Jangan lupa untuk vote dan komen 🥰💚
***
Kinan memilih apa kata hatinya untuk pergi menemui Baskara di rumahnya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit yang sebelumnya telah dirasakan. Ia berniat untuk memberikan Baskara makanan dan memberitahu perihal kepindahannya nanti.Seperti biasa, Rumah Baskara tampak sepi. Kinan mengetuk pintu itu dan beberapa saat kemudian munculnya Baskara. Tapi ia hanya mengintip dari belakang pintu. Tidak membukakan pintu secara gamblang atau menyuruh Kinan masuk.
"Ada apa Nan?" tanya Baskara dengan kepala yang menongol di sela pintu.
"Boleh ngomong sebentar gak? Penting," balas Kinan
"Maaf Nan ... Aku lagi belajar buat UN nanti," balasnya dengan wajah menyesal.
Kinan menghela nafas, mungkin memang belum saatnya ia menceritakan apa yang sedang terjadi.
"Yaudah nanti aja. Ini aku bawain makanan. Terus luka kamu udah diobatin lagi 'kan?"
Baskara mengangguk. "Makasih Nan."
Kemudian keheningan tercipta diantara mereka. Sejujurnya Kinan tidak mau menyudahi percakapan mereka, namun Baskara seperti mengkode bahwa Kinan harus pergi dari sana.
"Yaudah... Aku pulang dulu ya," balas Kinan lalu berbalik. Tiba tiba Baskara keluar dari rumah dan menggenggam tangan Kinan.
"Nan..."
Tatapan itu seperti Baskara yang ia kenal.
"Abis aku UN kita jalan ya. Aku juga mau minta maaf kalau akhir akhir ini kita gak bisa ngobrol banyak," ucap Baskara dengan tatapan menyesal dan tulus.
Kinan tersenyum, ucapan Baskara membuat semua pikiran jahatnya larut. Mungkin memang Baskara sedang benar benar fokus UN.
"Bas..." Suara itu membuyarkan Kinan. Ia menengok ke sumber suara dan ternyata disana ada Genta. Untuk apa ia ada di rumah Baskara?
"Eh sorry ganggu. Gue mau tanya buku wangsit matematika lu taro mana?" tanya Genta dengan santainya tanpa memperdulikan perasaan Kinan. Mengapa ia bisa begitu sesantai ini disaat sudah melewati masa masa suram sebelumnya? Apa ia tidak tahu malu?
Baskara tampak kesal melihat Genta yang keluar rumah menemuinya. Ia sempat menengok ke arah Kinan dengan tatapan ingin membela diri.
"Nan kamu bisa pulang sendiri kan? Aku harus belajar lagi," kata Baskara.
"Iya bisa kok. Semangat Bas belajarnya,"balas Kinan sambil tersenyum. Lebih tepatnya mencoba untuk tersenyum.
Setelah itu Baksara masuk kedalam rumah bersama Genta. Ntahlah sekarang perasaan Kinan makin aneh.
***
"Lu ngapain si kebawah?"tanya Baskara sambil menutup pintu kamar."Nanya buku wangsit dimana," balas Genta dengan santai. Kemudian ia kembali duduk untuk mengerjakan latihan soal. Mereka berdua memang niat belajar bersama.
Baskara berdecak kesal, ia pergi ke rak belajarnya dan mengambil buku yang dimaksud Genta. Lalu melemparnya begitu saja ke arah Genta.
"Kok dilempar si? Yang ikhlas dong," balas Genta
Baskara tidak menjawab, ia masih kesal dengan Genta. Pasti Genta sengaja pergi menemuinya untuk memanas-manasi Kinan.
"Genta gue kan udah bilang kalau ada Kinan..."
"Lu lupa Bas soal perjanjian kita?" tanya Genta dengan tatapan dingin. Jika sepeti ini Genta yang posesif lah yang sedang berbicara.
"Lagian ngapain si masih aja pacaran sama Kinan.Ingat Bas cepat atau lambat lu bakal putus sama Kinan dan harus balik lagi sama gue," timpal Genta terkesan mengancam. Ucapannya membuat harapan Baskara terkubur lebih dalam.
Baskara hanya bisa menghela nafas, menahan segalanya. Lagi lagi sekarang ia harus mengalah dulu.
***Beberapa Minggu kemudian.
Besok adalah hari terakhir dilaksanakan nya ujian nasional. Hal itu membuat Kinan senang karena besok bisa pergi jalan jalan bersama Baskara. Ia sudah mempersiapkan segalanya untuk besok, termasuk hadiah ulang tahun Baskara. Padahal ulang tahun Baskara masih 1 bulan lagi. Tapi Kinan berpikir lebih baik memberikannya duluan karena ia tidak yakin bisa bertemu Baskara lagi. Kinan akan resmi pindah ke pesantren pilihan mamanya 2 Minggu lagi.
Kinan tidak ada habisnya memperhatikan hadiah untuk Baskara. Hadiah berupa kemeja dan bingkai foto berukuran besar dengan foto foto mereka yang dihias sedemikian rupa. Ia juga membuat scrapbook yang berisi surat. Ini pertama kalinya, Kinan niat mempersiapkan hadiah untuk seseorang.
"Kinan!!!" teriak neneknya dari ruang tamu. Suaranya menggelegar membuat Kinan terkejut. Ia segera pergi kesana.
"Kenapa nek?" tanya Kinan
"Itu ada teman kamu nyariin."
Kinan segera mengintip dari balik jendela. Ia benar benar terkejut melihat Devan ada di halaman rumahnya. Perlahan-lahan Kinan keluar rumah. Walaupun banyak pertanyaan di kepala ia tetap pergi membukakan pintu untuk Devan.
***
"Ini minum dulu Van," ucap Kinan sambil meletakkan segelas air di meja.
Lalu Kinan duduk di sebrang Devan.
"Gak usah repot-repot gue cuman bentar doang kok," balas Devan.
"Gue gak tau harus mulai dari mana. Mungkin pernyataan gue aneh tapi lu harus jauhin Baskara Nan," timpal Devan
"Kenapa tiba tiba lu bilang gitu?" tanya Kinan.
"Nan sebenarnya gue gak pernah sebaik ini sama orang tapi gue kasihan liat lu. Baskara balikan lagi sama Genta dan besok lu mau ketemuan sama dia kan?"
Kinan hanya mengganguk pelan.
"Gue pastiin besok Baskara bakal mutusin lu Nan," timpal Devan lagi.
Kinan tidak tahu harus percaya atau tidak. Jika ia tidak percaya dengan perkataan Devan kenapa hatinya sekarang terasa sakit? Rasanya Kinan ingin langsung berlari masuk ke kamar dan menangis sejadi-jadinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Teen FictionTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...