37;

386 57 7
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen 💚🥰

Hari ini Kinan telat bangun. Ia bangun pukul tujuh tepat dan baru sampai sekolah jam delapan kurang. Matanya sembab , wajahnya kacau dan tangannya merasa nyeri. Semalam Kinan overthinking. Banyak ucapannya di kepalan hingga membuatnya tidak bisa tidur. Bahkan ia sempat menangis sambil melukai tangannya lagi. Padahal beberapa bulan lalu ia sudah lepas dengan yang namanya melukai diri sendiri.

Sewaktu ia melangkah melewati llapangan, ternyata kelas Baksara sedang olahraga. Baskara melihat Kinan yang berjalan lesu menuju meja piket. Tatapannya tidak lepas dari Kinan. Tia dan Tori pun sadar akan hal itu.

Kinan sampai di meja piket, ia mendapatkan surat terlambat dan harus dihukum dulu sampai jam pembelajaran pertama berakhir.

"Sekarang kamu pelajaran apa?"tanya Ibu guru yang menjaga piket.

"Matematika Bu," ucap Kinan

"Coba pinjem buku paket kamu,"ucapnya

Kinan mengeluarkan buku paket berwarna biru

"Lagi belajar bab yang mana?"

"Geometri ruang Bu," ucap Kinan.

Guru itu membuka buku dan menyuruh untuk mengerjakan latihan soal yang ada disana. Kinan hanya bisa pasrah. Paginya yang sudah suram bertambah suram karena disuruh mengerjakan matematika yang padahal materinya belum pernah di jelaskan sama sekali. Tapi apa boleh buat.

**

Setelah menyimpan bola di gudang olahraga. Baskara tidak mengikuti Tori untuk ganti baju. Ia pergi mendekati Kinan.

"Hey,"sapanya

Kinan hanya melirik sekilas--tidak tertarik. Kemudian ia kembali menjawab soal.

"Tumben telat. Telat bangun?" tanya Baskara yang tidak bisa membaca situasi.

"Iya," balas Kinan seadanya.

"Lagi ngerjain apa si fokus banget," kata Baskara

Kinan hanya menyodorkan bukunya agar Baskara menyimpulkan sendiri ia sedang mengerjakan apa.

"Mau aku bantuin gak?"

Kinan hanya menatap mata Baskara. Mengapa ia terlalu basa-basi. Jelas jelas ini bukan pelajaran untuk anak IPS. Kinan melanjutkan lagi kerjaannya. Baskara mulai merasa ada aneh dengan tingkah Kinan pagi ini.

"Kemarin coklatnya enak gak?"

"Sorry gue gak makan. Coklatnya keburu cair waktu di angkot." Kinan gak berpikir ucapannya akan membuat hati Baskara sakit.

Baskara membasahi bibirnya yang kering. Sepertinya memang ada yang salah dari Kinan. Ia tampak tak suka mengobrol dengannya.

Bukannya pergi, Baskara malah menatap Kinan dengan intens. Seolah-olah sedang menerawang apa yang terjadi. Matanya menatap mata Kinan dan melihat kantung mata yang begitu tebal serta menghitam. Baskara juga melihat ke arah lengan Kinan yang tertutupi cardigan.

"Kamu sakit?" tanya Baskara perhatian.

Kinan hanya menggeleng pelan.

Aku-kamu terasa asing di telinga Kinan. Ia sedikit risih.

Baskara mengehela nafas, ia sedih melihat Kinan seperti itu kepadanya.Baskara  merasa kehilangan Kinan dan ia merasa Kinan menyembunyikan sesuatu darinya.

Tiba tiba Tia dan Tori datang. Tori langsung duduk di dekat Baskara dan merangkulnya.

"Woy gue cariin ternyata malah pacaran disini," kata Tori yang sudah berganti baju.

"Kok lu udah ganti baju si?"

"Lu lama anjir. Gue tungguin juga," balas Tori. Disana juga ada Tia yang sedang melihat ke arah Kinan.

"Nan lu telat? tanya Tia basa-basi.

Kinan hanya mengangguk tanpa menatap kearah nya. Ia benar benar tidak berselera untuk bercakap-cakap dengan orang lain.

"Lu sakit ya Nan ? Lemes banget," kata Tori.

Kinan meletakkan pulpennya. Ia menghela nafas. Ia lelah mendengar perkataan mereka semua.

"Gue kamar mandi dulu ya Kak," ucap Kinan menahan emosinya. Lalu ia pergi.
Selama punggung Kinan masih terlihat, Baskara terus menatapnya tanpa mempedulikan Tori yang sedang mengoceh.

Tia melihat hal ini sebagai peluang yang bagus. Mungkin Baskara masih menyayangi Kinan.

***

Saat istirahat Kinan hanya duduk di kelas sambil meletakkan kepalanya di meja. Padahal setelah bel Gina sudah membujuknya untuk makan di kantin bahkan sampai ingin mentraktirnya agar Kinan mau bergerak. Tapi bujuk dan rayuan itu tidak ada artinya bagi Kinan. Ia benar benar tidak punya semangat untuk hidup.

"Nan, ada yang nyariin," ucap salah satu teman sekelas Kinan yang duduk dekat pintu.

Kinan menengok dan mendapati Tia disana. Mau tidak mau Kinan beranjak mendekati Tia.  Lalu Tia malah menariknya ke suatu tempat. Sepanjang perjalanan Kinan mengomel tidak mau ikut. Tapi Tia terus menariknya.

Tia membawa Kinan ke dekat lab biologi. Tia sengaka membawa Kinan ke tempat itu, tempat yang sangat sepi dan cocok untuk membicarakan Baskara.

"Nan lu gak ngerasa apa Baskara masih sayang sama lu?" tanya Tia

Kinan membuang muka, ia lelah. Baskara lagi Baskara lagi.

"Terus kenapa Kak?"

"Itu tandanya lu bisa jauhin dia dari Genta," timpal Tia dengan semangat.

"Gue gak minat Kak. Gue gak mau berhubungan sama masalah Baskara lagi," balas Kinan.

Raut wajah Tia berubah dari yang semangat menjadi lesu. Ia kecewa mendengar ucapan Kinan yang tidak konsisten.

"Kok lu aneh si? Kemarin kemarin lu setuju buat bantuin dia. Bahkan gue udah kasih pw Instagram gue biar lu bisa mata-matain Genta." Tia terbawa emosi.

"Ya itu kan kemarin! Sekarang gue gak mau. Udah lah Kak... Kalau emang Baskara belok terima aja. Dia juga keliatan bahagia sama Genta,"balas Kinan dengan suara meninggi.

Tia bingung melihat Kinan yang begitu emosional. Apakah ucapannya begitu membuat Kinan terluka.

"Gue permisi kak. Buat Instagram lu nanti gue log out. Nanti langsung ganti Pw aja jadi privasi lu tetap terjaga,"balas Kinan lalu meninggalkan Tia.

Tia merasa ada yang aneh dari Kinan. Tapi ia tidak tahu apa apa. Sekarang ia bingung, jika bukan Kinan yang menyelamatkan Baskara. Siapa lagi.

TBC

EllipsismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang