Jangan lupa untuk vote dan komen
"Tapi di lantai dua lebih bagus pemandangannya bisa lihat ke arah jalan..."
"Kinan?" Ntah dari kapan Genta sudah bangun dari tempat duduknya. Sekarang usaha Gina sia sia. Genta malah menyapa Kinan dan membuat wajah Kinan berubah. Belum juga Kinan membalas sapaan Genta, Baskara tiba tiba datang ke arah mereka. Mereka berdua sama sama terkejut melihat satu sama lain. Kecanggungan terasa diantara mereka berdua.
"Nan ayok duduk pegel nih gue," balas Gina sambil menarik tangan Kinan.
Gina berhasil menarik Kinan dari Genta dan Baskara. Gina merasa tidak enak hati mengajak Kinan kesini. Ia tidak tahu akan seperti ini. Harusnya hari ini Kinan tertawa bukannya sedih seperti penuh beban.
"Lu gapapa 'kan? Kalau mau makanannya dibungkus terus makan di rumah gue juga gue mau kok," ucap Gina mencari cara agar Kinan tidak murung.
"Kenapa si Gin, gue gapapa kok. Santai aja."
"Tapi mata lu gak bisa bohong."
Kinan mencoba untuk tersenyum.
"Santai santai gue cuman kaget aja lihat Baskara," balas Kinan sambil tersenyum.
"Btw, Kak Baskara tau kalau besok lu mau pindah?"
Kinan hanya menggeleng pelan, untuk apa Baskara tahu tentang kepergiannya.
"Terus lu gk ada niatan mau ngasih tau gitu?"
Kinan menggeleng lagi.
"Serius gak nyesel? Ya... Gue tahu si dia Brengsek banget. Tapi dia kan bagian cerita masa remaja lu. Siapa tau nanti nyesel," kata Gina memberi nasihat dan menyadarkan hati kecil Kinan.
****
"Bas abis ini mau ke rumah aku atau kerumah kamu, apa kita jalan jalan dulu ya kemana gitu?""Aku jadi pengen sushi," timpal Genta lagi. Genta melirik ke arah Baskara yang kiranya sedang fokus menyetir. Tapi ekspresi wajahnya lebih cocok disebut melamun daripada fokus. Pasti Baskara sedang memikirkan Kinan.
"Baskara!" teriak Genta
Suaranya membuat Baskara terkejut, refleks ia menginjak rem. Untung saja jalannya cukup sepi.
"Kamu kenapa si? Ngagetin aku aja. Untung kita gak nabrak apa apa," balas Baskara yang tak kalah kesal. Lalu ia kembali menyalakan mobilnya.
"Kamu yang kenapa? Kenapa gak dengerin aku?"
"Aku lagi nyetir Ta," balas Baskara tidak mau Genta tahu jika ia sedang memikirkan Kinan. Ia sulit menjelaskan perasaannya sekarang, ketika melihat Kinan ia senang. Tapi ntah kenapa ada perasaan sakit di hatinya. Tampaknya Kinan juga tidak sedang baik baik saja. Pipinya lebih tirus dari beberapa bulan sejak pertemuan terakhir mereka. Wajah Kinan juga seperti lelah dan menyembunyikan suatu beban. Hal itu membuat Baskara khawatir.
"Bohong! Bilang aja mikirin Kinan," ucap Genta sambil melipat tangan di dada. Baskara hanya menghela nafas ia tidak mau membela diri.
"Hp kamu mana?" tanya Genta
"Di tas," balas Baskara singkat. Genta segera mengambil tas itu dan membukanya.
"Kok kontak Kinan belum di blok? Instagram nya juga belum kamu blok?" Genta kecewa dengan Baskara. Padahal sudah lama ia menyuruh Baskara melakukan itu. Genta segera memblokir semua yang berhubungan dengan Kinan. Sedangkan Baskara hanya bisa diam dan pasrah. Biarlah sekarang Kinan membenci dan jauh darinya. Mungkin beberapa bulan lagi ketika Genta sudah benar benar pergi, Baskara akan kembali merebut hati Kinan.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Teen FictionTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...