhan.

"Bas turunin gue di depan atau gue bakal telepon Devan biar dia datang!"

Baskara tiba tiba memberhentikan mobilnya di bahu jalan. Kemudian ia mencengkram lengan Genta agar pandangan Genta menengok ke arahnya.

"Ngapain si? ... Devan itu bahaya  buat lu! Dia beneran gay!" Baskara sudah berapi api. Tatapannya benar-benar mengintimidasi. Genta tidak pernah melihat kemarahan Baskara seperti sekarang ini. 

"Terus kita apa? pelukan, ciuman yang kemarin-kemarin itu apa?" ucap Genta  membuat Baskara membisu. Genggamannya pun mulai melemah. 

"Lu mabok Bas? Kita juga gak normal" timpal Genta lagi. Ucapannya menusuk hati Baskara tapi ia lakukan semua ini demi Genta.

"Lu mending gak normal sama gue daripada sama Devan!"

"Kata siapa? Gue lebih sakit sama lu Bas! Lu sayang sama Kinan bukan sama gue! Lu cuman mau selamatin gue karena lu aneh!"

"Maksud lu apa?" Perasaan Baskara mulai tidak enak.

"Gue lihat Bas ... Gue lihat folder di laptop lu yang semua isinya masalah masalah orang. Lu jadiin gue 'selingkuhan' karena itu kan? Demi kepuasan lu doang!"

Baskara tidak berniat demikian. Tapi ia hanya iba setiap ada orang yang bermasalah. Baskara hanya ingin menjadi malaikat untuk manusia-manusia yang patah. Ia tahu rasanya patah dan kesepian sehingga Baskara melakukan itu semua. Mulai dari Tyas, Gina, Kinan, Genta dan masih banyak nama lain sejak ia duduk di kelas 10. 

"Lu tahu apa tentang folder itu?" ujar Baskara dengan mata lemahnya. Sekarang sorot matanya dapat dikenali oleh Genta. Tatapan sama seperti Baskara menatapnya setiap hari. 

"Gue udah baca semuanya Bas! Setiap orang yang lu tulis di sana punya masalah yang aneh-aneh ...  Gue baca kisah Tyas dan waktu lu ketemu Kinan, lu gak berhubungan lagi sama Tyas. Tapi ... kenapa lu gak putusin Kinan? Bukannya sekarang udah ada gue?Lu lebih sayang sama Kinan 'kan? "

Baskara  tidak tahu jawaban dari pertanyaan Genta. Selama ini memang Baskara akan jauh dengan orang yang dekat sebelumnya jika sudah bertemu dengan orang lain yang bermasalah lainnya. Namun untuk Kinan, ia juga heran mengapa tidak bisa melepasnya begitu saja. 

"Atau mungkin lu tulus sama Kinan? Sedangkan gue.... gue cuman pemuas rasa aneh lu aja? Cuman buat isi folder lu aja?" Pertanyaan sakit itu akhirnya keluar dari mulut Genta. Mata Genta mulai memanas. Sudah lama ia ingin menanyakannya. Walaupun Genta tau Baskara adalah laki-laki normal atau kemungkinan Biseksual dan hanya iba kepadanya. Tapi ia berharap Baskara bisa mencintainya.

Baskara memegangi bahu Genta, matanya menatap lembut mata Genta yang sedang menahan tangis. Lalu ia memeluk Genta dengan erat membuat air mata yang terbendung mengalir begitu saja.

***

Genta baru saja mandi, ia keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Menampakkan luka-luka di punggungnya.  Luka itu sudah lama di buat oleh ibu tirinya, sewaktu ia berumur 10 tahun. Tapi bekasnya mungkin akan di bawa sampai mati. Bukan hanya bekas lukanya tapi perasaan sakitnya.

Bukannya langsung mengenakan baju, Genta merebahkan diri di samping Baskara yang tengah menutup mata. Lalu ia memeluk Genta dan meletakkan kepalanya di dada bidang Baskara. Baskara yang tersadar segera membalas pelukan itu. Posisi ini membuat Genta nyaman. Ia merasa di sayangi.

"Bas mau itu," ujar Genta sambil mengelus pelan perut Baskara

Setelah perasaan marah kepada pasangan memang dapat meningkatkan gairah. Mungkin ini yang sedang dirasakan Genta.

Baskara diam sejenak, kemudian ia menindih Genta dengan badannya. Mulailah kecupan demi kecupan ia berikan. Mulai ke bibir, telinga, dan leher Genta sehingga memberikan bekas kemerahan di sana. Sedangkan Genta hanya bisa menutup mulut agar desahannya tidak keluar. Malam ini, mereka melakukanya lagi. Memang tidak sampai intinya, karena Baskara tahu itu berisiko. Tapi tetap saja hal yang mereka lakukan sudah terlalu jauh dan membuat Baskara heran dengan orientasi seksualnya. 

TBC

Aku tidak kuat menulis bxb :(

EllipsismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang