Lalu baskara menarik Genta sehingga ia berada di belakang badannya. Kemudian Baskara berbincang bincang dengan lelaki itu. Dari raut wajahnya Baskara tampak kesal.
"GUE KESINI DISURUH GENTA. KENAPA LU NGATUR BANGSAT?!" Lelaki itu berteriak saking kencangnya aku dapat mendengar suara itu.
"BIASA AJA!"ucap Baskara mulai meledak sambil memegang kerah baju lelaki itu
Aku segera turun kebawah karena takut ada keributan terjadi. Baru saja aku menginjak anak tangga terkhir, ternyata disana ada Bi Iyem sedang mengintip dari jendela. Aku pun menghampiri nya
"Bi Iyem kenapa kok itu ribut gitu?" Tanya ku
"Gak tau, setahu bibi cowok itu pernah berantem juga sama baskara"
"Yaudah aku keluar ya" ucap ku yang berniat ingin melerai pertikaian mereka
"Haaduh jangan---itu urusan laki-laki nanti kalau kena tonjok bahaya"
"Tapi bi---kalau ga dilerai keburu mereka beneran tonjok tonjokan"
Bi Iyem memasang wajah bingung. Seperti sedang menimbang apa harus ikut membantu atau tidak.
BUGGGG
Aku menengok ke arah suara. Ternyata Baskara mendapatkan pukulan dari laki laki asing itu.
"Tuh kan bi udah tonjok tonjokan. Aku keluar deh" kata lu lalu pergi berlari untuk melihat keadaan baskara.
****
"Anjing ya lu!" Kata Baskara mencoba membalasTapi tidak jadi karena aku keburu datang dan melerai nya.
Aku menggenggam tangan nya dengan erat "Bas jangan" kata ku sambil menatap mata nya dengan lekat.
Ujung bibir Baskara tampak berdarah.Lelaki yang menonjok Baskara menatap ku dengan bingung. Mungkin ia heran kenapa aku tiba tiba datang seperti pahlawan kesiangan diantara mereka.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya baskara dengan lembut
"Kamu yang ngapain ribut di depan rumah sendiri?" Tanya ku kesal
"Ck, urusin aja dulu pacar lu!gak usah ngatur ngatur hidup orang"Kata lelaki itu.
Aku tidak peduli dengan omongannya. Sekarang aku hanya peduli dengan luka baskara yang terlihat menyakitkan.
"Bas ke dalem aja yuk. Aku obatin" balasku sambil memegang tangannya
"Kamu masuk duluan aja nan" tolaknya
Sepertinya baskara hanya memperdulikan sesuatu yang sedang terjadi diantara merek bertiga dibanding rasa peduli pacarnya sendiri.
Tiba tiba Genta mendekat ke lelaki asing itu dan ia menyuruh nya pergi. Karena masih fokus dengan baskara, aku hanya bisa samar samar mendengar kan percakapan mereka. Lalu mereka tampak sedang adu mulut. Namun hal itu berlangsung hanya sebentar .
Kemudian Genta tiba tiba mendekati kami."Bas lu gapapa kan? Mending di obatin dulu deh di dalam. Sorry banget Devan emang temperamen" ucap Genta
Devan? mungkin ini nama lelaki asing itu.
Yang paling menyebalkan adalah Baskara langsung menuruti perkataan nya. Kami bertiga pun masuk kedalam rumah.
"Yaampun kamu kenapa bisa kaya begini...." Ucap Bi iyem yang panik menyambut kami
"Ada obat merah bi?" Tanya ku
"Ada kok bentar bibi ambilin"balas Bi Iyem yang langsung berbalik badan untuk mengambilkan nya
"Jangan obat merah" sambar Genta. Ucapannya membuat Bi Iyem berhenti dan berbalik lagi ke arah kami.
Aku pun menengok ke arah Genta dengan tatapan bingung
"Air hangat aja sama handuk yang seratnya halus"
Setelah mendengar perkataan Genta aku merasa gagal untuk membantu dan terlihat bodoh. Apakah aku salah?Mungkin ya, aku tidak terlalu berpengalaman dalam menangani luka tonjok.
Beberapa menit kemudian bi Iyem kembali dengan baskom berisi air dan handuk kecil yang diletakan di pinggir nya.
"Nih" ucap Bi Iyem menyodorkan baskom kepada ku
Tapi tiba-tiba Genta main ambil baskom itu dari samping. Sampai air nya hampir tumpah karena main ambil begitu saja.
Aku hanya diam seperti terhipnotis melihat perilakunya yang membingungkan. Pikiran ku mulai memikirkan sesuatu yang aneh. Mengapa dia melakukan itu?apakah ini suatu kompetisi sampai harus cepat cepatan?. Tapi aku tidak mengungkapkan perasaan dan pikiran ku. Biarlah dia melakukan apa yang ia mau.
"Gue pakein ini ya" kata Genta yang sudah berancang-ancang untuk meletakan handuk yang sudah terbasahi air
Tapi belum saja handuk itu kena bibir Baskara. Baskara memberhentikan nya. Lalu ia menengok ke arah ku.
"Kamu gak mau pulang?" Tanyanya
"Hah?" Aku hanya bisa terpelongo. Aku kira Baskara akan meminta ku untuk mengobatinya bukan Genta.
"Udah malam"
"Nanti aja aku mau obatin kamu"
"Gapapa, udah ada Genta kok. Kamu gak usah khawatir. Mending pulang aja keburu malem" ucap Baskara sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 18.10
Aku tidak percaya Baskara berkata demikian. Ucapannya lebih terasa mengusir dibandingkan peduli.
"Aku mau pulangnya jam 7 aja"
"Sekarang aja. Ayok aku anterin"Kata Baskara
"Heh ngomong sembarangan itu luka mau kena angin?" Sambar Genta sambil memukul lengan Baskara
Aku menarik nafas dalam-dalam. Sejujurnya aku belum mau pulang dan masih kuat berdebat agar baskara tetap memperbolehkan ku di rumahnya. Tapi aku takut menangis jika semakin ku perpanjangan mungkin saja Baskara berucap kalimat kalimat yang membuat dada sesak.
"Aku bisa pulang sendiri" kata ku sambil berdiri dan hendak pergi ke kamar baskara untuk mengambil tas
Aku berjalan dengan sangat cepat. Menaiki tangga, membuka pintu kamar dan mengambil tas dengan perasaan dongkol.
Setelah sampai di anak tangga terkahir. Aku melihat Genta sedang mengobati Baskara dengan sangat hati hati dan lembut. Aneh sekali. Benar benar aneh. Rasanya mau ku buka celananya dan mengecek apakah dia benar laki laki atau perempuan jadi jadian?kenapa bisa sehati hati itu.
"Aku pulang dulu" kata ku diantara mereka
"Aku anterin nan" balas Baskara
"Gak usah. Kamu kan lagi sakit"kata ku yang mencoba untuk tidak terlihat kesal atau emosi. Aku tidak mau di cap kekanak-kanakan
"Gue aja kali yang nganterin Kinan?mau gak nan?" Kali ini Genta yang berbicaraAku berpikir sejenak. Sejujurnya aku tidak mau. Tapi setelah dipikir-pikir, nanti aku bisa mengorek informasi di sepanjang perjalanan pulang.
"Oke" balas ku sambil tersenyum pertanda berterima kasih
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Roman pour AdolescentsTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...