Jangan lupa vote dan komen 🥰💚Aku terbangun karena mendengar suara air yang begitu deras. Ternyata diluar sedang hujan. Membuat pemandangan begitu indah, langit senja bercampur hujan.
Pikiranku melayang ke beberapa jam lalu, ketika Baskara melakukan itu kepadaku. Untungnya kami tidak melakukan hingga jauh. Hanya berciuman dan tiba tiba baskara lepas kontrol bermain di leherku. Hal ini kali pertama bagiku dan bodohnya aku menikmati semua ini.
Perlakuan Baskara membuat kecurigaan terhadap hubungan Baskara dengan Genta semakin berkurang dan aku yakin Baskara memang menyayangiku.
Aku tersadar akan sesuatu, lalu ku ambil ponsel dan mengarahkannya ke arah leher. Sial, ada tanda kemerahan disana. Ini karena Baskara menghisap terlalu keras.
"Hei, kamu udah bangun?" tanya Baskara sambil memelukku. Wajah bantal nya membuatku gemas.
"Ini jam berapa, emang udah pagi ya?" tanyanya lagi
"Baru aja magrib bas," balasku sambil membenarkan rambutnya yang berantakan
"Oh kirain aku ketiduran sampai pagi" Baskara menyamakan posisi menjadi duduk di sampingku
"Bas..."
"Hmmm?"
"Ini ngebekas," ucapku sambil menunjuk bekas kemerahan itu
Baskara mendekatkan wajahnya ke arah leher ku. Kemudian memegangi daguku agar aku mendongak sehingga ia bisa lebih leluasa melihat tanda kepemilikan itu.
"Gapapa nanti juga hilang," balasnya dengan santai
"Kapan? Aku mau pulang, kalau bekasnya masih ada gimana?" tanyaku takut. Bisa mati aku jika bekas ini dilihat orang.
"Kok pulang?kan janji nginep sini," ucapnya dengan manja
"Ah gak mau, gak enak tau"
"Ih males. Ngambek ni," balasnya sambil melipat tangan di dada
"Yaudah sana ngambek aja, aku mau pulang titik" Aku tidak termakan akting Baskara yang padahal membuatku luluh
"AAAAA kinan... Temenin aku disini ya, aku mau kamu nginep," rengeknya sambil memelukku
"Gak!"
Sejujurnya aku ingin sekali menginap disini. Bersama Baskara membuatku bahagia dan merasa aman. Segala masalah pasti larut jika bersamanya. Tapi, aku masih tahu batasan.
"Gini aja, kalau hujannya gak berhenti sampai jam delapan kamu nginep sini kalau berhenti sampai jam 7 nanti pulang, gimana?"
Aku menimbang permintaannya. Kalau dilihat dan diterawang menggunakan Indra keenam, hujannya akan cepat selesai.
"Oke," kataku dengan mantap
"Yesss, Ya Allah semoga hujannya sampai jam sepuluh. Aamin," ucapnya bermonolog sambil mengadahkan tangan
"Bas.. kok ya Allah? Kan kamu nonis, gimana si krisis agama banget," ucapku sambil terkekeh pelan
Baskara hanya menyengir tanpa dosa memperlihatkan gigi rapihnya.
***
Sudah hampir pukul tujuh malam tapi hujan tidak kunjung mereda. Kalau seperti ini, aku bisa kalah taruhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipsism
Teen FictionTahun 2015 adalah tahun dimana aku dipaksa menjadi dewasa duluan. Anak sulung yang tidak tau dirinya sendiri. Aku kira tidak ada permasalahan seperti ini. Dari sekian banyak masalah remaja, mengapa masalah ku berbeda? Tentang kamu Baskara Bagas dan...