Jangan lupa untuk vote dan komen
***
Sekarang, anak kelas 12 bisa bernafas lega sebentar. Mereka telah selesai melaksanakan ujian nasional. Walaupun sudah lega, beberapa dari mereka belum merasa demikian karena khawatir mengenai PTN yang mereka pilih. Termasuk Baskara,setelah ini ia harus belajar SBMPTN untuk pencitraan agar rencananya berhasil.
Untungnya dengan melihat Kinan, kekhawatirannya bisa hilang. Mereka pergi ke pantai. Pasir yang halus, pemandangan laut yang luas membuat mereka terdiam menikmati semua yang ada didepan mata.
"Aku senang kita bisa jalan kaya gini," ucap Baskara memecah sunyi
"Aku juga," balas Kinan sambil melamun. Ia masih kepikiran perkataan Devan semalam. Apa mungkin hari ini Baskara akan memutuskan hubungan mereka?
"Sebenernya aku mau ngomong sesuatu yang penting Nan dan mungkin aja ini pertemuan terakhir kita..."
Kinan fokus mendengarkan ucapan Baskara yang tampaknya semua perkataan Devan semalam akan menjadi kenyataan. Ia seperti paham pembicaraan ini akan mengarah kemana. Kinan memasukan tangannya ke dalam tas jinjing yang ia letakkan di atas paha. Semakin Baskara berkata kata semakin kuat Kinan meremas hadiah yang ada di dalam tas.
"Aku bakal milih PTN di luar kota bahkan pilihan ketiga nya di luar pulau. Kalau gak keterima papaku mau aku kuliah di luar, katanya kalau mau masuk swasta mending di Singapura atau Jepang aja. Itu berarti harapan kita buat bareng terus bakal pupus."
Ucapan Baskara tidak membuat Kinan berkutik sedikitpun. Lagi lagi hatinya sakit seperti sedang ditusuk pedang yang tajam.
"Kalau kita break gimana?" tanya Baskara
Kinan menatap Baskara dengan sorot mata kecewa dan sedih. Kinan ingin menangis, ia tahu Baskara berbohong.
"Kalau mau putus bilang aja, gak usah di perhalus kaya gitu Bas. Aku tau kok kamu balikan lagi 'kan sama Genta?!" Cerca Kinan yang muak dengan sikap manipulatif Baskara.
Baskara terkejut, ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan Kinan. Darimana ia tahu informasi yang telah Baskara tutup rapat rapat.
"Nan kok kamu ngomongnya gak jelas gitu si?" Baskara mencoba mencari alibi.
"Gak jelas? Kamu Bas yang selama ini gak jelas. Aku harus gimana si Bas? Kenapa sayang sam kamu itu segini susah nya? Kamu yang dulu selingkuh, terus tiba tiba ngejauh, abis itu ngedeketin aku lagi dan minta tolong buat jauhin kamu sama Genta. Terus abis itu apa? Kamu malah Deket lagi sama Genta bahkan balikan lagi disaat kita masih pacaran? Lu yang gak jelas!" Semua emosi, rasa sakit dan beban pikiran meledak seketika. Kinan tidak bisa mengendalikan emosinya lagi sama seperti dulu ketika mereka putus di cafe. Kebiasaan buruk Kinan, jika sudah seperti ini ia tidak mau mendengar penjelasan apapun. Ia terlalu lelah.
"Nan aku sama Genta gak ada apa apa. Ini semua aku lakuin demi kita." Sejujurnya Baskara tidak ingin membuka rencanya tapi jika tidak dibicarakan mungkin Kinan akan pergi.
"Buat kita? Buat kita atau buat kamu? Kejar aja Bas kebahagiaan yang salah itu. Kamu berhak ngelakuin apa yang mau kamu lakuin," ucap Kinan sambil berdiri, ia hendak pergi dari sana karena sudah muak dan malu. Keributan mereka menjadi tontonan gratis pengunjung pantai. Air mata Kinan sudah mengalir begitu saja. Sial sekali menjadi orang cengeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Teen FictionTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...