Jangan lupa vote dan komen
****
"Duduk bareng aja yuk biar ramai,"timpal Genta dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Lu emang gak cemburu kalau Kinan duduk disini?"ujar Devan membuat Genta dan Baskara panik. Aku bingung sejadi-jadinya dengan ucapan Devan. Firasat ku mulai mengatakan hal yang aneh aneh lagi.
"Kita duduk ditempat lain aja," ujar Baskara sambil merangkul. Tapi aku tidak menyetujuinya. Menurutku ini adalah waktu yang tepat mengenal mereka berdua.
"Duduk disini aja Bas, sekali-kali aku mau kenal sama teman kamu," ujar ku sambil menarik bangku dan duduk di sebelah Devan.
Baskara mengerutkan dahinya, mungkin ia tidak terima dengan pilihan ku. Namun Baskara tetap duduk di sebelah Genta. Posisi ini cukup canggung. Aku dan Baskara duduk berhadapan dan setiap kali kami saling menatap, Genta yang ada di samping Baskara tampak kesal. Aku peka melihat raut wajah nya.
"Oiya kita belum kenalan," ujar Devan sambil mengulurkan tangan
"Devan ... Temannya Baskara dan Genta," timpalnya lagi
"Kinan"
"Kalian berdua udah saling kenal ya?" tanya Devan menunjuk diriku dan Genta
Aku dan Genta hanya mengangguk kecil.
"Cuman kenal doang kan, belum deket banget. Belum sempat share sesuatu gitu?" Devan tampak memancing sesuatu yang belum aku tahu. Sial sekali, mana Baskara hanya diam seribu bahasa.
"Mau share apa emang? gue sama Genta aja beda ... ya kali kaya girl squad yang saling share baju," Aku mencoba santai menimpali Devan
Perkataan ku membuat tawa Devan pecah. Dia seperti orang gila yang tertawa sendirian.
"Devan balik yuk," ujar Genta
"Kenapa cepat banget ? Gue suka sama Kinan dia polos," kata Devan sambil merangkul ku. Aku risih dibuatnya dan Baskara segera menarikku dari sana.
"Kita balik duluan. Gue sama Kinan mau nonton," sambar Baskara yang sudah mengendong tas miliknya dan milikku.
Belum sempat aku berpamitan dengan Devan dan Genta. Baskara lansung menyeretku keluar. Genggeman tanganya sangat kuat. Membuat diriku terlalu percaya diri bahwa ia sedang cemburu.
***
Awalnya ku kira Baskara ingin mengajakku ke bioskop. Tapi itu semua hanya alibi agar kami bisa pergi dari Genta dan Devan. Untungnya dari awal aku tidak terlalu berharap.
Sekarang kami sedang berada di mobil menuju palang keluar parkiran Mall. Ia memutuskan untuk mengantarkanku pulang. Padahal kami belum sempat makan. Aku hanya pasrah dan tidak berkomentar sambil memegangi pergelangan tanganku yang masih merah.
"Tangannya sakit?" tanya Baskara yang begitu peka
Aku hanya mengangguk
"Maaf ya ... Baskara terlalu kencang genggam Kinan," ujar nya sambil meraih tanganku lalu mengecup lembut
Jika seperti ini lebih baik aku diseret seribu kali agar Baskara memberikan kupu kupu diperutku Aku benar benar rindu perlakuaannya yang begitu lembut.
"Udah sembuh kok," balas ku sambil tersenyum
"Gara gara dicium?" tanyanya dan aku hanya mengangguk malu
Baskara menepuk nepuk kepala ku dengan pelan sambil terkekeh geli. "Udah pintar ya pacarnya Baskara,"
Aku hanya tersenyum, semoga Baskara memang diperuntukkan untuk ku. Dia benar benar bisa membuat ku lupa akan semua masalah.
"Bas ... " kataku ragu ragu ingin menanyakan sesuatu
"Hemm?"
Aku hanya diam masih menimbang pertanyaan yang ada di kepalaku
"Kenapa Kinan?" tanyanya dengan suara berat dan lembut. Suaranya begitu membuat salah tingkah.
Aku menarik nafas, lalu menengok kearah Baskara yang fokus menyetir. "Kamu sama Devan itu ada hubungan apa si?"
Raut wajah Baskara menjadi berubah. Apakah aku menanyakan sesuatu yang salah?
"Aku sama Devan?"Baskara mengulang pertanyaanku
"Gak ada apa-apa ... Yang kemarin aku ribut sama dia, itu karena ada salah paham aja," kata baskara
"Salah paham apa?"tanyaku seperti menginterogasi.
"Nanti aku ceritain ya, aku fokus nyetir dulu," balas Baskara sambil tersenyum lalu menepuk nepuk rambutku.
***
Tengah malah aku sedang duduk di sofa sambil melihat acara stand up comedy di salah satu channel TV. Sambil menyeruput mie kuah rasa soto yang aku buat. Aku tertawa lepas melihat acara itu. Sampai lupa jika aku telah ditinggal orang tua dan adik adikku. Walaupun aku tidak terlalu dekat dengan ketiga adikku. Namun rasa sedih itu seperti mengakar.Tiba tiba perasaan murungku datang dan nafsu makanku hilang saat mendengar sesuatu di kepalaku. Sepertinya kegilaanku kambuh lagi.
Lalu aku beranjak pergi ke ruang makan untuk menemukan obat sakit kepala. Tapi di tempat dekat kotak p3k aku mendengar suara dari kamar nenek dan kakekku.
"Yaudah lah biarin aja Kinan gak tau. Dia biar disini aja," ujar kakekku dari balik dinding.
Setelah mendengar perkataannya yang aneh, aku semakin penasaran. Kudekatkan telinga ke pintu agar lebih terdengar dengan jelas.
"Gak mungkin lah selamanya kita nutupin kalau mamanya udah nikah lagi."
Kali ini suara nenekku yang terdengar.
Aku menjauhi telingaku dan menekannya hingga pengang. Aku berharap telinga ku salah mendengar. Apa ini akibat kepalaku sedang sakit?apa maksud dari perkataannya?Kemudian terdengar suara lagi,
"Sampai Bari tanggung jawab, dia itu jadi gak becus suami ! Gak ada rasa pedulinya. Sampai kapan rumah ini jadi tempat penampungan ... "
Aku tidak sanggup mendengarkannya lagi. Kepalaku terasa tertusuk dan lebih sakit dari sebelumnya. Bukan hanya kepala, hatiku juga sakit. Air mata yang ada di mata menjerit ingin keluar.
Segera mungkin aku pergi ke kamar. Menutup pintu rapat-rapat. Lalu bersembunyi di balik selimut.
Lagi lagi kebodohan dan rasa takutku muncul lagi. Aku hanya bisa bertahan bukan melawan.
Kejadian itu membuat ku gila semalaman. Aku mulai melukai diri sendiri karena kebencian yang ada kepada diriku sendiri. Aku merasa tidak berguna. Mungkin akan lebih baik jika aku tidak ada di dunia.
Pepatah yang mengatakan kejujuran itu menyakitkan memang benar adanya. Harusnya aku tidak mendengar semua ini. Hatiku hancur lagi.
""
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Teen FictionTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...